Teori ini “meminta” setiap individu untuk menegosiasikan dan mengkoordinasikan perbatasan mereka. Kita semua mempunyai rasa memiliki (sense of ownership) terhadap informasi mengenai diri kita, dan kita merasa kita memiliki hak untuk mengontrol informasi kita. Kita akan terus-menerus membuat keputusan mengenai apa yang kita kemukakan, siapa yang bisa menerima informasi dari kita serta kapan dan bagaimana menyampaikannya. Petronio melihat proses pengambilan keputusan ini bersifat dialektik, yaitu adanya tarik menarik antara keinginan untuk mengungkapkan atau menyampaikan informasi pribadi dengan keinginan untuk menyimpannya (Morison, 2013: 318-319).
Kemampuan orang mengontrol keinginan untuk membuka atau menutup informasi mengenai dirinya kepada publik sangat ditentukan juga oleh cara pandang atas dirinya sendiri. Rom Harre bilang, manusia memiliki aspek individual dan sosial. Manusia dibentuk oleh teori pribadinya. Pada dasarnya orang berusaha untuk memahami dirinya dengan menggunakan ide atau teori mengenai menusia (personhood) dan teori mengenai diri (selfhood). Inilah yang disebut teori konstruksi sosial diri. Menurut teori ini, sifat manusia diatur oleh kebudayaan, sedangkan sifat diri diatur oleh teori yang dimiliki orang bersangkutan. Teori mengenai diri diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan orang lain (Morison, 2013: 113-115).
Maka, di hadapan media setiap orang mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan diri lewat media. Ekspresi ini sangat ditentukan oleh sejauh mana seseorang memandang dirinya. Meski dalam diri tiap individu memiliki dimensi publik, namun bagaimana ia menempatkan diri di mata publik secara gamblang mencerminkan bagaimana ia memandang dirinya.
*Bahan ini disajikan sebagai bahan ujian Magister Komunikasi Universitas Mercu Buana, Jakarta, 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H