Melihat jurnal-jurnal ini, serta pengalaman saya dan wawancara terhadap senior-senior yang saya kenal, saya dapat setuju dengan generasi Z miskin etika. Hal ini disebabkan perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan generasi saya ini termasuk tidak bermoral, saya akan menunjukkan artikel-artikel berita sebagai pendukung pernyataan ini. Apapun penyebab dekadensi moral ini, itu tidak mengubah fakta bahwa etika generasi Z masih kurang secara keseluruhan.Â
Judi slot merupakan judi yang disamarkan dengan fitur permainan dan hal ini telah menjadi momok bagi perekonomian negara, merugikan warga RI sebesar 27 triliun rupiah per tahun. Jumlah tersebut sangat besar, bahkan untuk skala negara.Â
Tak hanya itu, ternyata sisi kecanduan judi online ini merambah ke generasi Z, menjadi pemicu perbuatan amoral. Berita pada bulan Juli 2022 oleh Layanan Informasi Publik Polres Grobogan menunjukkan seorang pemuda yang saat itu berumur 25 tahun, sehingga dapat diestimasi masih termasuk generasi Z, mencuri uang dari rumah korban.Â
Judi slot sendiri pada esensinya berseberangan dengan nilai etika dan moral di Indonesia, pengiklan judi slot dan bandarnya merupakan pihak yang bertanggung jawab pada kasus ini.Â
Game daring adalah hasil dari perkembangan teknologi yang memungkinkan seseorang berelaksasi dengan satu telepon genggam saja. Namun, sama seperti judi slot, kecanduan sangat mungkin terjadi. Saat seseorang sudah candu, terkadang pola pikir rasionalnya tidak berjalan dengan baik karena itu.Â
Hal tersebut yang mungkin terjadi dibalik kasus pembunuhan dalam berita "Sering Bertengkar saat Main Game Online, Dua Remaja Bunuh Temannya" oleh Kompas, rilis pada bulan Mei 2020.Â
Kedua pelaku yang berumur 17 dan 19 emosi karena percekcokan saat main game hingga nama orang tua mereka dihina oleh korban, sehingga terjadi kejadian pembunuhan tersebut. Hal ini terjadi karena pengendalian emosi yang kurang baik, dapat diatribusikan pada orang tua pelaku. Game daring hanya berfungsi sebagai pemicu kejadian ini.Â
Kasus terakhir yang saya angkat berhubungan dengan pornografi. Kejadian ini sangatlah tidak senonoh, hal ini menggambarkan bagaimana kecanduan pornografi dapat setara dengan kecanduan narkoba. Kejadian ini terjadi pada bulan September tahun 2022, seorang pelajar yang menduduki bangku SMP memperkosa keponakannya sendiri yang berumur 12. Pelaku menonton film porno melalui ponsel, lalu memperkosa karena tidak dapat menahan hawa nafsu.Â
Mengulas 3 kasus ini, terdapat kesamaan yang mempersatukan mereka. Hal tersebut ialah pikiran rasional yang tidak ada pada pelaku-pelaku ini. Hal ini dapat diatribusikan ke beberapa faktor, konsumsi gadget yang berlebihan, kecanduan judi slot dan kecanduan pornografi, cara mendidik orang tua yang kurang dalam penggunaan internet, pola pendidikan karakter yang kurang, dan hal lain yang tidak dapat diketahui langsung.Â
Dari jurnal-jurnal dan kasus-kasus ini, saya setuju dengan pernyataan generasi generasi Z miskin etika. Sebab, saya sudah melihat langsung bagaimana generasi Z miskin etika di media sosial ataupun di dunia nyata. Ada suatu pepatah berbunyi "Satu kali melihat sendiri lebih baik daripada seratus kali mendengar dari orang lain." Saya sadar bagaimana pengguna sosial media yang tergolong generasi Z, teman sebaya saya, atau saya sendiri menampilkan perlakuan yang layak dikatakan miskin etika.Â
Dari semua paragraf yang telah saya tulis mengenai generasi Z dan etika, disimpulkan bahwa pengaruh teknologi internet pada pembentukan etika generasi Z sangat signifikan.Â