"Tenanglah, Sayang. Ular itu tidak berbahaya," Ayah berusaha menenangkan Dina yang masih shock.
Namun, Dina masih belum bisa menenangkan dirinya. Dia terus menangis dan memeluk boneka kelincinya dengan erat.
"Sudah, sudah... Ularnya sudah pergi, kok," hibur Bunda sambil mengelus-elus punggung Dina.
Melihat adiknya ketakutan, Raka dan Rama pun berusaha menghiburnya dengan cara yang konyol. Mereka berdua mulai melakukan tarian aneh dan bernyanyi dengan suara sumbang.
"Jangan menangis, Adik kecil~ Ular itu sudah pergi~" nyanyi mereka dengan gaya lebay.
Awalnya, Dina hanya menatap ke
dua kakaknya dengan bingung. Namun, lama-kelamaan, tangisannya mulai mereda dan berganti dengan tawa kecil. Melihat reaksi adiknya, Raka dan Rama pun semakin gencar dengan aksi konyol mereka.
Akhirnya, seluruh keluarga Pratama tertawa lepas menyaksikan tingkah lucu Raka dan Rama. Suasana piknik yang tadinya sempat tegang, kembali ceria dan penuh kehangatan.
Sepanjang hari itu, mereka tidak henti-hentinya tertawa dan bercanda gurau. Mulai dari Ayah yang tersedak saat makan, Bunda yang hampir terjatuh karena tersandung akar pohon, hingga Rama yang terpeleset di atas lumpur saat berlari mengejar kupu-kupu.
Meski penuh dengan kejadian-kejadian konyol, hari itu menjadi salah satu hari paling berkesan bagi keluarga Pratama. Mereka pulang dengan hati yang gembira dan kenangan-kenangan indah yang akan selalu diingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H