Mohon tunggu...
Steven Gulo
Steven Gulo Mohon Tunggu... -

Melihat setiap fenomena kehidupan dari sisi dan sudut lain yang berbeda, akan memberikan anda satu pengetahuan lain yang berbeda pula. Anda akan tahu bahwa ada sisi lain yang akan memberikan satu pandangan lain. Dan anda akan mendapatkan satu pandangan khusus di luar pandangan umum yang sudah ada.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seragam Pejuang dan Pemuda Bangsaku

14 Agustus 2010   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melihat

Di antara rumpun-rumpun padi

Di tengah lumpur setinggi betis

Para pejuang-pejuang negeriku

Berseragam, gagah

Melewati hutan, sungai, gunung, lembah

Dan pematang sawah milik kakekku

Aku bocah kecil

Pada tahun 1945, usiaku 9 tahun

Bangga

Melihat seragam pejuang-pejuang bangsaku

Mengenakan topi dari bahan kain

Mengalungkan janur kuning

Celana, baju yang kusam, kumal nan bau

Berikat pinggang anak peluru dsan granat

Menggendong bambu runcing dan senapan

Telanjang kaki berjalan

Melewati rimba, sungai dan lembah

Berperang

Bersama putri-putri bangsaku

Walau tidur seatap walau seranjang

Namun kembali dengan perawan nan suci

Aku bangga

Bangga

Tapi mereka punya penyakit

Perang adalah penyakit

Penjajahan adalah penyakit

Timah panas dalam daging adalah penyakit

Tumpahan darah adalah penyakit

Kematian adalah penyakit

Tapi

Aku yang ingusan kembali bangga

Mereka dapat mengobati penyakit mereka

Saat teriakan MERDEKA!!!! berkumandang

Ada obat mujarab sampai tak berbekas

Aku bangga di masa bocahku

Dan memohon untuk berumur panjang

Kelak aku seperti mereka

Dan Tuhan kabulkanku

Di tahun 2008

Tuhan genapkan umurku 72 tahun

Aku tua renta dan lemah

Namun bukan kebahagiaan yang kutemukan

Aku sedih menangis

Melihat potret pemuda bangsaku

Yang berseragam gagah namun hampa

Gendong tas

Berisi narkoba, kokain dan senjata tajam

Berisi alat make up, pil anti hamil, dan buku porno

Oh menyedihkan

Dari tirai jengela kumalku

Kulihat pemuda dan putri-putri negeriku

Bergandengan tangan

Masuk kamar, masuk motel, masuk hotel

Berdua

Kembali

Noda yang putri negeriku bawa

Tangisan yang terdengar

Tubuhnya berbadan dua

Seorang insan menunggu waktu dilahirkan

Tanpa dosa tanpa daya

Lebih menyedihkan

Dari gubuk bambuku bergema

Mereka punya penyakit oh...

HIV/AIDS adalah penyakit pemudaku

Aborsi adalah penyakit putri negeriku

Bunuh diri adalah penyakit

Jual diri adalah penyakit

Oh menyedihkan...

Mereka bahkan tak menemukan obat

Untuk terjerumus semakin dalam nan nista

Aku menyesal berumur panjang

Hanya potret kehancuran yang kusaksikan

Inikah harapan pejuang-pejuang bangsaku?

Saat aku 9 tahun di tahun 1945

Inikah makna kemerdekaan yang berkumandang?

Sadarlah wahai pemuda-pemudi negeriku

Obatilah penyakitmu

Bangkit dan sembuhlah

Kumandangkan dan kobarkanlah

Makna kemerdekaan negerimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun