Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Dosen - Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rumah Ngaji Menginspirasi Kreativitas Anak

14 Juni 2024   05:48 Diperbarui: 14 Juni 2024   06:33 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah skema perjuangan di tengah kota dengan sejuta cerita tentunya akan membuat seluruh jiwa dan raga tertantang. Pernak-pernik paketan juga termasuk salah satu efek penggembira yang sesuai dengan motto JNE "Connecting Happiness". Senada apa yang digaungkan oleh Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa'di-Disadur dari Tesis Asril Hamidi, 2021- tentang makna kebahagiaan. Beliau merepresentasikan kebahagian dengan step-step diantaranya; menghindari kekufuran, beriman dan beramal shaleh, menjalankan perintahnya, khusyu' dalam mengerjakan shalat, berpaling dari hal-hal yang tidak berguna, berjihad, berlaku benar (shidiq). JNE sudah di jalan yang benar. Kang Maman juga pernah berujar kan ya,hehe. Bahagia itu tidak harus menunggu kaya, artinya kita bisa membahagiakan orang lain dengan cara memegang erat amanah barang paketan agar aman sampai ke si penerima. 

JNE juga telah memberikan pembelajaran kepada perusahaan lain dan masyarakat agar tetap memegang teguh keimanannya. Mbak Nur seorang karyawan JNE Medan juga pernah berujar tentang esai pengalaman hidupnya ketika bergabung pada JNE Medan, 2017. Mbaknya kaget katanya sewaktu diinterview oleh Head Unit Human Capital JNE Medan," Mbak shalatnya gimana?". Pertanyaan tersebut membuat mbaknya kagum alias terperangah. Tidak ayal bahwa JNE sangat memperhatikan nilai ketakwaan karyawannya.

Hal tersebut juga terjadi dalam kisah kasih paketan JNE yang berusaha merasukkan himmah-semangat- agar nantinya aku berpikir juga kepada masa depan anak biologisku. Karena pada dasarnya, anak itu ada dua jenis yakni; anak biologis dan ideologis. Syahdan, pada Jum'at 31 Mei 2024, aku dan keluarga kecilku berniat shopping ke daerah Depok untuk membeli bingkisan buat teman istri di Jakarta ketika waktu lahiran. Sontak saja, gas terus kreativitas belanjanya istriku. Ditemani dua anak setengah kembarku, proses dan suasana belanja jadi lebih berwarna. Si anak yang lagi aktif-aktifnya dan tantrum membuatku dan istri harus membagi jobdes antara eksekutor belanjaan dan peran baby sitter. Kami belanja tiga barang sekaligus untuk acara jenguk lahiran teman. Maklum saja, di bulan Mei memang sepertinya masa subur orang di sekeliling, setelah masa nikahan di tahun sebelumnya. 

Satu bingkisan yang paling gede dan dekat kami dahulukan, tertuju pada Mbak Nila di daerah Ciracas Jakarta Timur. Langsung saja gak pakai lama, aku dan istri berikut 2 bocil kami bergegas ke jasa paketan JNE daerah Margonda raya, Depok. Aduh, aku kelupaan bahwa saat itu hari Jum'at sehingga masih tutup kantornya menunggu shalat Jum'at usai. Akupun menunggu dengan setia kantor JNE buka. Pada waktu menunggu itulah, kami berkelakar tentang dua putra kami yang memiliki interest yang sangat kontras. 

Si kakak bernama Balya lebih seneng alat dan moda transportasi seperti motor, mobil, truk, dan lain sebagainya. Sedangkan si adik Banu lebih suka dunia satwa yang lucu-lucu seperti pinguin, burung-burungan, kelinci, dan lain sebagainya. Kamipun berandai-andai bahwa Balya cocok menjadi Enginer. Kami ingin mengarahkan Balya ke arah sana sedari dini. Begitupun Banu yang sepertinya lebih matching dengan tema pecinta hewan atau animal care contohnya Dokter Hewan.

Aku       : "Ma, anak-anak sudah punya kerucut cita-cita sendiri kayaknya". Tuturku.

Isriku    : "Iya kayaknya Bi", Balasnya.

Aku       : "Tapi bagaimanapun juga, mereka harus bisa mengaji Alquran dan kajian bekal syariat agama yang baik, walaupun berbeda tujuan skill dan profesi". Tambahku, semakin meyakinkan dan set planning beneran.

Eh, tidak lama kemudian tiba-tiba ada abang kurir JNE datang dan bertanya, "Mau kirim paketan pak?, Ia bertanya. Aku menjawab, "iya". Lantas abang JNE mengetuk pintu kantor JNE. Tidak disangka ada mbak resepsionis JNE dari dalam datang dan buka pintu.

"Walah, ngertio ket mau mbak, mbak. Gak usah ngenteni suwi (red; Bahasa Jawa), kata hati nurani ini, wkwkwk.

Intinya, kenapa tidak dari tadi dibuka ya. Kamipun masuk dan mengirimkan bingkisan tersebut. Tidak lama kemudian di hari Sabtunya paketanpun datang, Mbak Nila mengirimkan foto paketan kami dekat di sebelah sang buah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun