Analisa konteks juga mengarahkan kita untuk melihat disiplin gereja dalam kaitan dengan kasih, yaitu kerinduan kita untuk melihat orang lain memperoleh keselamatan rohani. Dalam perikop sebelumnya, Tuhan Yesus membicarakan tentang domba yang terhilang (18:12-14). Tidak peduli apakah domba itu hanyalah domba-domba kecil yang seringkali diabaikan oleh banyak orang, Tuhan tetap mengasihi domba-domba kecil itu (18:10, 14). Sama seperti domba yang tersesat, demikianlah orang yang sedang melakukan sebuah dosa yang serius. Ia perlu dicari dan diselamatkan. Salah satu caranya adalah melalui disiplin gereja.
Dengan kata lain, alasan yang tepat bagi sebuah disiplin gereja seharusnya adalah keinginan untuk mengembalikan orang percaya dari dosa yang membahayakan dirinya. Disiplin gereja bukan dilakukan untuk mengusir satu orang tertentu dari sebuah gereja, melainkan supaya yang tersesat itu bisa kembali hidup dalam kebenaran.
Perikop selanjutnya juga membicarakan tentang kasih, yaitu pengampunan kepada mereka yang bersalah (18:21-35). Hukuman tidak bisa dipisahkan dari pengampunan. Walaupun sebuah hukuman tetap perlu dilakukan, tetapi pada saat yang sama pengampunan juga harus dilepaskan untuk orang tersebut. Hal ini meneladani Allah sendiri. Dia adalah adil dan setia. Keadilan-Nya mendorong Dia untuk menghukum setiap dosa. Kesetiaan-Nya membuat Dia selalu mengampuni dan menerima kita kembali.
Disiplin gereja tidak hanya menunjukkan kasih dalam bentuk hukuman, melainkan juga dalam bentuk pengampunan. Jadi, berbeda dengan gambaran umum tentang disiplin gereja yang terkesan kejam, disiplin Alkitabiah dibalut oleh kasih. Disiplin gereja tidak dimaksudkan untuk mengenyahkan seorang pembuat masalah (troublemaker), melainkan untuk membebaskan dia dari masalah (trouble-free action). Kasih, bukan kebencian. Keselamatan, bukan pelampiasan amarah. Balutan kasih harus menyertai disiplin gereja. Ketegasan harus dilandasi dengan kasih. Hati yang mengasihi harus mengalahkan setiap kemarahan dan kebencian. Disiplin gereja adalah sebuah bentuk kasih.
Hukuman yang diberikan atas dasar kebencian dan rasa terganggu adalah sebuah kekeliruan. Tanpa kasih, disiplin gereja tidak berarti apa-apa; justru akan berubah menjadi monster yang menakutkan bagi semua jemaat. Jangan bicara tentang disiplin gereja tanpa bicara tentang kasih. Jangan melakukan disiplin gereja kalau hati kita tidak mengasihi orang yang didisiplin.
Konsep ini sejalan dengan apa yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 7:10. Salah satu hal positif yang diberikan melalui disiplin gereja adalah dukacita sementara yang menghasilkan sukacita yang luar biasa karena membawa pada perubahan hidup. Hal senada diungkapkan penulis PB lain yang mengatakan bahwa teguran dan disiplin yang mendatangkan ketidaknyamanan akan menghasilkan buah kebenaran (Ibr. 12:11).
Prosedur (ayat 15-17)
Bagaimana sebuah disiplin gereja seharusnya diterapkan? Apakah semua dosa patut dikenakan disiplin gereja? Tidak! Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah penentuan jenis dosa yang layak untuk didisiplin. Dalam Matius 18:15 tidak ada keterangan eksplisit tentang jenis dosa yang dilakukan. Sebagian versi Inggris menambahkan "terhadap/melawan engkau", karena mereka mengikuti beberapa salinan Alkitab yang memang memiliki bacaan tersebut. Dalam salinan-salinan yang lebih tua dan lebih bisa dipercaya, tambahan itu tidak ada (LAI:TB "saudaramu berbuat dosa"; NASB "if your brother sins"; bdk. RSV/NIS/ESV "if your brother sins against you"). Penambahan "terhadap/melawan engkau" mungkin didorong oleh pertanyaan Petrus di ayat 21. Jadi, bacaan yang lebih sesuai dengan teks asli adalah yang tanpa tambahan.
Mengapa demikian? Penalaran kita akan membawa pada kesimpulan bahwa para penyalin cenderung memperjelas sebuah teks, bukan mengaburkannya. Dari sisi kritik tekstual, kemungkinan yang paling masuk akal adalah ketiadaan frasa "against you" di dalam naskah asli Alkitab.
Jika demikian, dosa yang sedang dibahas di 18:15-20 tidak boleh dibatasi pada masalah perselisihan pribadi. Lalu dosa seperti apa yang sedang dibicarakan di sini? Teks memberikan secuil petunjuk yang bermanfaat. Dosa yang perlu dikenai disiplin adalah yang berpotensi merusak keselamatan seseorang. Ungkapan "engkau telah mendapatkannya kembali" (lit. "engkau telah memenangkannya kembali") menyiratkan bahwa orang yang ditegur melakukan sebuah dosa yang serius dan membuat dia "terhilang", bukan sekadar masalah pribadi yang remeh-temeh. Keseriusan ini lebih terlihat jelas apabila kita kaitkan dengan perumpamaan tentang domba yang tersesat di 18:12.
Berikutnya, dosa yang didisiplin adalah dosa yang sangat serius (ay. 15). Frasa "engkau telah mendapatnya kembali" menunjukkan bahwa sebelumnya orang ini dalam keadaan tersesat. Sama seperti perikop di atasnya. Orang-orang yang terkena disiplin gereja adalah orang-orang yang tersesat. Sebagai contoh dari tindakan yang dimaksud adalah menjelek-jelekkan kekristenan, memegang doktrin dasar yang keliru, melampaui batas moralitas, dan membawa pengaruh buruk atau menyebabkan kerugian besar pada sebagian besar jemaat di gereja setempat.