Mohon tunggu...
Rosalia Fergie Stevanie
Rosalia Fergie Stevanie Mohon Tunggu... Penulis - penulis

Dunia Tanpa Sekat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wajah Pagi di 'City Walk' Solo: Menggetarkan!

14 Oktober 2015   06:38 Diperbarui: 14 Oktober 2015   13:55 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jujur saja, baru pertama ini saya mengagumi suatu akses trotoar umum, yang benar-benar bisa digunakan secara nyaman oleh penyandang disabilitas atau difabel. Dalam suatu penelitian kecil ketika kuliah dulu, saya mengetahui banyak keluhan dari mereka yang menggunakan kursi roda. Bagaimana mereka mendapati beragam kesulitan dan ancaman bahaya tersambar mobil atau motor pada tepian jalan-jalan ramai. Roda-roda kursi roda, jauh dari keamanan.

Akan tetapi di City Walk Solo, saya melihat sendiri bagaimana zona ini sungguh menjadi ruang ternyaman bagi kedua orang wanita di kursi roda mereka. Tidak perlu bercampur jalan dengan kendaraan besar atau berhimpitan parkir motor. Inilah manfaat positif bagi kondisi para difabel, yang semestinya juga diutamakan sebagai pengguna jalan.

 
 
  • Anak Berkaos Gelap, Siapakah Dia?

       Masih di city walk depan Loji. Secara kebetulan saya berpapasan dengan rombongan anak-anak beserta guru pendamping mereka. Rasanya selalu menyenangkan bisa memotret anak-anak dengan segala kelucuan dan keluguan, di depan kamera. Apalagi ketika itu mereka sedang berjalan pagi dengan sangat leluasa, dan tentunya melintasi Loji Gandrung.

Hanya saja, setelah rombongan anak-anak itu berlalu dan saya iseng memotret pagar daun milik Loji Gandrung, ada suatu keganjilan. Seorang anak seumuran anak-anak berkaos olahraga warna oranye, justru tampak memakai kaos warna kelabu, dan menggendong ransel berwarna putih lusuh. 

Dia menyapa saya dengan antusias, membuat saya mengalihkan pandangan ke suara riang di belakang punggung. Si bocah mengatakan ingin melihat foto-foto di kamera, hasil jepretan di depan Loji. Rupanya dia memperhatikan keseriusan saya memotret. 

Semula saya menduga dia masih termasuk dalam rombongan sekolah anak-anak tadi. Meskipun penampilan dirinya lebih sederhana, siapa tau saja memang ada alasan khusus sehingga dia tidak bisa memakai kaos seperti kawan-kawannya.

Namun ternyata, dia memang tidak sedang terpisah dari barisan. Sembari menyapanya ramah saya masih sempat melempar tanya spontan,"ora sekolah?". Sayangnya pertanyaan saya belum terjawab dan dia juga belum melihat seluruh foto di kamera. Sebab tiba-tiba, seorang wanita agak tua tiba-tiba memanggil dari kejauhan. Dia pun menghampiri ibu itu dan fokus mendengar perintah

Anehnya walau jarak kami masih berdekatan dia tak lagi bicara bahkan memandang saya, yang masih coba memperhatikan gerak-geriknya, sempat 'pipis' di sekitar trotoar. Beberapa menit kemudian ibu dan anak masuk ke halaman di sebelah Loji Gandrung, entah untuk apa.

Sungguh Miris. Dunia kecil bocah lelaki ini seakan jadi kontras dengan anak-anak seumurannya pada perlintasan jalan yang sama dan dekat. Ibarat cermin dua sisi dunia anak berlainan langkah, dalam kesamaan ruang dan waktu.

'Foto-foto khusus, sengaja tidak menampilkan wajah anak'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun