Di sebagian gereja, perjamuan kudus hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah mengambil komitmen sebagai anggota. Apabila jemaat lain yang belum menjadi anggota ingin mengikuti sakramen, mereka diharuskan mengisi formulir tertentu. Sesudah sakramen, pihak gereja akan menginfokan hal tersebut kepada pemimpin gereja di mana orang tersebut menjadi anggota. Sebagian gereja mempraktikkan sebuah kebiasaan yang baik dalam hal persiapan sakramen. Mereka mewajibkan jemaat untuk hadir dalam ibadah persiapan, beberapa hari menjelang perjamuan kudus dilakukan. Semua ini bermanfaat untuk meningkatkan kerekatan dan keterikatan sebagai umat perjanjian.
Melibatkan diri dalam pelayanan
Setiap orang pasti diberi minimal satu karunia rohani (1Kor. 12:7, 11; Ef. 4:16 "tiap-tiap anggota"). Setiap orang paling tidak menerima satu talenta (Mat. 25:14-15). Semua pemberian ini dimaksudkan untuk kepentingan bersama (1Kor. 12:11). Masing-masing melayani sesuai karunianya (Rm. 12:3-6). Masing-masing melayani dengan cara yang sesuai (Rm. 12:7-8). Konsep ini dapat diringkas sebagai berikut: diberi minimal satu, untuk semua, sesuai karunia dan cara.
Mengikuti rapat keanggotaan
Baik pada sistem pemerintahan kongregasional (keputusan di tangan seluruh jemaat) maupun presbiterian (keputusan di tangan para penatua), seluruh jemaat tetap perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang penting. Walaupun tidak selalu bersifat menentukan, suara jemaat seringkali bermanfaat dalam menguji apakah sebuah keputusan besar memang berasal dari Tuhan.
Alkitab memberikan beberapa contoh tentang hal ini. Pemilihan dan pengutusan Yudas maupun Silas untuk menyertai Barnabas dan Paulus ke Antiokhia merupakan keputusan bersama para rasul, para penatua, dan seluruh jemaat (Kis. 15:22). Demikian pula keputusan untuk mengutus Barnabas dan Paulus memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (Kis. 13:1-3). Salah satu cara jemaat dapat dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting adalah melalui rapat keanggotaan.
Menghindari hal-hal yang mencemarkan nama baik gereja
Keanggotaan gereja bukanlah barang yang murah maupun hadiah. Ini adalah pengakuan terhadap pertobatan, pertumbuhan rohani, dan komitmen seseorang. Gereja perlu memonitor perkembangan setiap anggota. Seandainya ada yang melakukan dosa yang sangat serius, tidak mau bertobat, berdampak besar bagi yang lain, dan merusak reputasi gereja di mata dunia, gereja harus mengambil tindakan tegas. Ini disebut dengan disiplin gereja (Mat. 18:15-20; 1Kor. 5:1-13).
Motivasi di baliknya adalah kasih. Keinginan untuk melihat orang lain bertambah dewasa di dalam Kristus. Disiplin yang keras tidak jarang menjadi sarana ilahi menuju pertobatan (1Kor. 5:5b "agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan"; 2Kor. 7:8-11 "dukacita menurut kehendak Allah"). Setiap jemaat perlu memahami dan menyetujui hal ini sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap gereja.
Pertanyaan
- Apakah Anda merasa sudah melebur dalam sebuah gereja lokal? Jelaskan!
- Dari jangkauan nilai 0 sampai 100, berapa penilaian Anda terhadap keseriusan gereja Anda dalam menerapkan keanggotaan yang benar? Mengapa?
- Apakah kontribusi konkret yang Anda bisa lakukan untuk mempercepat proses peleburan diri sendiri maupun orang lain?
Bacaan penting:
- Dr. Melvin Steinbron, The Lay Driven Church: How to Empower the People of Your Church to Share the Tasks of Ministry (Eugene: Wipf and Stock, 2004).
- Sue Mallory, The Equipping Church: Serving Together to Transform Lives (Grand Rapids: Zondervan, 2001).
- D. M. Lindsay, Friendship: Creating a Culture of Connectivity in Your Church. Gallup Research (Loveland: Group Publishing, et al. 2005).
- Rick Warren, The Purpose Driven Church: Every Church Is Big in God's Eyes (Grand Rapids: Zondervan, 1995).
- R. Paul Stevens & Phil Collins, The Equipping Pastor: A System Approach to Empowering the People of God (Washington: Alban Institute, 1993).
- Robert K. Greenleaf, Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness (Mahwah, NJ: Paulist, 2002).