JALAN PULANG
Lima belas menit yang lalu seorang tua duduk
di jendela senja, memikirkan hujan yang bisu.
"Ayah, hari ini aku harus kembali menemui fajar. Ingin ku menempa siang yang keras,
dan ku jadikan emas murni pelapis ilmu".
Sepuluh menit (yang) lalu, ia beranjak ke gudang bekal
melihat-lihat perkakas yang dibutuhkan anaknya.
"Mungkin sehelai kain mampu menutupi kesedihannya", si tua membatin.
Lima menit (sekali lagi) yang lalu, ia beranikan diri menemui anaknya.
Kain di tangan kanannya, dan sebilah pisau di sebelahnya.
"Nak, gunakanlah kain ini tuk melapisi teriknya siang, dan tikamlah senja jika
dia terus mengikutimu".
Saat ini, keduanya saling bertatap.
"Ayah, aku tak mau keduanya. Aku ingin meminjam hatimu saja, tuk
menjadi mantel saat hujan maupun terik".
Si tua menjadi sedih. Waktunya untuk pulang. Si tua kembali ke kamar membawa gerimis di matanya, dan si anak berjalan pulang menyambut fajar.
Penfui, 26/02/23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H