Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Dosen - Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Raket

Petuah Cabor Bulutangkis

13 Agustus 2024   03:06 Diperbarui: 13 Agustus 2024   03:30 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

KOI (Komite Olimpiade Indonesia) perlu menelaah lebih dalam tentang suksesnya prestasi kontingen Indonesia pada Olimpiade tahun 1992. Setidaknya, sukses bulutangkis/badminton menjadi skema awal dalam menyusun roadmap dan masterplan prestasi atlet yang dibina.

Setiap kultur cabang olahraga memiliki tradisinya sendiri-sendiri, meski terkadang juga terdapat tradisi di luar kewajiban atlet di lapangan. Kalau berdasarkan markas angker, Istora Senayan pastinya yang paling trending. Sedangkan Gelora Bung Karno (GBK) menjadi tempat singgahnya Macan Asia  Timnas Indonesia era 1958    di cabor Sepakbola. 

Musuh bebuyutan Timnas Indonesia pun sampai kewalahan, apabila sedang bertandang ke GBK. Euforia penonton yang memekikkan," Indonesia,,,tetet tetet tetet" sambil diiringi suara terompet khas pertandingan sepakbola sangat menderu. Suara penonton GBK yang bergemuruh pasti akan selalu dinanti punggawa Timnas untuk memberikan efek terapi mental kepada tim lawan. Begitu juga, Istora Senayan pada cabor bulutangkis sangat ditakuti sekaligus dinanti oleh tim bulutangkis manapun.

 Atmosfer Istora ternyata mendapatkan tempat tersendiri bagi pemain negara China dan Singapura. Chen Qing Chen ganda putri China, juga punya banyak penggemar di Indonesia. Dia terlihat sangat menikmati setiap bertanding di Istora. Pantas saja dia sering langganan juara ketika ada event Indonesia Open maupun Masters di sana. Loh Kean Yew terus melakukan pemanasan yang disertai dengan suara gemuruh khas dari Indonesia "Ea, Ea, Ea.". 

Pebulu tangkis berkebangsaan Singapura itu pun kagum dan sangat senang jika bermain di Indonesia, karena suporternya yang sangat seru. Tidak herman  ungkapan sangat "heran"  pemain Singapura itu sering menjadikan penonton Istora sebagai panggung hiburan ketika sebelum dan pas bertanding. Namun, kedua cabor favorit di Indonesia itu tidak sesuai dengan tradisi tempat angker para atlet negara lain. Oleh karenanya, cabor bulutangkis yang menjadi ikon Olimpiade, juga paling lengkap prestasinya layak jadi yang terfavorit di Indonesia.

Begitu juga, tradisi emas Olimpiade didominasi oleh olahraga bulu angsa ini; walaupun kini, bahan shuttlecock terbuat dari bulu hewan alami dan gabus berbahan serat kayu dari pohon ek (oak). Dikutip dari sejarah keikutsertaan Indonesia di Olimpiade, cabor ini tidak pernah absen untuk ikut serta mendulang medali emas mulai tahun 1992 sampai sekarang. 

Kiprah bulutangkis terus menjadi lumbung emas Indonesia, kecuali tahun 2012 di London. Kala itu, Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, gagal meraih medali perunggu sehingga tak satu pun medali disumbangkan cabang bulutangkis di Olimpiade London. Mereka dikalahkan dua set langsung oleh pasangan Denmark, Joachim Fischer/Christinna Pedersen, dengan angka 21-12 dan 21-12 di babak semifinal. 

Namun, noktah Olimpiade kala itu dapat ditebus "lunas" oleh mereka kala berhasil mendulang emas di tahun 2016, Brazil. Euforia itu sekaligus menjadi satu-satunya emas yang didapat kontingen merah putih. Indonesia menjadi langganan emas Olimpiade lewat cabor bulutangkis; namun hanya 1 emas yang berhasil didapat. 

Sejarah pun sudah terbuat  yang menjadi starting point langganan emas sekaligus paling banyak, juga terbanyak perwakilan atlet yang mewakili  di tahun 1992.  Begitulah, kala kita melihat program Olimpiade Indonesia paling sukses di Barcelona. Selain suksesnya Indonesia, IBF (International Badminton Federation) selaku induk organisasi badminton dunia, juga ikut sukses mendaftarkan cabor ini masuk kategori Olimpiade. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun