Mohon tunggu...
stevia oka zaki
stevia oka zaki Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tholabul 'ilmi fii sabilillah

Dimana ada kemauan pasti ada jalannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersabarlah dalam Berproses

23 Desember 2019   22:03 Diperbarui: 24 Desember 2019   06:23 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Steviarif Oka Zaki

Mahasiswi Hubungan Internasional 2017, UNIDA GONTOR

"Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan."

Dalam kehidupan yang kita jalani, seringkali kita lupa akan hal kecil. Karena dari sesuatu yang kecil dapat mengakibatkan hal yang besar. Proses yang kita jalani mungkin tidak selamanya menghasilkan suatu hasil maksimal dan sesuai dengan keinginan kita. Di antara kita masih banyak yang menginginkan sesuatu terjadi berdasarkan kebetulan dan keberuntungan bahkan instan sekalipun.

Jika kita telisik dalam kehidupan ini tidak ada hasil yang maksimal tanpa berupaya dengan optimal. Manusia sebagai khalifah fiil ardh, untuk bisa berjalan saja bahkan harus melalui proses yang panjang mulai dari tengkurap, duduk, berdiri, tertatih-tatih, hingga akhirnya bisa berjalan dengan sempurna dan berlari. Maka, melalui proses ini harus dengan penuh kesabaran.

 Banyak dari kita hanya melihat kesuksesan seseorang itu dari kacamata sebelah perbandingan yang sangat jauh. Akankah selamanya kita menjadi penonton setia dalam berbagai kisah inspiratif? Tentu saja tidak. Ustadz Abdul Shomad mengatakan "Orang tak pernah tahu prosesnya, tapi orang hanya mau tau hasilnya."  

Dalam KBBI "Proses" diartikan sebagai rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk, runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Semuanya berproses, penciptaan manusia saja butuh proses. Allah telah menciptakan manusia dengan proses yang panjang 9 bulan 10 hari. Inilah tarbiyah dalam kehidupan.

Buah manakah yang baik kita petik? Akankah buah itu terasa manis atau masam? Itu semua tergantung dari seberapa besar proses yang kita lakukan untuk mencapai target di kemudian hari.

 

"Barang siapa yang menanam maka, ia akan mengetam"

Sekali kita melangkahkan kaki untuk berproses tidak harus menghasilkan perkembangan yang jauh dan besar justru lebih baik sedikit namun konsisten dan istiqom. Sebagaimana emas yang menjadi contohnya selalu dipuji keelokannya oleh beribu pasang mata di berbagai toko emas hingga perlelangan dunia. 

Tak heran jika beribu pasang mata rela menawarkan harga tinggi demi mendapatkan emas yang menyilaukan setiap mata yang memandangnya. Untuk mendapatkan kilauan emas yang memukau pun tidaklah mudah apalagi instan bahkan dibutuhkan tangan yang terampil, dan handal serta jiwa yang sabar untuk memproses emas tersebut sehingga menghasilkan emas yang elegan.

Begitu juga manusia harus sabar dan tekun dalam berproses. Tidak perlu pintar untuk memulai langkah baru, asalkan memiliki jiwa yang besar dalam berproses dan memiliki kemauan untuk memulai dari hal yang kecil. Misalnya, ketika kita melihat orang-orang yang besar, sukses, dan berhasil meraih kejayaan dalam hidupnya pun tak terlepas dari berproses serta menghargai hal-hal yang kecil. Kemudian menjadi kegalauan para generasi millennial ketika akan melangkah maju untuk meraih kesuksesan hidup.

Cobaan, tantangan serta godaan pasti akan datang silih berganti saat kita sedang berproses melangkah jauh lebih maju. Namun, semua itu kemudian diuji akan ketahanan kita dalam berproses sekaligus untuk mengevaluasi kekurangan yang harus dibenahi demi mendapatkan hasil yang diharapkan. Kita tidak akan tahu sejauh mana kekuatan kita dalam bertahan hidup jika tidak diuji oleh Allah SWT.

Melalui berbagai macam cobaan, tantangan dan godaan inilah kita harus tetap menguatkan iman kita bukannya goyah apalagi runtuh karena dengan berbagai cobaan-Nya lah sebagai bukti kasih sayang terhadap hamba-Nya. Inilah saatnya kita berbesar hati untuk memulai dari hal kecil sehingga menghasilkan sesuatu yang besar nan menakjubkan, bersabar sebagai kuncinya walau cobaan datang silih berganti serta fokus dalam meraih cita-cita di masa depan.

           

"Waktu itu lebih mahal daripada emas"

Jadi tunggu apalagi, mulai detik ini juga saatnya kita mengarahkan focus yang menjadi target dan tujuan kita di kemudian hari. Waktu akan terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu kita walau hanya sedetik. Maka gunakanlah kesempatan dan waktu sebaik mungkin karena kelebihan yang dimiliki generasi muda adalah waktu. Karena waktu tidak bisa dibeli atau digadaikan oleh apapun maka waktu pun jauh lebih mahal nilainya dibandingkan emas yang ada di penjuru dunia. Jangan biarkan ia pergi begitu saja, jangan menyesali waktu yang sudah berlalu dan kini saatnya kita melangkah maju meraih cita-cita.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri" (QS. Ar-Ra'd ayat 11)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun