"Sebenarnya aku juga gak pengen pulang ya di situasi covid-19 begini. Takut bawa virus. Tapi kalau nggak pulang, bisa tambah membengkak juga semua pengeluaran. Ada keluargaku juga yang harus dipikirkan." terangnya.
Yah, aku tau ini keputusan sulit untuk Mbak Jo. Dia pernah bercerita tidak akan menyambangi kampung halaman sampai covid-19 ini usai. Bahkan dia pernah menyemangati aku dan teman-teman lain untuk tetap tinggal sampai covid-19 ini berpulang, eh menghilang.
Tak disangka, tiba-tiba ada hal yang di luar dugaan.
Aku juga sedih mendengarnya.
"Freelance gimana, Mbak?" tanyaku.
"Yah, ada. Tapi tipis sekali di tengah pandemi sekarang ini."
Mbak Jo menghela nafas.
"Yah, pasti ada jalan. Apa pun diusahakan. Yang penting halal. Kan pasti ada setiap hikmah di balik peristiwa, ya," Mbak Jo mencoba optimis.
"Iya, Mbak. Siapa tau ini membuka jalan baru. Semangat ya, Mbak. Pasti ada jalannya," ucapku menyemangati.
"Yah, seperti pepatah hukum semesta, Ran. Kalau pintu satu tertutup, pintu lain pasti terbuka. Kita sebagai manusia cukup terus berusaha aja cari sampai ketemu pintu yang terbuka. Udah, gitu aja. Bersyukur, usaha maksimal dan pasrah. Soal jalannya bagaimana, biar Tuhan yang ngatur. Kita manusia usaha maksimal aja," ucapan Mbak Jo ini membuatku tersenyum.Â
Meskipun sedang dilanda sedih, tetapi beliau tetap memilih optimis dan semangat.Â