"Ana, kau tak pernah salah. Cinta yang kita ukir pun tak pernah salah. Kita berhak menyukai dan mencintai sebagai manusia. Hanya saja, mungkin rasa itu hanya perlu berlabuh pada pelabuhan tanpa singgah, bukannya menetap".
(Suasana menjadi hening)
"Ana..percayalah bahwa menjadi aku yang sekarang bukanlah hal yang mudah. Maafkan aku Ana".
(Ana tersenyum sebisanya)
"Ana, aku tak bisa pungkiri bahwa rasa cinta memiliki kini berubah menjadi rasa sebagai adik dan kakak. Aku tulus bahwa..."
"Sudahlah, aku mengerti. Jaga jubah putihmu. Jangan sampai terkena tinta", Ana menyambar kata-katanya yang belum usai disampaikan.
Ana pun beranjak pergi tanpa sepatah katamu dan salam perpisahan.
***
Setelah kejadian waktu itu, puing-puing rinduku padanya berubah seketika. Aku menyadari bahwa cinta tak selamanya memiliki. Namun, aku juga sadar bahwa dia juga adalah alasan bahagiaku.
Aku mencoba membuka lembaran kisah baru. Inginku buktikan padamu bahwa rasa rinduku selalu berterbangan ke sana ke mari tak menentu. Masih dengan bayang-bayang bola matamu yang syahdu itu, ku ingin menulis sepucuk surat padamu. Surat rindu seorang gadis tepi pantai, yang ingin hanyut bersama gelombang rasa. Birkan dalamnya lautan mencerminkan dalamnya rasa sayangku padamu, namun tak harus memiliki.
Kupang, 29 Maret 2023,