Jika beliau mencurigai teman saya terkena virus corona, beliau bisa meminta teman saya untuk melakukan tes covid-19 di rumah sakit yang sudah jelas akurat, kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan. Lalu, bisa melarang untuk tidak masuk sementara waktu. Bukannya malah melakukan prosedur serampangan karena alasan takut mati, lalu membahayakan jiwa orang lain.
Lagipula, di tempat kerja teman saya ternyata ada beberapa karyawan yang baru mudik dari luar kota. Malah setiap hari ada yang PP dari Sby ke kota lainnya dengan waktu tempuh 1,5 jam menggunakan transportasi umum. Setiap hari. Bayangkan. Tapi toh adem-adem saja. Tidak diwaspadai padahal itu jelas yang lebih berpotensi. Â
Akhirnya teman saya sampai hari ini ketakutan dan cemas. Dia takut sekali. Gajinya yang pas-pasan membuatnya bingung untuk keluar uang tes lagi. Gegara tes serampangan itu! Apalagi dengan kondisinya yang saat ini drop karena tipes.Â
Sedih sekali saya melihatnya.
Dari sini saya juga belajar, ketakutan bisa membuat orang hilang akal. Sampai tidak mempedulikan orang lain. Bahkan membahayakan orang lain. Asal dia bisa survive, yang lain terancam mati pun tidak peduli. Sungguh jabatan setinggi apa pun, pendidikan setinggi apa pun tidak menjamin kelogisan dan kemanusiaan seseorang!Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H