Darah adalah cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet; darah beredar melalui jantung, arteri, vena, dan kapiler membawa nutrisi, elektrolit, hormon, vitamin, antibodi, panas, dan oksigen ke jaringan dan kembali membawa zat limbah dan karbon dioksida.
Nah, pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai sikus hidup (umur) eritrosit yang katanya sih tenyata tidak sampai 120 hari. Untuk itu sebelumnya, tahukah kalian apa sebenarnya eritrosit itu? Eritrosit adalah sel yang mengandung hemoglobin dan bisa membawa oksigen ke tubuh. Eritrosit disebut juga sel darah merah. Warna kemerahan ini disebabkan karena eritrosit mengandung hemoglobin pigmen, yang memberi warna merah pada darah, dan mengangkut oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringan. Selain itu, sel darah merah juga mengandung Hem yang berkontribusi dan berpengaruh dalam pewarnaan darah. Eritrosit berbentuk bikonkaf, yang meningkatkan luas permukaan sel dan memfasilitasi difusi oksigen dan karbon dioksida. Bentuk ini dipertahankan oleh sitoskeleton yang terdiri dari beberapa protein. Eritrosit sangat fleksibel dan berubah bentuk saat mengalir melalui kapiler. Eritrosit yang belum matang, yang disebut reticulocytes, biasanya mencapai 1-2 persen sel darah merah dalam darah.
      Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati (berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama), limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Agar produksi ini terjadi, sejumlah bahan baku harus ada dalam jumlah yang memadai. Hal ini termasuk nutrisi yang sama yang penting untuk produksi dan pemeliharaan sel apapun, seperti glukosa, lipid, dan asam amino. Namun, produksi eritrosit juga membutuhkan beberapa elemen lainnya, yaitu: zat besi, tembaga, seng, vitamin B, vitamin B folat, dan vitamin B12. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa.
      Rata-rata sirkulasi hidup eritrosit adalah sekitar 120 hari, setelah itu sel-sel yang sudah usang atau rusak dikeluarkan oleh sejenis sel fagosit myeloid yang disebut makrofag, yang terletak terutama di dalam sumsum tulang belakang, hati, dan limpa.
      Apabila ada kelebihan jumlah oksigen dalam tubuh, akan terjadi peningkatan penghancuran sel yang disebabkan oleh neositolisis, sehingga umur sel darah merah hanya sekitar 10 sampai 11 hari. Hal ini menunjukkan bahwa umur sel darah merah manusia bukan sesuatu yang pasti, tetapi dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar (tertentu). Contohnya adalah bayi yang baru lahir memiliki sel darah merah yang hanya memiliki siklus hidup  sekitar 80 hari.
      Akhir-akhir ini banyak orang beranggapan bahwa eritrosit pada masa kini ternyata tidak mencapai umur 120 hari yang disebabkan dan dipengaruhi oleh gaya hidup manusia zaman sekarang yang dapat dikatakan jauh lebih sibuk sehingga memicu manusia untuk bekerja lebih ekstra dan lebih cepat, sehingga hal ini menyebabkan tubuh memerlukan energi dan oksigen yang lebih bayak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kematian sel darah merah disebabkan oleh stress oksidatif, yaitu produksi radikal bebas yang berlebihan di dalam tubuh yang tidak bisa dinetralkan karena kekurangan antioksidan.
Stress oksidatif inilah yang nantinya akan mempengaruhi masa hidup sel darah merah. Stress oksidatif menyebabkan proses oksidasi dalam tubuh terus terjadi sehingga menyebabkan kerusakan lebih pada sel tubuh kita. Stress oksidatif ini juga mempengaruhi sel darah merah kita. Stress oksidatif dapat mempengaruhi elastisitas membran sel darah merah dan mempengaruhi kemampuan eritrosit untuk berubah bentuk saat melewati tempat-tempat sempit. Akibatnya, saat eritrosit melewati tempat-tempat sempit, eritrosit bisa saja pecah atau lisis saat melewati bagian-bagian tersebut.
Dengan kata lain, radikal bebas mempercepat penuaan eritrosit sehingga eritrosit yang awalnya dapat bertahan hingga 120 hari menjadi lebih rentan dan akhirnya dapat pecah sebelum mencapai umur 120 hari. Kondisi stress oksidatif ini lah yang membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel jaringan, hingga ke organ tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya proses penuaan dan munculya penyakit.
Kualitas membran sel darah merah menurun yang artinya elastisitas dari sel darah merah tersebut pun juga menurun sehingga akan ditangani lebih cepat oleh makrofag karena terdeteksi sebagai sel darah merah yang sudah tua dan butuh disingkirkan. Jadi, sel darah merah yang masih muda pun tetap dapat disingkirkan oleh makrofag dengan proses fagositosis apabila terlalu sering terekspos atau terpapar pada radikal bebas.
      Darah memiliki peran penting dalam tubuh diantaranya mengedarkan oksigen, nutrisi, hormon, menjaga kestabilan tubuh, pembekuan darah, dan system pertahanan tubuh (antibodi). Fungsi transportasi nutrisi, oksigen, dan hormone dilakukan oleh eritrosit. Sedangkan fungsi system antibodi dijalankan oleh leukosit.
      Pada usia yang semakin tua, jumlah eritrosit dan leukosit semakin menurun karena produktivitas sumsum tulang belakang juga semakin rendah. Jumlah eritrosit dan leukosit juga dapat menurun karena adanya radikal bebas yang menyerang sel sehingga jumlahnya tidak seimbang antara jumlah sel yang terdapat dalam sirkulasi dengan jumlah sel yang disintesis.
Radikal bebas menyebabkan degenerasi kualitas sel darah merah, apalagi jika yang sudah terlalu banyak terpapar radikal bebas. Dengan menurunnya kualitas sel darah merah, maka umur sel tersebut menjadi lebih memendek. Umur sel darah merah berpengaruh terhadap lemah kuatnya suatu eritrosit. Semakin tua umur sel darah merah, maka daya elastisitas sel darah merah tersebut juga akan semakin melemah. Elastisitas sel merupakan pusat dari mekanisme penghapusan sel darah merah.
 Selain itu, seperti yang sudah saya sebutkan diatas, manusia zaman sekarang memang lebih sibuk  sehingga membutuhkan pasokan energi dan oksigen yang lebih cepat pula. Oleh sebab itu, sel darah merah harus bekerja lebih ekstra  dan lebih cepat untuk mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh dan memenuhi seluruh kebutuhan oksigen yang diperlukan tubuh untuk melakuakan aktivitas. Hal ini menyebabkan eritrosit menjadi terforsir, dan karena tekanan pada eritrosit yang terus menerus diberikan, sehingga menyebabkan eritrosit pun menjadi lebih cepat atau mudah pecah.
        Kebanyakan orang tidak memikirkan sel darah merah mereka kecuali jika mereka memiliki penyakit yang mempengaruhi sel-sel ini. Masalah dengan sel darah merah dapat disebabkan oleh penyakit atau kekurangan zat besi atau vitamin dalam makanan yang kita konsumsi. Beberapa penyakit pada sel darah merah memang diwarisi atau merupakan penyakit keturunan.
Selain aktivitas yang banyak dan stress akibat kesibukan seperti contoh diatas, ada pula gaya hidup salah lainnya yang dapat memicu peningkatan radikal bebas, seperti kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol, kurangnya mengkonsumi sayuran dan buah-buahan, terlalu sering terpapar atau terekspos polusi, dan juga olahraga yang berlebihan.
Pada subyek normal, eritrosit dihancurkan oleh dua mekanisme yang berbeda, yaitu yang terkait dengan peningkatan usia eritrosit (penuaan) dan yang lainnya ke proses acak yang menghancurkan sel darah merah utuh, atau bagian dari eritrosit utuh (misalnya vesikula) yang terlepas dari usia mereka (hemolisis acak). Kedua proses ini mungkin tidak sepenuhnya independen satu sama lain.
Hampir semua sel darah merah pada subjek normal mati karena proses yang terkait dengan "keausan" yang terkait dengan sirkulasi yang berkepanjangan di dalam ruang intravaskular. Tingkat penghancuran eritrosit acak atau usia-independen cukup rendah pada subjek normal, dalam kisaran kurang dari 0,05 sampai 0,5 persen per hari. Nilai ini dapat meningkat secara signifikan pada keadaan hemolitik, terutama bila penghancuran pada limpa yang membesar merupakan bagian dari proses hemolitik.Diperkirakan bahwa, pada individu sehat, sampai 20 persen kandungan hemoglobin eritrosit hilang selama masa pakai sekunder akibat hilangnya hemoglobin yang terikat membran oleh proses vesikulasi. Bila tingkat hemolisis acak cukup tinggi, sel darah merah mungkin mati semata-mata dari proses eksponensial ini, karena hanya sedikit eritrosit yang bertahan cukup lama dari kematian akibat perubahan usia.
Kesimpulannya, eritrosit tidak dapat bertahan hidup hingga 120 hari karena gaya hidup manusia zaman sekarang sudah berubah menjadi lebih sibuk sehingga keadaan seperti ini memaksakan eritrosit untuk bekerja ekstra sehingga eritrosit pun akan cepat lemah dan terforsir. Hal ini menyebabkan eritrosit tidak akan mencapai siklus hidup nya yang sesungguhnya yaitu 120 hari yang mana eritrosit seharusnya masih menjalankan fungsi utamanya yaitu mengedarkan oksigen yang telah diikat oleh hemoglobin ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah kapiler yang sempit. Dengan kta lain, karena faktor pekerjaan zaman sekarang yang sibuk sehingga menyebabkan mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk istirahat yang berakibat pada menurunnya produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang berfungsi mengendalikan radikal bebas dalam tubuh.
Oleh sebab itu, maka jagalah kesehatan tubuh kita, jangan terlalu memaksakan atau memforsir tubuh kita untuk melakukan kegiatan atau aktivitas yang terlalu berlebihan, dan istirahat yang cukup. Karena kesehatan fisik tubuh kita ternyata juga mempengaruhi kesehatan dan fungsi semestinya dari sistem tubuh kita, seperti eritrosit.
Cukup sekian kali ini penjelasan dan pendapat dari saya, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H