Mohon tunggu...
Stevan RiverLombo
Stevan RiverLombo Mohon Tunggu... Buruh - Petani

Bajalang-batulis-bacerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Susan dan Gereja Tua

13 Juni 2024   22:27 Diperbarui: 13 Juni 2024   23:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tengah gemerlap kota yang riuh, ada Susan

Wanita anggun, tapi hatinya terpatri dalam masalah

Dia selalu mencari jawaban di Gereja Tua

Tempat suci di mana kekerasan dan hipokrisi berlaga

 

Susan bersujud di depan altar yang hening

Mengharapkan petunjuk dari Tuhan yang jauh di sana

Gereja Tua dengan dindingnya yang retak

Menyemangati dengan senyum misterius dan bertanya

 

"Susan, oh Susan, apa yang kau cari di sini?

Dosa-dosamu merayap, tidak bisa kau sembunyikan"

Suara Gereja Tua penuh sarkasme dan ironi

Menggugat Susan dalam pencariannya yang terus-menerus

 

Susan terdiam, mendengarkan ocehan bangunan tua

Mendengar celaan atas kesalahannya yang tak termaafkan

Gereja Tua menjadi personifikasi penilaian tak berpihak

Menyilaukan dengan kebenaran yang menusuk

 

Di dalam keheningan dan kegusaran, Susan menangis

Merasa terjepit antara agama dan kehendaknya sendiri

Gereja Tua, simbol kewibawaan yang telah lusuh

Menertawakan dengan cahaya suram yang menyilaukan

 

Ironi tak terbendung di antara Susan dan Gereja Tua

Retorika dan sarkasme memenuhi ruang kesucian

Dua entitas yang saling berlawanan, tetapi terikat

Menyiratkan kompleksitas dalam pencarian arti

 

Susan dan Gereja Tua, dua karakter yang bertentangan

Namun terdapat kebenaran dalam keironian ini

Mereka adalah cermin dari dunia yang penuh kontradiksi

Di mana kebaikan dan kejahatan saling berbaur dalam kesucian...

#initepsi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun