Apakah asal-usul kejahatan?
Awal ciptaan adalah “sangat baik” (Kejadian 1:31). Tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa sakit, dan tidak ada kematian. Namun sekarang dunia dipenuhi dosa, kejahatan, rasa sakit, dan kematian. Mengapa semua ini bisa terjadi? Alkitab mengindikasikan bahwa kemerosotan ini terjadi pada saat Adam dan Hawa menggunakan kehendak bebas yang diberikan Allah untuk memilih tidak taat kepada Allah (lihat Kejadian 3).
Beberapa orang bertanya-tanya mengapa Allah tidak menciptakan manusia, yang entah bagaimana, yang tidak akan pernah berdosa dan oleh sebab itu juga dapat terhindar dari kejahatan. Faktanya adalah, skenario seperti ini akan berarti bahwa kita bukanlah benar-benar manusia. Kita tidak akan pernah memiliki kapasitas untuk membuat keputusan dan untuk mencintai dengan bebas. Skenario ini akan mengharuskan Allah menciptakan robot-robot yang hanya akan bertindak sesuai dengan apa yang telah di programkan, seperti boneka yang dapat berbicara, yang ketika Anda tarik talinya dapat mengatakan, “Saya mencintaimu.” Paul Little mengingatkan bahwa dengan boneka semacam ini “tidak akan ada kata-kata kasar, tidak akan ada konflik, tidak akan ada apa pun yang dikatakan atau dilakukan yang akan membuat Anda sedih! Namun siapa yang mengingini itu semua? Tidak akan pernah ada cinta pula. Cinta itu bersifat sukarela. Allah dapat saja membuat kita seperti robot, namun kita akan berhenti menjadi manusia. Allah rupanya berpikir bahwa memang sepadan dengan risikonya untuk menciptakan kita seperti sekarang ini.”
Cinta tidak dapat diprogram; cinta harus diekspresikan dengan bebas. Allah menginginkan Adam dan seluruh umat manusia untuk menunjukkan cintanya secara bebas, memilih untuk taat. Itulah mengapa Allah memberikan Adam dan manusia lainnya sebuah kehendak bebas. Geisler benar ketika mengatakan “kasih yang dipaksakan adalah pemerkosaan; dan Allah bukanlah pemerkosa ilahi. Ia tidak akan melakukan apa-apa untuk memaksa keputusan manusia.” Sebuah pilihan bebas akan memberikan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam memilih. Seperti yang dikatakan J.B. Phillips, “Kejahatan tersirat dalam pemberian kehendak bebas yang berisiko itu.”
Dalam melihat fakta-fakta Alkitabiah, kita dapat menyimpulkan bahwa rencana Allah memiliki kemungkinan menghasilkan kejahatan ketika Ia memberikan kebebasan memilih kepada manusia, tetapi asal-usul kejahatan sebenarnya datang dari manusia yang mengarahkan keinginannya menjauh dari Allah dan menuju kepada keinginannya sendiri yang serakah. Norman Geisler dan Jeff Amanu mengatakan, “Allah menciptakan fakta kebebasan, manusia melakukan tindakan bebas tersebut; ciptaan membuatnya aktual.” Setelah Adam dan Hawa membuat kejahatan menjadi aktual pada kali pertama itu di Taman Eden, natur dosa telah diwariskan kepada setiap pria dan wanita (lihat Roma 5:12; 1 Korintus 15:22), dan akibat natur dosa itulah kita sekarang ini terus menggunakan kehendak bebas itu untuk membuat kejahatan itu menjadi aktual (lihat Markus 7:20-23).
Bahkan kejahatan yang dialami seperti gempa bumi, tornado, banjir, dan hal-hal serupa-berakar dari penyalahgunaan kehendak bebas kita. Kita tidak boleh lupa bahwa kita hidup dalam dunia yang telah jatuh, dan karena itu, kita rentan akan bencana alam yang tidak akan terjadi jika saja manusia tidak memberontak melawan Allah pada mulanya (lihat Roma 8:2022). Taman Eden tidak memiliki bencana alam atau kematian sampai setelah Adam dan Hawa berdosa (lihat Kejadian 1-3). Tidak akan ada bencana alam atau kematian dalam langit dan bumi yang baru ketika Allah mengakhiri kejahatan selama-lamanya (lihat Wahyu 21:4).
Apakah tujuan ultimat Allah mengizinkan kejahatan?
Fakta bahwa manusia menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah untuk memberontak terhadap Allah tidak mengejutkan Allah. C.S. Lewis mengatakan bahwa Allah di dalam kemahatahuan-Nya “melihat bahwa dari dunia ciptaan yang bebas, walaupun mereka jatuh, Ia dapat menghasilkan... kebahagiaan yang lebih dalam dan kesukaan yang lebih penuh dari apa yang akan dikatakan oleh dunia yang mekanistis.” Atau, seperti yang dikatakan dengan sangat baik oleh Geisler, bahwa orang-orang yang percaya Allah tidak harus mengklaim bahwa dunia yang sekarang ini adalah yang terbaik dari semua kemungkinan dunia yang dapat diciptakan, namun merupakan cara terbaik terhadap dunia terbaik yang mungkin diciptakan: Jika Allah mempertahankan kebebasan maupun mengalahkan kejahatan, maka ini adalah cara terbaik untuk melakukannya. Kebebasan yang dipertahankan di dalam setiap orang membuat pilihan bebasnya untuk menentukan nasibnya. Kejahatan termasuk di dalamnya, segera setelah mereka menolak Allah dipisahkan satu sama lain, semua keputusan itu menjadi permanen. Mereka yang memilih Allah akan diteguhkan di dalam-Nya, dan dosa akan berhenti. Mereka yang menolak Allah ada di dalam perceraian dari kasih Allah yang kekal (baca: neraka) dan tidak dapat mengacau dunia yang sempurna di masa yang akan datang. Tujuan utama dari dunia yang sempurna dengan ciptaan yang bebas akan tercapai, tetapi jalan untuk mencapai ke sana mengharuskan mereka yang menyalahgunakan kebebasan itu dicampakkan.
Sebuah faktor yang sangat penting dalam pemikiran bahwa ini bukanlah dunia terbaik yang mungkin ada tetapi cara terbaik terhadap dunia terbaik yang mungkin ada adalah bahwa Allah belum selesai. Seringkali orang jatuh ke dalam perangkap memikirkan bahwa karena Allah belum berurusan dengan kejahatan berarti Ia tidak berurusan dengan kejahatan sama sekali. Walter Martin mengatakan, “Saya telah membaca pasal terakhir dalam kitab itu, dan kita menang!” Kejahatan suatu saat akan berakhir. Hanya karena kejahatan belum dihancurkan sekarang tidak berarti bahwa kejahatan tidak akan pernah dihancurkan.
Dalam melihat fakta-fakta di atas, keberadaan kejahatan di dunia terlihat sinkron dengan keberadaan Allah yang mahabaik dan mahakuasa. Kita dapat merangkum fakta-fakta yang ada demikian:
- Jika Allah mahabaik, Ia akan mengalahkan kejahatan.
- Jika Allah mahakuasa, Ia dapat mengalahkan kejahatan.
- Kejahatan belum dikalahkan.
- Maka, Allah dapat dan suatu saat akan mengalahkan kejahatan.
Suatu hari di masa depan, Kristus akan kembali, melucuti kuasa si jahat, dan menghakimi seluruh laki-laki dan perempuan untuk segala perbuatannya selama di bumi (lihat Matius 25:31-46; Wahyu 20:11-15). Keadilan akan mutlak menang. Mereka yang masuk dalam kekekalan tanpa memercayai Yesus Kristus sebagai jalan keselamatan akan mengerti seberapa efektif Allah telah berurusan dengan masalah kejahatan.