Di sinilah terlihat kepiawaian pengarang untuk memasukkan peristiwa tertentu seperti kerusuhan 98 yang kelam ke dalam sebuah cerita dengan anggun. Seakan menginginkan "pelajaran" berharga tersebut hidup abadi dalam sebuah karya sastra. Gerimis Sederhana merupakan pembuka yang baik dengan pelintiran yang menghentak.
Satu hal yang saya sukai adalah Eka Kurniawan selalu pandai memainkan cerita dengan karakter seperti Marni. Lupakan hal tersebut. Hal yang ingin saya ungkapkan dari Gincu Ini Merah Sayang adalah kemampuan bercerita dengan teknik foreshadowing yang memukau. Kita dibuat penasaran mengapa si Marni harus "kembali" ke rumah karaoke (beranda) tempat dirinya sudah menemukan cintanya.
Â
Seorang petugas, dengan mulut yang sinis, berkata, "Jika benar kamu punya suami, besok pagi ia akan menjemputmu.""Tapi, suamiku tak tahu aku ada di sini," katanya.
"Jadi, kamu jual dirimu tanpa suamimu tahu, heh?"
Sejujurnya, ia sungguh tersinggung dengan ucapan tersebut. Ia kembali berpikir, barangkali ini memang malam buruknya.