Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tubuh Tanpa Roh Akan Mati, Begitupun dengan Amal Perbuatan

29 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 29 Maret 2024   20:20 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah yang sering kita sebut “hanya sebatas menunaikan kewajiban” agar kita tidak sengsara, yang padahal pada setiap premis yang terbangun oleh naluri tadi dapat mudah sekali dibatalkan.

Didalam islam terdapat perintah untuk menunaikan shalat. Kemudian, karena paradigma berpikir seperti sebelumnya yang dibangun maka dalam pelaksanaannya pun akhirnya hanya sebatas perintah yang jika dilakukan maka gugurlah kewajibannya. Bukan karena keinginan.

Jika karena keinginan maka kerangka berpikir yang dibangun adalah meneguhkan diri sebagai seorang hamba yang bertuhan. Jika kita adalah hamba maka Tuhan adalah entitas yang perlu kita sembah, apa bentuk persembahannya? Persembahannya adalah shalat!

Maka shalat adalah bentuk perintah yang perlu kita tumbuhkan rasa keinginannya, kaharusannya dan kebutuhannya. Bukan hanya berenti sebagai perintah agar kita tidak dimurkai oleh Tuhan.

Memang benar jika kita meninggalkan shalat Tuhan akan murka, tapi apakah kita berpikir bagaimana murkanya Tuhan jika kita shalat hanya sebatas formalitas pengguguran kewajiban dengan tidak ada keinginan tulus dan ikhlas didalamnya.

Kemurkaan Tuhan bukan hanya diartikan sebagai adzab yang pedih. Lebih dari itu, puncak dari kemurkaan Tuhan adalah saat Dia meninggalkan hamba-Nya, hilang dari hati hamba-Nya karena keangkuhan dan kesombongan disaat melakukan ibadah. Tidak ikhlas!

Bukankah lebih pedih saat batin kita kering dan kosong karena ditinggal Tuhan dibanding adzab yang menimpa fisik?

Begitupun dalam kita bekerja. Jika pekerjaan hanya didasari untuk sekedar menggugurkan kewajiban sebagai manusia maka apa yang kita lakukan hanya sebatas bertahan hidup seperti naluri seekor hewan. Tidak akan ada ketulusan didalamnya. Hanya keluh kesah yang dirasakan, kemudian yang terjadi saat mengerjakan sesuatu tersebut hanyalah berdasarkan formalitas saja. Akhirnya, kita hanya akan merugikan lingkungan sekitar.

Dalam konteks islam sebuah pekerjaan dapat bernilai menjadi sebuah ibadah jika kita lakukan dengan penuh tulus. Dengan bekerja tulus akan memberikan kebaikan bagi atasan kita atau bawahan kita, dengan bekerja tulus manfaat yang terasa untuk keluarga yang kita nafkahi akan berubah dari keluh kesah menjadi bentuk rasa syukur.

Menurut Syekh Abu Thalib definisi ikhlas adalah menegasikan pandangan makhluk dalam perbuatan yang dilakukan atas nama Tuhan. Jika kita ingin fair, perlu ditegaskan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah atas nama Tuhan! Kita bergerak, makan dan minum kemudian bekerja dan beribadah tentunya, semua adalah bentuk persembahan kepada Tuhan. Sebuah bentuk penerimaan atas kehidupan yang sudah Tuhan anugerahkan atas hamba-Nya.

Maka ikhlas adalah roh dari segala apa yang kita perbuat. Perbuatan hanya akan menjadi sebuah kesia-siaan jika tidak terdapat rasa ikhlas didalamnya. Tanpanya hanya akan menghilangkan esensi dari perbuatan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun