Bagaimana jika dibandingkan dengan bahasa lain di ASEAN? Bahasa Melayu, yang sangat mirip dengan Bahasa Indonesia, memiliki sekitar 180.000 lema dalam Kamus Dewan. Namun, banyak dari kosakata tersebut juga ada dalam Bahasa Indonesia, mengingat kedekatan linguistik keduanya. Keduanya berasal dari rumpun bahasa Austronesia, yang juga mencakup bahasa-bahasa seperti Tagalog di Filipina dan bahasa-bahasa di Maluku, Nusa Tenggara, hingga Madagaskar.
Rumpun bahasa ini terkenal dengan sistem morfologi yang memungkinkan penciptaan kata baru melalui berbagai kombinasi afiks. Di sisi lain, bahasa Thailand dan Vietnam memiliki sistem tulisan yang berbeda dan struktur sintaksis yang unik, sehingga sulit untuk dibandingkan secara langsung. Bahasa Thailand menggunakan alfabet Thailand, sementara bahasa Vietnam menggunakan alfabet Latin yang dimodifikasi. Kedua bahasa ini tidak berasal dari rumpun Austronesia, melainkan dari rumpun bahasa Tai-Kadai (Thailand) dan Austroasiatik (Vietnam), yang memiliki karakteristik struktural yang berbeda, termasuk dalam cara mereka membentuk kata dan kalimat.
Yang menarik adalah bahwa jumlah kosakata yang terdaftar tidak selalu mencerminkan sejauh mana bahasa tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia, misalnya, kaya akan kosakata lokal yang tidak selalu tercatat dalam kamus resmi, tetapi sangat hidup dan digunakan oleh masyarakat di berbagai daerah. Kosakata ini mencerminkan keragaman budaya dan etnografis yang dimiliki Indonesia. Misalnya, istilah "gotong royong" yang menggambarkan semangat kerja sama masyarakat Indonesia, atau "pancasila" yang menjadi dasar negara, memiliki makna yang mendalam dan tidak selalu bisa diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa lain.
Bahasa Indonesia sendiri juga semakin diakui di kancah internasional, terutama di ASEAN. Banyak lembaga pendidikan di luar negeri yang mulai menawarkan kursus Bahasa Indonesia, dan semakin banyak penutur bahasa asing yang tertarik untuk mempelajari bahasa ini. Ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia memiliki daya tarik yang terus berkembang dan menjadi bagian penting dari dinamika global.
Kesimpulan: Kosakata dalam Bahasa Indonesia tidak Sesungguhnya Rendah
Pernyataan bahwa kosakata Bahasa Indonesia rendah sebenarnya lebih merupakan argumen daripada fakta yang didukung oleh bukti yang kuat. Bahasa dengan jumlah kata yang lebih sedikit bisa saja memiliki cara yang lebih efisien dan kaya untuk mengekspresikan gagasan kompleks, sesuatu yang sangat terlihat dalam Bahasa Indonesia dengan penggunaan majas dan peribahasa yang kaya.
Kemampuan bahasa untuk membentuk kata baru, menyerap kosakata dari bahasa daerah, dan mengadopsi istilah dari bahasa asing menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis dan akan terus berkembang.
Dengan adanya kontribusi dari berbagai bahasa daerah dan pengaruh dari bahasa asing, Bahasa Indonesia akan terus memperkaya kosakatanya dan tetap relevan di era globalisasi. Maka, alih-alih meragukan kekayaan kosakata Bahasa Indonesia, kita seharusnya merayakan keanekaragaman linguistik yang ada dan terus mengembangkan serta melestarikannya sebagai bagian dari identitas nasional kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H