Pada suatu Minggu pagi yang cerah, keluarga Pratama sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Suasana hangat dan canda tawa menyelimuti ruangan itu.
"Bagaimana kalau kita pergi piknik hari ini?" usul Ayah, sambil menyeruput kopinya.
"Wah, ide bagus itu, Yah!" Bunda menyahut dengan antusias. "Kita bisa membawa bekal dan menggelar tikar di taman kota."
"Yeayyy! Piknik!" seru si kecil Dina, anak bungsu keluarga Pratama, dengan riang. "Aku mau bawa mainan-mainanku!"
Kakak sulungnya, Raka, memutar bola matanya dengan jenaka. "Tentu saja kau mau bawa mainanmu, Dik. Kau tidak bisa hidup tanpa boneka-boneka kesayanganmu itu."
"Enak saja! Bonekaku itu keren tau!" Dina memeletkan lidahnya kepada Raka.
Tiba-tiba, terdengar suara aneh dari arah dapur. Semua kepala menoleh ke sumber suara itu.
"Suara apa itu?" tanya Bunda dengan dahi berkerut.
Mereka semua bangkit dari kursi dan berjalan menuju dapur. Di sana, mereka melihat Rama, si anak tengah, sedang berusaha menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
"Rama, apa yang kau lakukan?" tanya Ayah dengan nada curiga.