Strategis
Banyak gereja sangat bergairah dalam menjangkau dan melibatkan orang-orang baru. Sayangnya, semua ini dilakukan tanpa pertimbangan dan persiapan yang matang. Banyak jenjang dalam proses peleburan dilompati begitu saja, sehingga orang-orang baru tersebut menjadi aktivis yang kurang berakar ke dalam gereja lokal. Proses peleburan perlu dilakukan secara komprehensif (mempertimbangkan semua aspek yang terkait), progresif (melibatkan tahapan yang bertingkat), dan efektif (menggunakan cara-cara tertentu yang tepat). Peleburan bukan proses yang asal berjalan.
Menjadi anggota yang melayani dengan benar
Ini adalah tujuan yang ingin diraih dalam proses peleburan. Sebagai sebuah persekutuan (bukan hanya perkumpulan), gereja tidak hanya menyediakan tempat, acara, dan program sebagai ajang berkumpul. Semua itu hanyalah sarana untuk meraih tujuan yang lebih besar: keterlibatan jemaat dalam pelayanan. Pelayanan ini ditandai dengan tiga hal: keaktifan (melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan berjemaat), kesesuaian (melayani sesuai karunia dan panggilan Allah), dan komitmen (loyalitas terhadap visi gereja).
Satu hal yang tidak boleh dilupakan: peleburan tidak terbatas pada program. Ini bukan tentang sebuah aktivitas. Peleburan mencakup keseluruhan aspek gereja, baik itu visi, nilai-nilai, kultur, maupun berbagai aktivitas gerejawi (ibadah, program, pelayanan, dsb). Ibarat gerbong kereta api, setiap bagian harus selaras, terkait, dan menuju titik yang sama: setiap jemaat berakar kuat dan bertumbuh subur dalam sebuah gereja lokal. Inilah yang membedakan antara gereja yang terjebak pada program dengan gereja yang menggerakkan jemaat.
Pondasi Alkitabiah
Peleburan tidak terpisahkan dari keanggotaan. Namun, hal ini bukan sekadar keanggotaan yang biasa. Keanggotaan di sini adalah persekutuan yang diwarnai dengan keterlibatan yang berkomitmen antar sesama anggota. Keanggotaan seperti inilah yang diajarkan oleh Alkitab.
Pola kepemimpinan gereja dalam Alkitab menyiratkan sebuah komunitas yang terbatas
Para penatua dipilih untuk kebutuhan khusus di suatu jemaat (Kis. 14:23) atau kota (Tit. 1:5). Pengertian "kota" di sini pun jauh lebih kecil daripada kota-kota sekarang. Satu kepemimpinan kolektif dalam kepenatuaan masih memadai untuk menilik semua orang Kristen di satu kota.
Beberapa teks bahkan secara eksplisit memberi petunjuk bahwa para penatua diberi tugas penggembalaan yang terbatas. Ada komunitas tertentu yang di atasnya mereka harus mengawasi. Masing-masing dipercayakan kawanan domba tertentu (Kis. 20:28, lit. "seluruh kawanan, yang di dalamnya Roh Kudus sudah menjadikan kalian sebagai penilik jemaat"; 1Pet. 5:3 "mereka yang dipercayakan kepadamu").
Pola disiplin gereja di dalam Alkitab menyiratkan sebuah komunitas yang terbatas