Kedua, dalam perseptif  Sokrates,  filsafat Stoa mengajukan  tuntutan untuk mengenali  diri. Dia  yang hidup sesuai dengan dirinya, dengan jiwanya adalah hidup sesui juga dengan alam semesta, karena baik tatanan  alam semesta maupun tatanan manusia adalah  aneka perwujudan dari suatu hukum umum yang misterius. Dalam keterkaitan antara alam dan manusia itu, manusialah dan bukan alam yang menentukan, karena pada manusia ada daya pertimbangan (rasio).
      Ketiga, St. Agustinus (filsuf Abad Pertengahan) mengatakan bahwa ratio baginya justru tidak menghantar kita kepada kejelasan, tidak membawa kita kepada kebenaran, karena arti rasio itu sendiri begitu kabur, asal-usulnya terselubung dalam misteri. Misteri itu tidak bisa dicapai oleh rasio itu sendiri. Rasio asli manusia sudah rusak oleh kejatuhan Adam. Rasio tidak bisa bangun dari dan oleh sendirinya. Ia membutuhkan pertolongan. Bantuan itu hanya mungkin dari daya adikodrati Ilahi.
Filsafat Manusia
      Manusia bersifat dinamis, misteri dan juga paradox. Dinamis: membuat manusia terus mengalami perkembangan. Dalam perkembangan, manusia akan berhadapan dengan bermacam-macam masalah yang sebenarnya tidak pernah berakhir. Yang patut untuk dipertahankan adalah bahwa persoalan manusia harus terus dilakukan supaya hidup semakin bermutu.
      Filsuf kuno, Aristoteles, mengungkapkan manusia adalah binatang berpikir, yang dalam bahasa Latinnya adalah "homo est animal rationale". Ungkapan ini secara jelas memperlihatkan bahwa berpikir adalah salah satu esensi manusia. Dengan terus mempertanyakan dirinya, manusia dapat mengungkapkan jati dirinya.
      Filsafat  manusia menghadirkan pandangan-pandangan mendasar tentang dimensi hakiki manusia, agar manusia semakin mengenal dirinya lebih baik. Sokrates mengatakan "kenalilah dirimu sendiri", mengungkapkan perlunya mengenal manusia secara memadai sebelum bertindak terhadapnya. Hal ini penting agar kita mampu dalam mencintai nilai-nilai kemanusiaan.
Kesimpulan
      "Siapakah manusia?" merupakan pertanyaan fundamental dalam sejarah hidup manusia. Segala pertanyaan yang menyangkut hal-hal lain seperti nafas, matahari, sub-atom, perang, tubuh serta Tuhan hanya relevan jika dikaitkan dengan manusia. Tetapi bagi manusia sendiri, mengenal, dari mana asal-usul, tujuan hidup serta bagaimana menghayati hidup secara konsisten adalah masalah yang berbeda-beda. Namun, bagaimana pun juga segala pertanyaan ini merupakan satu kesatuan yang berkaitan dengan pemaknaan hidup serta nilai-nilai keberadaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H