Karenanya, banyak yang heran kenapa saya bisa begitu berbeda saat bertemu langsung di dunia nyata dan saat berinteraksi di dunia maya. Terang saja, saya pun tidak tahu jawabannya.
Bahkan gara-gara topik pilihan kali ini, saya jadi mempertanyakan, sebenarnya kepribadian saya yang asli itu yang mana ya hahaha, apakah yang di dunia nyata atau yang di dunia maya? Hmmm, jadi overthinking kan min...
Namun belakangan, saya mulai mencoba menyelaraskan kepribadian saya di dunia nyata dan di dunia maya, terutama di beberapa platform seperti LinkedIn dan semacamnya.
Yup, sudah bukan rahasia umum lagi, bahwa di masa yang sudah modern ini, sosial media pun seringkali menjadi pertimbangan para HRD dalam merekrut calon pegawai.
Yang dilihat atau dinilai oleh HRD tersebut tentu adalah konsistensi antara jawaban interview si calon pegawai dengan apa yang si calon pegawai lakukan di media sosialnya.
Bila hasilnya sejalan, tentu itu menjadi poin plus si calon pegawai. Namun bila hasilnya bertolak belakang, bukan tak mungkin justru kita akan dinilai tidak jujur atau berusaha menyembunyikan sesuatu.
Patut pula menjadi pertimbangan, bahwa terkadang kita melakukan hal yang bertolak belakang dengan kepribadian kita tanpa kita sadari.
Misalnya, kita merasa kita adalah orang yang sopan. Namun ketika media sosial kita dicek, ternyata ada nama-nama binatang semacam babi atau anjing di dalamnya.Â
Hal ini pun baru-baru ini terjadi kepada Jessica Jane, adik dari Jess no Limit, yang dikenal sopan dan anggun namun sewaktu kecil juga pernah menggunakan kata umpatan yang cukup rutin.
Pentingnya menyelaraskan kepribadian di dunia nyata dan dunia maya pun juga penting untuk menjaga agar kepribadian kita "tidak tertukar". Yup, kejadian ini pernah beberapa kali terjadi kepada saya, karena seperti yang saya ceritakan di atas, kepribadian saya di real life dan di media sosial cukuplah kontras.
Karena saya dikenal sebagai kakak tingkat yang friendly dan sopan saat di media sosial (termasuk di K), jadi tak sedikit adik kelas saya dan beberapa teman yang kaget setelah mengetahui cara saya berbicara di real life ternyata seringkali menggunakan kata-kata yang cukup kasar.