Mohon tunggu...
Rosalia Fergie Stevanie
Rosalia Fergie Stevanie Mohon Tunggu... Penulis - penulis

Dunia Tanpa Sekat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Serunya JIHW 2015, Pejalan Asing dan Lokal Berbagi Senyuman

15 November 2015   06:40 Diperbarui: 15 November 2015   09:15 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jogja International Heritage Walk (JIHW) 2015 hari pertama di Prambanan, Sabtu (14/11), diikuti ratusan peserta dari berbagai negara di Asia maupun Eropa. Termasuk juga dari Indonesia. Event tahunan ini disambut sangat meriah sejak pagi hari pukul 6.30 wib dimana semua peserta mulai menjelajahi rute yang sudah dipilih, antara 5 km, 10 km, atau 20 km. Saya sendiri memilih rute terjauh yaitu 20 km dari posisi start di Lapangan Shiwa Prambanan, dan akan finish di tempat yang sama.

Panas matahari yang menyengat tidak menyurutkan semangat pejalan kaki 20 km untuk mengambil jalan pendek saja. Apalagi selama perjalanan ada beberapa rest area atau tempat beristirahat dimana peserta bisa minum dan makan snack, sebelum kembali berjalan.

Tidak ada jarak khusus antara peserta asing dan lokal, kami sama-sama berjalan dan beristirahat dengan penuh semangat. Mengingat yang kami maknai disini bukanlah hasil, tetapi proses untuk meresapi kearifan lokal warga masyarakat di sekitar daerah Candi Prambanan. Jadi sekali lagi, JIHW ini bukanlah lomba tetapi ajang jalan santai untuk menjejaki keistimewaan lokal dari cagar budaya milik bangsa. 

Baru setengah perjalanan saja kaki saya sudah terasa sakit. Makanya saya kagum dengan kekuatan langkah kaki orang-orang asing yang begitu tegap dan bersemangat. Bahkan banyak diantara mereka sudah berusia lanjut dan berjalan memakai tongkat. Selain itu mereka sangat ramah dengan warga lokal terutama anak-anak, begitupun sebaliknya. Ada juga yang membagikan kenang-kenangan kecil dan disambut gembira oleh warga.

Wah, senyuman-senyuman hangat itu ternyata ampuh menjadi penawar rasa sakit di telapak kaki saya. Apalagi di sepanjang jalan banyak anak-anak yang memberikan semangat kepada kami, "Semangat yaa!" atau kami saling menyapa, "Hello...!. 

 

 

Peserta dari Taiwan Kompak!

Kelompok peserta dari Taiwan adalah peserta yang paling bersemangat. Sepanjang jalan mereka kompak bernyanyi dan menyerukan yel-yel negaranya. Kekompakan ini terus dipertahankan untuk saling menguatkan sepanjang jalur 20 km yang sangat panjang.  Selain itu mereka juga ramah dengan warga lokal, dan anak-anak sering tertawa mendengar mereka bicara dalam bahasa mandarin. 

Nah, di salah satu rest area mereka bergoyang diiringi alunan kendang dari tiga orang ibu. Meskipun tidak mengerti dendang bahasa jawa akan tetapi mereka tetap joget dengan riang-gembira. Masalah bahasa memang jadi batu sandungan tetapi bahasa tubuh melalui keramahan itulah yang menghangatkan suasana.

Hore, Finish!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun