Seperti menurut Persepsi Ibu Yusnani dan Ibu Sunaya yang mengatakan bahwa “Laki – Laki dan Perempuan sama sama bekerja. Selain Membabat Tanaman dan Kuli Bangunan, mereka juga mengakses pekerjaan di pabrik luar Desa. Sedangkan Perempuan, banyak diperlukan untuk Bertani disini. Berbicara mengenai Kendala Pemenuhan Ekonomi di dalam Rumah Tangga tentu ada, namun pastinya bisa diatasi.Â
  Mengupas mengenai Sosial & Budaya di Desa ini, Paya Itik diduduki oleh Mayoritas Jawa (60 %), Banjar (20 %), dan Karo (20 %) atau disingkat dengan Bajoka. Dengan Penduduk jiwa sebanyak + 1.600, mampu membangun solidaritas yang tinggi dengan perbedaan sukunya. Terdapat 3 Dusun yang mana Dusun I (umumnya Suku Jawa), Dusun II (umumnya Suku Karo), dan Dusun III( umumnya Suku Banjar). Perbedaan Suku tersebut tidak membuat mereka goyah, Namun sebaliknya memiliki Nilai Toleransi yang cukup Tinggi. 3 Suku yang berbeda bisa saling memahami Suku dan saling memahami dengan baik budaya satu sama lain. Sehingga Dulu hingga kini, Permasalahan antar suku belum pernah terjadi. Bahkan dalam Hal seperti, Pesta Pernikahan, Melayat, atau lain sebagainya, Mereka saling mengudang satu sama lain.
  Sedangkan dalam Aspek Pendidikan, di Desa Paya Itik terdapat 1 Sekolah SD yakni, SDN 104279. Anak – Anak yang berpendidikan Dasar bersekolah disana baik Laki – Laki dan Perempuan disamakan dalam Kemauannya Menuntut Ilmu. Proporsi antara Laki – Laki dan Perempuan sebanding. Faktor Budaya tidak membuat hanya Laki – Laki saja yang berhak mendapatkan pembelajaran, dikarenakan anggapan orang yang mengedepankan Anak Laki – Laki dalam Pembawa Nama Baik Keluarga, dan Perempuan yang hanya mampu mengurus Rumah dan membantu Orang tua. Anak Pendidikan Menengah, mengakses Pembelajaran ke Luar Desa, bahkan ada yang sampai Menempuh Kuliah Mandiri dan Beasiswa. Ibu Suriatik  yang menjadi salah satu Narasumber berpendapat bahwa “ Sudah ada Undang – Undang yang memberlakukan Wajib Belajar 9 Tahun, Maka Anak – Anak di Desa ini tentu harus merasakannya. “
  Terakhir, ada Layanan Kesehatan. Dinilai cukup baik, karena adanya Posto ( Posyandu Pembantu ) yang dipandu oleh Perempuan. Program – Program Layanannya dalam melakukan Pemeriksaan Rutin Sebulan Sekali pada Ibu dan Anak, juga pada Lansia baik Laki – Laki dan Perempuan rutin diperiksa.
  Dinamika dari Tahun sebelumnya hingga Tahun Sekarang dilihat dan dinilai lebih baik. Munculnya Program – Program Inisiatif  ini sangat membantu mengatasi Permasalahan yang ada dalam mencapai Kesetaraan Gender yang berkelanjutan ini. Bentuk Program Inisiatif yang  telah dilakukan yakni, berupa :
Program Pemberdayaan Perempuan melalui Edukasi Manual & Teknologi.
Program  Pameran Bajoka agar Toleransi tetap terjaga & meningkat.
Sistem Perolehan Upah yang setara dengan Pekerjaannya.
Program Keterlibatan Perempuan dalam Pengambilan Keputusan dan dalam Organisasi.
Peluang kepada Perempuan untuk menuntut Ilmu sampai Tinggi dan meniti Jenjang Karir.
Program Pemeriksaan rutin sebulan sekali dilakukan pada balita, Ibu Hamil, dan Lansia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya