Mohon tunggu...
steven austin
steven austin Mohon Tunggu... Mahasiswa - membangikan informasi secara gratis

menulis apapun yang saya senangi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekurangan dari Strategi Aliansi dalam Berbisnis

27 Maret 2022   20:29 Diperbarui: 27 Maret 2022   20:38 2736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kekurangan dari Strategi Aliansi dalam berbisnis

Banyak orang mengetahui kata "Bisnis" tetapi tidak banyak orang yang benar-benar mengerti "Bisnis" secara mendalam. Itulah kenapa banyak orang yang sedang menjalankan bisnis lalu bisnis tersebut mati dikarenakan seiring berjalannya waktu. 

Banyak sekali hal dalam bisnis yang harus dipelajari terutama cara mempertahankan bisnis.Salah satu cara terbaik yang sudah terbukti untuk mempertahankan bisnis yaitu menggunakan strategi aliansi.

 Strategi Aliansi banyak sekali keuntungan serta manfaatnya. Tetapi tentu juga ada resiko yang dapat terjadi apabila organisasi terlibat strategi aliansi dan bagaimana cara mengelola kemungkinan resiko yang ada.

Secara teori, strategi aliansi dilakukan oleh perusahaan/organisasi yang bertujuan untuk saling berbagi biaya, resiko dan manfaat yang bertujuan untuk mengurangi resiko atau beban pada perusahaan. Secara akal sehat ditempuhnya aliansi strategi adalah untuk memanfaatkan keunggulan sesuatu perusahaan dan menutupi kelemahannya perusahan tersebut dengan keunggulan yang dimiliki partnernya.

Karena hal ini memerlukan persetujuan dua belah pihak dan biasanya akan berlangsung jangka panjang maka strategi aliansi  merupakan suatu perjanjian yang bersifat kontrak, di antara organisasi/perusahaan  menggabungkan sumber daya mereka dalam memenuhi tujuan bersama.

Ada juga kontradiksi dalam penerapan strategi aliansi.Jika perusahaan tidak bermaksud untuk berbagi sumber daya dan biaya, mengapa mereka harus membangun aliansi strategis di lingkungan yang tidak bersahabat. 

Namun dalam strategi aliansi, pihak-pihak yang terlibat lebih tertarik untuk memperoleh keuntungan yang diperoleh dari kerjasama ini, karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu ditingkatkan, dan melalui kerjasama ini, simbiosis dan saling menguntungkan, sedangkan Peluang dapat diberikan kepada semua pihak yang terlibat, dengan tetap menjaga perspektif organisasi/perusahaan agar dapat maju bersama. 

Namun dari sekian banyak manfaat dari strategi aliansi, terdapat juga beberapa kelemahan yang tidak dapat dihindari, oleh karena itu perlu dipelajari risiko-risiko yang mungkin dihadapi dalam penerapan strategi aliansi. Bertujuan agar kita dapat mengelolah resiko yang ada yang bertujuan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan oleh pihak yang bersangkutan.

Business Week, Corporate Odd Couples, (1986:101). risiko strategi aliansi seringkali berkaitan dengan masalah kepemimpinan, kontribusi dengan rekan aliansi, pengawasan kontribusi, dan strategi dalam bisnis, dikutip dari buku.

Persaingan di antara mitra aliansi mungkin muncul. Tidak jarang mitra aliansi menjadi pesaing. Dalam hal ini, setiap mitra aliansi ingin menjadi pemenang di pasar dan mengalahkan mitranya. 

Siapa pun yang bisa mendapatkan hasil maksimal dari liga menang. Aliansi dapat berhasil jika tujuan dari kolaborasi adalah untuk mewujudkan sumber daya; memperoleh aset dan kemampuan yang bukan milik perusahaan; atau umumnya berbagi biaya dan risiko. 

Biasanya aliansi dirancang sebagai hubungan jangka pendek karena aliansi dianggap sebagai strategi yang lemah bila diterapkan dalam jangka panjang. Sebuah studi yang cukup mendalam oleh Business Week (1986) menunjukkan beberapa contoh usaha patungan dan motivasi mereka. Tabel 3 merangkum temuan, menunjukkan berbagai tujuan strategis peserta usaha patungan.

Patut dicatat, dalam setiap kontrak patungan beberapa ciri sebagai berikut biasanya dianut yaitu :

(1) kontribusi oleh partner dalam uang, properti, usaha, pengetahuan, skill, atau aset lain adalah bentuk yang umum;

(2) kerja sama dalam properti sering dimasukkan dalam patungan;

(3) hak untuk saling mengontrol manajemen perusahaan;

(4) harapan akan keuntungan (presence of adventure);

(5) hak untuk berbagi keuntungan

(6) tujuan biasanya dibatasi menjadi satu keterlibatan atau ad hoc enterprise (Weston, et.al., 1990, bab 14).

Isu terkait kelemahan strategis aliansi ini terkait dengan isu kepemimpinan, kontribusi mitra aliansi, pengawasan kontribusi, dan strategi bisnis. 

Penting untuk menciptakan struktur perusahaan yang jelas dalam strategi aliansi. Hal ini dapat memperjelas isu-isu yang terkait dengan kepemimpinan perusahaan selama aliansi. Dengan cara ini, setiap partai dalam koalisi perlu mengetahui motivasi dan motivasi masing-masing partai, baik jangka panjang maupun jangka pendek. 

Selain itu, masing-masing pihak dalam aliansi perlu memahami kebutuhan dan keinginan mitra aliansinya. Hal ini karena kebutuhan dan keinginan akan terus berubah. Dengan memahami kebutuhan dan keinginan satu sama lain, pihak aliansi dapat menetapkan tujuan dan insentif yang disepakati bersama.

Selain itu, persaingan antara mitra aliansi dapat terjadi. Tidak jarang mitra aliansi menjadi pesaing. Dalam hal ini, setiap mitra aliansi ingin menjadi pemenang di pasar dan mengalahkan mitranya.

 Aliansi dapat berhasil jika tujuan dari kolaborasi adalah untuk mewujudkan sumber daya; memperoleh aset dan kemampuan yang bukan milik perusahaan; atau umumnya berbagi biaya dan risiko. Oleh karena itu, strategi ini pasti akan berhasil dalam jangka panjang, karena pada umumnya mitra akan memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dengan mengamati dan meniru nilai tambah dari perusahaan afiliasinya.

 Risiko selanjutnya adalah pembelajaran/budaya perusahaan sulit untuk diintegrasikan, karena masing-masing perusahaan memiliki kepribadian yang berbeda, sehingga kedua belah pihak membutuhkan komunikasi yang baik untuk menyelesaikan masalah.

Risiko (atau risiko objektif) didasarkan pada konsekuensi atau hasil dari alternatif dan probabilitasnya. Risiko bisa objektif karena itu adalah sesuatu yang melekat dalam situasi tertentu. Dalam banyak kasus, seperti lotre dan kartu

risiko dapat dihitung secara objektif, berdasarkan kemungkinan hasil yang diketahui dan probabilitasnya. Di sisi lain, risiko yang dirasakan (atau risiko subjektif) adalah perkiraan pengambil keputusan tentang risiko objektif. Pengambil keputusan, dengan demikian, mungkin memiliki perkiraan yang berbeda tentang tingkat risiko dalam situasi tertentu.

Risiko dalam aliansi. Kepercayaan niat baik adalah tentang itikad baik, niat baik, dan integritas seseorang. Ini tentang apakah sebuah perusahaan memiliki reputasi untuk bertransaksi adil dan peduli tentang kesejahteraan perusahaan mitranya dalam aliansi. 

Reference :

Trott - 2017 -  roz Innovation-Management-and-New-Product-Development (buku)

Strategi Aliansi dalam Industri Alat Medis di Indonesia (pdf)

http://e-journal.uajy.ac.id/1312/3/2EM16548.pdf

https://www.academia.edu/9974870/Makalah_Strategi_Aliansi

https://glints.com/id/lowongan/kepemimpinan-operasional/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun