Aku duduk di ranjang kosan sambil membalas chat dari customer. Ditemani suara hujan deras dan petir yang bergantian menggelegar, bersaut-sautan dengan derasnya hujan. Seolah ingin menyaingi suara berita di televisi yang terus-menerus menyiarkan perkembangan para korban corona yang berjatuhan. Terdengar suara reporter yang menyiarkan, sudah tiga ribu orang yang terjangkit covid-19, dua ratus orang diantaranya meninggal dunia. Lalu petir menggelegar kembali. Seolah menghalangiku untuk mendengar berita mencekam itu.Â
Aku pun terus lanjut mengerjakan tugas-tugasku. Membalas chat para konsumen yang mengorder masker.Â
Terdengar nada dering Manusia Kuat punya Tulus di speaker HPku. Kulihat layar, muncul nama Ibu.Â
Ku angkat.
"Halo, Bu", salamku dengan nada rendah.
"Nak, pie kabarmu?", tanya Ibuku halus. Terdengar rindu bercampur kekhawatiran di sana.
"Aku baik-baik, Bu. Sehat juga", jawabku masih dengan nada rendah. Kali ini dibarengi raut agak murung.
"Beneran ta, Nak? Kamu nggak pa-pa? Bulan ini ngirim uang kok banyak banget?", keluh ibuku.
"Nggak pa-pa, Bu. Aku juga ada banyak kok. Lebih banyak. Hehehe", candaku.
Tawa ibu juga  terdengar di seberang sana.
"Nak, sudahlah. Ibu serius. Nanti sore Ibu transfer balik ke rekeningmu", ucap Ibu.