Kesetaraan semua jemaat
Semua umat Tuhan tanpa terkecuali, baik rohaniwan maupun jemaat, baik orang tua maupun anak, baik orang kaya maupun orang miskin, memiliki begitu banyak kesamaan yang membuat mereka setara. Sama-sama orang berdosa yang ditebus secara beranugerah oleh korban Kristus yang sempurna di atas kayu salib (Rm. 3:23; 6:23). Sama-sama diberi karunia oleh Roh yang sama (1Kor. 12:7-11). Sama-sama dipercayakan mandat untuk melayani di dalam maupun di luar gereja (Kej. 1:26; Mat. 20:19-20; 1Pet. 2:9b, 12; 4:10).
Kesetaraan ini semestinya ditekankan dan diwujudkan. Tidak ada perlakuan khusus bagi jemaat tertentu yang dipandang berjasa atau berpotensi. Semua orang mendapatkan penghargaan: diterima apa adanya, dengan semestinya, dan dikembangkan sesuai potensinya.
Kesetaraan antara rohaniwan dan jemaat juga perlu untuk ditegaskan. Rohaniwan seyogianya lebih sering memandang dirinya sebagai bagian dari umat. Dengan membiasakan hal ini rohaniwan akan lebih terfokus pada kesamaan mereka dengan jemaat. Pada saat ibadah sedang berlangsung, misalnya, rohaniwan turut bernyanyi seperti jemaat yang lain. Tidak boleh ada persiapan khotbah selama pujian dinaikkan. Tidak boleh ada aktivitas lain yang bukan bagian dari ibadah.
Kesetaraan ini tentu saja bukan penolakan terhadap kepemimpinan. Dalam relasi horizontal, kepemimpinan sangat diperlukan. Sejak awal Allah sudah merancang kepemimpinan. Adam adalah kepala Hawa (Kej. 2:23; 3:20; 1Kor. 11:7-9; 1Tim. 2:13-14). Kepemimpinan bukan akibat dari kejatuhan manusia ke dalam dosa. Yang seringkali menjadi sumber masalah bukanlah kepemimpinan, melainkan kekuasaan.
Keseimbangan peranan dan pelayanan
Setiap orang memainkan beragam peranan dan pelayanan.
- Setiap orang Kristen merupakan anggota Kerajaan Allah sekaligus sebagai anggota gereja tertentu.
- Setiap orang adalah anggota gereja universal yang tidak terlihat (Kristus sebagai kepala gereja) sekaligus anggota gereja lokal tertentu yang terlihat (rohaniwan atau penatua awam sebagai pimpinan gereja).
- Setiap orang Kristen dipercayakan Mandat Budaya (Kej. 1:26-27) sekaligus Amanat Agung (Mat. 28:19-20).
- Setiap orang Kristen dipercayakan dua ladang pelayanan: gereja sekaligus dunia.
Kegagalan dalam menjaga keseimbangan semua peranan dan pelayanan di atas merupakan salah satu penghalang bagi terciptanya gereja yang menggerakkan orang awam. Beberapa orang merasa bahwa pelayanan di salah satu posisi menjadi substitusi bagi pelayanan di tempat lain. Gereja telah terjebak pada dikotomi palsu yang menghambat optimalisasi peranan dan pelayanan jemaat secara luas dan utuh.
Sikap ini tidak dapat dibenarkan. Gereja yang berkembang adalah gereja yang seimbang. Gereja yang teguh adalah yang melayani secara utuh.
Perhatian pada pengembangan jemaat
Di beberapa gereja jemaat nyaris tidak dipedulikan. Gereja hanya menyediakan ibadah-ibadah rutin. Tidak ada konseling bagi jemaat. Tidak ada visitasi dan perhatian. Tidak ada program pembinaan dan pendampingan.