Mohon tunggu...
Stephanie Dinda
Stephanie Dinda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Indonesia

Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Indonesia yang tertarik dengan isu kebijakan publik, terutama yang bersinggungan dengan dinamika partai politik, tata kelola pemerintah, hukum, lingkungan, dan gender.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Putaran Pilpres 2024: Pilih Demokratis atau Ongkos Murah?

13 Maret 2023   22:10 Diperbarui: 14 Maret 2023   19:23 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya, KPU RI pun nantinya harus memberi santunan kepada masing-masing korban yang lebih kurangnya sama seperti di Pemilu 2019 lalu, yaitu Rp30 hingga Rp36 juta bagi petugas yang meninggal dan Rp16 juta bagi yang luka dan cacat. Lantas, apakah ini harga yang harus dibayar demi sebuah kata "demokrasi"?

Perdebatan dikotomis ini sebaiknya disambut dengan kesiapan sikap konstruktif dari semua pihak. Partai politik dan pihak pemerintah dapat mengadakan audiensi untuk menyamakan pemahaman antara ketersediaan dana dari pihak pemerintah dan aspirasi masyarakat. 

Agenda ini perlu dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya kesenjangan antara idealisme (demokratis) dan pragmatisme (efisiensi). Bagaimanapun, memperjuangkan demokrasi yang tidak disertai kesiapan ekonomi akan berhilir sama buruknya dengan pengutamaan efisiensi ekonomi yang nondemokratis. 

Apapun skenario yang berjalan kedepannya, diharapkan para pengamat politik dan kekuatan civil society lainnya, juga turut mensosialisasikan sederetan pro dan kontra dari setiap pilihan yang ada. 

Hal ini dilakukan sebagai pembekalan kebijaksanaan masyarakat dalam merespons suatu bentuk konsekuensi. Jika ternyata timbul kekuatan poros ketiga, maka masyarakat Indonesia sudah harus siap bertanggung jawab untuk memenuhi kemungkinan terlaksananya two-round system. 

Begitu pun sebaliknya, apabila dua poros menjadi jalur yang akan ditempuh, maka masyarakat harus menyikapinya dengan pemikiran rasional. Dengan demikian, narasi demokratis atau ongkos murah bukanlah sekadar tentang pilihan, tetapi juga sebagai rangkaian uji coba kedewasaan masyarakat Indonesia dalam berkonsensus dalam konteks demokrasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun