Menurut Rogers dalam (sugiyo, 2017) komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka (face to face) antar beberapa individu. Komunikasi interpersonal atau antar pribadi efektif digunakan untuk saling berbagi informasi, opini, mengubah sikap dan mencapai tujuan dari sesama pelaku komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikasi dapat dilakukan melalui tatap muka, telpon dan sosial media lain yang dapat digunakan untuk komunikasi.
Dalam komunikasi dengan orang lain, khususnya orang baru dengan latar belakang yang berbeda-beda dapat memicu timbulnya konflik secara disengaja maupun tidak disengaja. Konflik pada dasarnya akan muncul tergantung pada setiap individunya. Individu satu dengan individu yang lain apakah mampu mengelola konflik tersebut dengan efektif dan mampu belajar dari konflik tersebut atau tidak. Jika tidak, maka konflik akan menegangkan hubungan yang menimbulkan perasaan terluka satu sama lain, keterasingan dan tujuan proses komunikasi tidak tercapai dengan baik.
      Konflik dalam komunikasi interpersonal biasanya disebabkan oleh perbedaan pendapat, perbedaan pendirian hidup yang dipegang, perbedaan tujuan, kesalahpahaman, kegagalan komunikasi serta persaingan dalam hal tertentu. Persepi individu dalam memengaruhi komunikasi interpersonal memerlukan pengelolaannya sehingga kecil kemungkinan untuk terjadinya konflik. Kalau konflik tidak segera diatasi dapat menimbulkan perpecahan, kehancuran hubungan, hingga puncaknya munculnya aksi kekerasan.
      Pengelolaan konflik dalam komunikasi interpersonal merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya bagi 1 orang saja, namun semua pihak yang ikut berkomunikasi. Setiap individu pastinya memiliki tujuan dalam komunikasi yang sedang dilakukan dengan orang lain. Maka dari itu, sepatutnya untuk bertanggung jawab menjaga komunikasi yang baik tanpa menimbulkan konflik. Pengelolaan konflik diperlukan agar komunikasi yang berjalan bisa efektif dan tujuan komunikasi tercapai.
Berikut adalah hal-hal yang menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal berjalan efektif dalam (Zuwirna 2016) :
1) Pemahaman. Komunikasi dikatakan efektif bila komunikan memperlihatkan pemahaman yang cermat dan memuaskan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Semakin banyak orang yang terlibat, semakin bervariasi pula persepsi dari penerima, sehingga sulit pula untuk mengukur atau menentukan kecermatan dan keefektifan suatu pesan.
2) Kesenangan. Dengan berkomunikasi berarti menimbulkan kesejahteraan bersama (phatic communication) dan terbinanya hubungan insani (ramah, akrab, dsb) yang terlihat dari antusias komunikan mengikuti pesan komunikator.
3) Pengaruh terhadap sikap; Pengaruh ini terjadi karena empati terhadap partisipan. Aktivitas mempengaruhi ini sebenarnya dilakukan seumur hidup karena sebenarnya salah satu target dari komunikasi adalah perubahan sikap. Terjadinya perubahan sikap pada komunikan menandakan komunikasi efektif. Kegagalan dalam mengubah pandangan mitra dapat diartikan gagal dalam meningkatkan pemahaman.
4) Terjadinya perbaikan hubungan. Komunikasi menjadi efektif bila terjadi hubungan psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Ketidak percayaan dalam komunikasi menyebabkan pesan tidak bermakna atau pesan didiskreditkan.
5) Tindakan. Mengajak orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan lebih sulit dibandingkan dengan hanya sekedar mengajak untuk memahami. Bersedianya komunikan melakukan sesuatu yang diminta oleh komunikator menandakan bahwa komunikasi efektif. Respon positif dari komunikan akan diperoleh bila komunikan mempunyai pemahaman yang baik terhadap pesan, yakin bahwa tujuan masuk akal, dan adanya hubungan yang harmonis.
      Selain itu, sebelum memulai komunikasi juga diperlukan ketrampilan komunikasi melalui pelatihan atau workshop sebagai wadah untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi. Dengan meningkatkan ketrampilan komunikasi, hasilnya tidak hanya untuk mencapai tujuan saja tetapi juga memperkuat hubungan antar individu.
Berikut adalah cara mengelola konflik dalam komunikasi interpersonal :
1. Bersikap professional
Bersikap professional dalam sebuah konflik artinya seseorang bersikap secara kompeten dalam melakukan kegiatan apapun termasuk berkomunikasi. Seperti saat menyampaikan informasi, ide dan saling menyalurkan pesan secara tepat dan saling menghargai satu sama lain. Sikap professional bertujuan untuk pelaku komunikasi agar tujuan yang ingin dicapai dalam proses komunikasi dapat tercapai. Sikap professional juga digunakan untuk menghindari sikap pembohong yang biasanya muncul menjadi salah satu alasan terjadinya konflik dan berakhir muncul sikap defensive. Sikap defensif muncul karena adanya rasa ingin melindungi diri dari suatu konflik, merasa takut untuk mengatakan kebenaran yang ada, merasa cemas atau mendesak. Oleh karena itu, sikap Professional menjadi salah satu cara untuk mengelola konflik dalam komunikasi interpersonal.
2. Bertanggung jawab dengan pikiran dan pendapatnya.
Kesalahpahaman merupakan hal yang sering menjadi penyebab timbulnya konflik dalam komunikasi. Sudut pandang atau perspektif yang berbeda juga faktor utama yang mengakibatkan terjadinya konflik dalam komunikasi interpersonal. Hal tersebut berhubungan dengan tanggung jawab individu terhadap pemikiran dan perasaannya sendiri. Apabila seseorang mengemukakan pendapat dan tidak diterima oleh orang lain maka orang tersebut harus dapat mempertimbangkan pendapat yang diungkapkannya dan mempertanggungjawabkan pikiran/pendapatnya.
3. Â Diselesaikan secara langsung
Hal yang harus dilakukan saat terjadinya konflik adalah mnyelesaikannya dengan secara langsung membahas  ke inti permasalahan yang sedang terjadi. Artinya memusatkan pembahasan konflik secara langsung dan spesifik tanpa melebar ke permasalahan lain. Pengelolaan konflik ini dimanfaatkan untuk membereskan masalah secara cepat tanpa memunculkan konflik yang baru lagi.
4. Tidak menghindari masalah
Tidak menghindari masalah bermaksud untuk tidak menghindar atau mengabaikan ketika sedang berada dalam suatu masalah yang melibatkan diri sendiri. Menyelesaikan konflik dalam komunikasi interpersonal baiknya diselesaikan dengan profesional tanpa ada keributan. Konflik dalam komunikasi interpersonal sering terjadi, jadi harus bijak dalam mengelola konflik tersebut.
5. Mengendalikan emosi marah
Emosi marah biasanya seringkali digunakan dalam konflik di komunikasi interpersonal. Sehingga, hal yang terjadi dapat malah memperburuk keadaan dan berdampak pada munculnya konflik lain seperti kekerasan serta dapat menimbulkan kekacauan lebih besar lagi. Pengelolaan konflik salah satunya bisa menggunakan humor untuk mengurangi tekanan dalam jiwa atau batin. Humor berfungsi untuk meredakan ketegangan dalam sebuah konflik atau masalah dalam komunikasi interpersonal.
6. Memercayai diri sendiri
Memercayai diri sendiri merupakan bentuk salah satu pengelolaan konflik yang didasarkan pada diri sendiri terlebih dahulu. Jika seseorang sudah percaya dengan diri sendiri maka orang tersebut juga dapat memercayai orang lain dalam berkomunikasi. Rasa saling percaya dibutuhkan dalam komunikasi interpersonal karena dapat meningkatkan komunikasi yang jujur, mengurangi kesalahpahaman dan membangun hubungan lebih mudah dan bermakna. Apabila satu sama lain saling percaya, komunikasi berjalan dengan baik, transparan dan tujuan proses komunikasi dapat tercapai. Sehingga, ketika seseorang berada dalam suatu konflik timbul rasa percaya pada orang lain untuk mengatakan konflik tersebut kepada orang lain dan mendapat solusi yang terbaik.
7. Sikap Terbuka
Cara mengelola konflik yang terakhir adalah sikap terbuka. Sikap terbuka pada diri seseorang berfungsi untuk meredakan konflik dalam komunikasi interpersonal. Sikap terbuka pada diri digunakan untuk kesediaan saat berbagi informasi, mengakui perasaan dan pikiran dan memudahkan lebih banyak interkasi. Mampu menciptakan komunikasi yang efektif karena orang yang memiliki sikap terbuka akan cenderung terus terang, terbuka pada orang lain mengenai apapun masalah yang sedang dialami, dengan demikian tidak ada rasa saling menutupi antara satu sama lain.
Pengelolaan konflik bisa menggunakan cara yang lebih demokratis dan konstruktif dengan memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat, menerima pendapat yang berbeda dengan lapang dada. Oleh karena itu, pengelolaan konflik diperlukan dalam komunikasi interpersonal untuk saling menjaga hubungan baik antara pihak-pihak yang berkomunikasi, mencapai tujuan yang optimal, dan meningkatkan kemampuan dalam mengelola emosi. Sehingga, tujuan proses komunikasi tidak terkesampingkan.
Referensi : https://pakarkomunikasi.com/manajemen-konflik-dalam-komunikasi-antar-pribadi.
Kunjungi website berikut untuk mengetahui berita tentang bimbingan dan konseling lainnya, https://bk.fip.unesa.ac.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H