Rabu 17 Oktober 2018 pada pukul 19.38, Tabloid BOLA menyatakan akan tutup lewat akun twitter resmi mereka. Sebelum tutup mereka akan mengeluarkan dua edisi terakhir yang akan terbit pada jumat 19 Oktober dan 26 Oktober.
Untuk edisi Jumat tanggal 19 Oktober mereka akan membahas tentang derbi Milano, dan untuk tanggal 26 Oktober merupakan edisi pamitan yang merupakan edisi pamitan.Â
Tabloid tersebut akan terbit full color. "sesuai sejarahya, Edisi pertama BOLA pada 1984 terbit pada hari Jumat, dan akan berakhir pada jumat pula," Tulis akun @TabloidBOLA di akun sosial media mereka.
Minggu ini merupakan minggu terakhir Tabloid BOLA terbit. Tabloid tersebut sudah terbit sejak 1 April 1984, dan sudah berdiri selama 54 tahun. Tabloid bola merupakan salah satu media massa dari Kompas Gramedia yang ber-genre olahraga. Kompas Gramedia resmi menghentikan edisi cetak dari Tabloid Bola, Akan tetapi mereka tetap mempertahankan edisi online melalui situs bolasport.com
Seperti yang dilansir tirto.id, Rusdi Amal selaku Direktur Hubungan Masyarakat (Humas) dari Kompas Gramedia (KG) menjelaskan bahwa "Melihat dari lanskap bisnis terjadi perubahan sebanyak 80-85 persen di pasar. Perubahan itu bukan hanya di Kompas Gramedia (KG), tapi di seluruh media di Indonesia. Dan yang paling kena adalah media yang sifatnya reguler seperti mingguan dan bulanan, dalam hal ini tabloid dan majalah,".
Kondisi pasar yang saat ini mengarah pada digital membuat seluruh bisnis media massa harus menyesuaikan diri. Kemajuan dibidang teknologi memang cukup berdampak pada media massa. Selain dampak bisnis majunya teknologi juga berdampak pada praktek jurnalistik. Wartawan senior Harian Kompas Bre Redana pernah membuat tulisan di kompas edisi 28 Desember 2015 dengan judul "Inikah Senjakala Kami..."
Tulisan Bre tersebut kemudian menjadi viral di media digital dan tersebar di grup-grup Whatsapp. Bre mengkritik kerja-kerja media online dan media cetak, ia juga mengkritisi perilaku jurnalisme yang makin tergantung dengan internet, seperti ditulis Rappler.com. Tulisan Bre tersebut kemudian membeberkan alasan-alasan mengapa media cetak lebih "tertinggal" dari media online. Menurut Bre, salah satunya adalah iklan yang berpindah ke media online.
Berpindahnya iklan dari cetak ke media online bisa dipahami jika merupakan salah satu dampak dari semakin majunya teknologi, tetapi benarkah kemajuan teknologi juga membuat jurnalisme berubah?
Majuna teknologi saat ini memungkinkan untuk terjadinya konvergensi media, yang berarti dalam satu platform dapat diisi oleh beberapa media misalnya audio, video, animasi, gambar, dan tulisan. Internet memungkinkan hal tersebut untuk terjadi.
Masyarakat yang saat ini lebih memilih untuk menggunakan telefon pintarnya dalam mencari informasi juga mejadi pertimbangan berpindahnya media massa cetak ke media online. Dalam hal pemasangan iklan, para pengiklan akan lebih memilih media online karena media online memiliki data pembaca dan seberapa lama iklan tersebut akan dilihat dari pada media cetak.
Data pada media online mengandalkan seberapa kali sebuah artikel/media massa diklik oleh pembaca dan seberapa lama pembaca biasanya membaca artikel tersebut. Sederhananya, Data di media online lebih pasti ketimbang data dari media cetak. Biaya iklan di media online yang lebih murah juga menjadi penyebabnya. Hal-hal tersebut yang mungkin mempengaruhi pindahnya iklan di media cetak ke media online.
Praktek jurnalisme mungkin juga berubah, salah satunya adalah kecepatan dalam pemberitaan. Kecepatan dalam pemberitaan tersebut acap kali juga membuat wartawan tidak sempat untuk memverifikasi data yang mereka dapat.
Akan tetapi dengan banyaknya media dalam satu platform akan membuat pembaca lebih mudah untuk memahami berita, karena dalam satu artikel misalnya terdapat foto, tulisan, video, bahkan suara. Sebuah laporan akan lebih komprehensif. Kemudian, dengan adanya media digital, pembaca dapat berperan dengan memanfaatkan interaktivitas media digital.
Media digital juga mampu untuk menampilkan big data. Data-data tentang hasil survey, sensus, dan angka-angka hasil pemantauan bertahun-tahun juga dapat dilaporkan di media digital. Jurnalisme data kemudian akan menjadi bentuk jurnalisme yang kemudian digunakan di era digital ini. Hal tersebut dikarenakan, jurnalisme data dapat menampilkan data mentah secara utuh untuk dibaca oleh pembaca mereka.
Dengan adanya konvergensi tersebut praktek bisnis media massa akan berpindah tempat dari media cetak ke media online. Praktik jurnalisme juga akan berubah menjadi jurnalisme yang lebih mementingkan data-data resmi, akan tetapi jurnalisme akan selalu melayani publiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H