Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Parakletos

17 Agustus 2018   06:17 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:33 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/totaltutor

Sebagian orang Kristen sering kali menekankan pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus dengan berapi-api, tetapi tanpa pengertian yang benar. Bahkan pengamatan yang serius dan teliti terhadap mereka menunjukkan hal yang memprihatinkan. Penekanan terhadap karya Roh Kudus hanya berkutat pada hal-hal yang bersifat egosentris (berpusat kepada diri sendiri). Yang ditekankan adalah bagaimana Roh Kudus memberi kita sukacita, kekuatan, dan semua yang kita perlukan. Dalam taraf tertentu, Roh Kudus memang dapat melakukan itu semua. Namun, adalah sebuah sikap yang sangat egosentris bila karya Roh Kudus hanya dikagumi sebatas menghibur dan menyenangkan diri kita sendiri.

Selain egosentris, sebagian orang Kristen juga sering menekankan karya-karya Roh Kudus yang tidak bisa diverifikasi, yaitu pengalaman-pengalaman mistis di dunia roh. Misalnya petualangan ke surga atau neraka, berbagai penglihatan, dan bisikan Roh. Apakah kita bisa memverifikasi kebenaran dari hal-hal semacam itu? Apakah kita bisa meminta rekaman bisikan roh kepada orang yang bersangkutan? Apabila ada orang yang mengaku baru pulang dari neraka atau surga, apakah dia bisa menunjukkan bukti boarding passnya?

Namun yang paling mengkhawatirkan adalah penekanan pekerjaan Roh Kudus tanpa mengaitkannya dengan karya Kristus di kayu salib, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya ke surga. Pembacaan yang tuntas terhadap artikel ini membuat kita memahami bahwa apabila tidak ada karya Kristus yang sempurna, maka tidak akan ada karya Roh Kudus di dalam hidup kita. Itulah sebabnya, berbicara tentang Roh Kudus tidak bisa dipisahkan dengan pembahasan tentang Kristus.

Hari ini kita akan mempelajari karya Roh Kudus yang tidak egosentris. Karya Roh Kudus yang bisa diverifikasi. Karya Roh Kudus yang berkaitan dengan karya Kristus, yaitu Roh Kudus sebagai Parakletos. Saya akan mengupas sisi lain dari karya Roh Kudus yang tidak kalah hebatnya. Berbeda dengan fenomena modern yang sulit untuk diverifikasi kebenarannya, karya Roh Kudus yang akan kita pelajari hari ini bersifat lebih pasti dan bisa diukur. Berbeda dengan fenomena sekarang yang cenderung memisahkan karya Roh Kudus dari kematian dan kebangkitan Kristus, Yohanes 16:4b-11 mengajarkan keterkaitan yang tidak terpisahkan.

Persiapan untuk sebuah perpisahan (ayat 4b-6)

Bagian ini termasuk dalam khotbah-khotbah perpisahan Yesus (Yoh. 13-17) atau Farewell Discourse sebelum Ia ditangkap dan disalibkan (Yoh. 18-19). Selama masa persiapan ini Yesus memberitahukan apa yang akan terjadi sesudah Ia naik ke sorga. Semua ini dimaksudkan sebagai persiapan bagi murid-murid untuk meneruskan tugas Yesus di bumi (20:21). Karena nanti Ia akan pergi kepada Bapa, maka murid-murid akan meneruskan pekerjaan-Nya (15:26-27).

Di tengah-tengah persiapan ini, Yesus berbicara tentang satu hal. LAI:TB mengawali ayat 4b dengan dua kata: "hal ini". Frasa itu berbentuk jamak dalam teks Yunani (tauta: hal-hal ini), begitu juga NET/KJV/RSV (these things). Salah satu topik yang disinggung oleh Yesus adalah penganiayaan yang akan menimpa murid-murid-Nya di kemudian hari. Kata "tauta" di 16:4b merujuk balik pada ancaman penganiayaan di 15:18-16:4a. Dengan kata lain, seolah-olah Yesus mengatakan, "Hal ini/penganiayaan ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula," Mengapa? Bukan berarti Ia menghindari berbicara tentang penganiayaan supaya pengikut-Nya tetap bertahan, melainkan karena Ia masih bersama mereka (ay. 4b). Ketika sesaat lagi Yesus akan meninggalkan mereka, maka Ia perlu bicara tentang penganiayaan.

Dengan kata lain, murid-murid memang akan mengalami ancaman dan penganiayaan sesudah Yesus naik ke sorga. Yesus sengaja tidak membicarakan hal ini di awal pelayanan-Nya, karena selama Ia masih bersama-sama mereka, fokus serangan lebih diarahkan pada Yesus (15:18, 20). Sehingga penganiayaan yang akan dialami murid-murid-Nya, tidak akan melebihi penganiayaan yang dialami oleh Yesus sendiri. Selama Yesus masih bersama dengan murid-murid, yang dijadikan target serangan adalah diri-Nya sendiri.

Lebih jauh, selama Yesus bersama dengan mereka, Ia tetap menjaga mereka (17:12). Contoh konkret tentang hal ini adalah perlindungan yang Ia berikan kepada murid-murid-Nya pada waktu Ia ditangkap (18:8-9). Setelah kepergian-Nya ke sorga, situasi akan berubah. Murid-murid akan sendirian. Murid-murid tidak akan bersama dengan Yesus. Murid-murid-Nya akan menjadi target serangan, penindasan, dan penganiayaan. Yesus tidak akan bersama mereka lagi di dunia. Pada saat itulah mereka perlu mendengar tentang penganiayaan.

Bagaimana dengan kita? Seandainya orang yang kita kasihi - yang selalu memberikan solusi atas masalah kita - meninggalkan kita, bahkan juga meninggalkan berita bahwa penganiayaan sudah menanti di ujung jalan. Bagaimana respons kita menghadapi situasi yang tidak mengenakkan ini?

Mendengar perkataan Yesus, murid-murid-Nya mengalami kebingungan dan kesedihan. Kebingungan mereka terlihat dari kegagalan mereka untuk menanyakan ke mana Yesus akan pergi (16:5b). Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, baik Petrus (13:36) maupun Tomas (14:4-6) sudah menanyakan tujuan kepergian Yesus. Tidak ada jawaban yang jelas dari Yesus, kecuali teguran kepada dua murid tersebut (13:38; 14:6-7). Ketika Yesus memberitahukan lagi tentang kepergian-Nya, tidak ada seorang pun yang menanyakan tujuan kepergian Yesus seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Mungkinkah kebingungan begitu menguasai mereka sehingga mereka memilih untuk diam? Ataukah mereka sudah menebak bahwa jawaban Yesus akan sama membingungkannya dengan dua jawaban sebelumnya? Apakah konsep populer Yahudi tentang figur mesias secara politis begitu menguasai pikiran murid-murid sehingga mereka sulit mencerna maupun menerima perkataan Tuhan Yesus tentang kematian di kayu salib dan kepergian-Nya ke sorga? Kemungkinan manapun yang benar, kita sulit menyangkal bahwa murid-murid sedang berada dalam kebingungan.

Bukan hanya diliputi kebingungan, murid-murid juga dirundung kesedihan (16:6). Dalam teks Yunani dikatakan: "kesedihan itu telah memenuhi hati kalian" (RSV/NRSV "sorrow has filled your heart"). Kata "memenuhi" (pleroo) menyiratkan tingkat kesedihan yang mendalam. Penggunaan perfect tense "pepleroken" menunjukkan bahwa kesedihan ini (he lype) terjadi dalam durasi tertentu. Ini bukan kesedihan sekejap. Ini bukan hanya sesuatu yang terjadi kadang-kadang. Ini adalah sesuatu yang terjadi berkali-kali. Dan memang demikian, dunia akan berkali-kali membenci kita, dunia akan berulang kali membawa kita kepada kesulitan dan penderitaan.

Inilah kejujuran Yesus. Ia berbeda dengan para pengkhotbah teologi kemakmuran yang tidak realistis, yang memberitakan bahwa kalau kita percaya Injil, maka kita akan menjadi kaya. Kalau kita percaya Injil, maka kita akan sembuh. Kalau kita percaya Injil, maka kita akan mengalami damai sejahtera. Kalau kita ikut Tuhan, maka hidup kita pasti sepi masalah. Kalau kita percaya kepada Tuhan maka kita akan terus naik dan tidak akan turun. Ada yang mengajarkan bahwa kalau ikut Tuhan maka kita akan sukses, kita akan populer, kita akan kaya raya, semua yang kita impikan akan menjadi kenyataan, kalau kita punya penyakit akan disembuhkan secara mukjizat; kalau kita ada persoalan, dokter mengangkat tangan, maka Tuhan akan turun tangan.  

Seolah-olah hidup kekristenan adalah hidup yang nyaman, seolah-olah kita hidup di negeri dongeng (fairy tale) yang selalu digambarkan sebagai once upon a time, di mana tidak ada penyakit, tidak ada kegagalan pernikahan, dan tidak ada penderitaan. Itu semua penghiburan yang omong kosong. Seharusnya kita lebih baik dilukai dengan kebenaran daripada dihibur dengan kebohongan.

Murid-murid memang akan mengalami kesedihan selama di dunia (16:20-22). Apa yang terjadi berkali-kali ini tetap akan ada akhirnya. Semua dukacita ini akan berubah menjadi sukacita pada saat mereka bertemu kembali dengan Kristus. Kesedihan mendahului kegembiraan (16:20). Tingkat kesusahan yang besar akan diimbangi dengan kegembiraan tak terkatakan (16:21). Dukacita yang sementara mempersiapkan jalan bagi sukacita yang kekal (16:22). Apabila dunia ini membuat kita menderita, berkali-kali kita dianiaya, itu semua hanya sementara. Kelak akan ada waktunya dukacita kita berhenti, yaitu pada saat kita berjumpa kembali dengan Yesus Kristus.

Solusi bagi kebingungan dan kesedihan (ayat 7)

Tuhan Yesus tidak tinggal diam pada saat melihat kebingungan dan kesedihan murid-murid-Nya (ay. 7). Ia memberitahukan sebuah solusi yang Ia sudah pikirkan. Solusi ini bukan berbentuk peniadaan penganiayaan atau kekebalan terhadap rasa sedih. Solusi ini juga bukan berupa mukjizat pelepasan yang spektakuler dari segala macam penganiayaan. Solusi terbaik adalah kehadiran Roh Kudus (Penghibur, "ho parakletos").

Apa arti parakletos? Kata Yunani ini berasal dari dua kata (para: di samping/sebelah, kletos: memanggil). Secara etimologi kata ini berarti orang yang memanggil kita untuk berdiri di sampingnya atau seseorang yang dipanggil untuk mendampingi. Di dalam versi Alkitab bahasa Inggris, kata ini diterjemahkan secara beragam: advokat (NET/NRSV/NIV/NLT), penolong (ESV/NASB/NKJV), penghibur (ASV/KJV), dan penasihat (RSV). Di luar Alkitab, parakletos punya makna seperti kuasa hukum atau representasi hukum: orang yang membantu kita di ruang sidang, pembela kita, atau juru bicara kita. Pendeknya, parakletos memiliki sisi halus: penolong (BIMK/TSI/AYT), penghibur (LAI:TB/AMD), penasihat dan sisi keras: pembela, pendakwa, pelindung dari musuh-musuh.

Konteks hukum yang kental dalam Yohanes 16 dipahami dengan baik oleh penerjemah NET/NRSV/NIV/NLT, meskipun pembelaan yang Ia berikan tetap akan menjadi penghiburan bagi kita. Sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah kalau kita mau menerjemahkan Pembela atau Penghibur. Poin utama yang ditekankan dalam ayat 7 adalah bahwa kedatangan Parakletos memiliki ciri-ciri/sifat-sifat tertentu.

Pertama, kedatangan ini bersifat pasti (ayat 7a). Frasa "namun benar yang Kukatakan ini kepadamu" (all' ego ten aletheian lego hymin, lit. "tetapi Aku, aku mengatakan kebenaran itu kepada kalian") di awal ayat 7 mengandung penekanan. Pemunculan kata ego ("Aku") menegaskan siapa yang sedang berkata-kata. Secara mendasar, frasa "all' ego ten aletheian lego hymin" sejajar maknanya dengan "amen amen lego" ("Aku berkata sesungguhnya...") di 1:51; 3:3, 5, 11; 5:19, 24-25; 6:26, 32, 47, 53; 8:34, 51, 58; 10:1, 7; 12:24; 13:16, 20-21, 38; 14:12; 16:20, 23; 21:18. Karena Yesus adalah kebenaran (14:6), kita dengan tenang dapat meyakini bahwa apa yang Ia ucapkan juga pasti benar (16:7). Bahkan sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus secara simbolis telah memastikan penerimaan Roh Kudus oleh murid-murid-Nya (20:22).

Kedua, kehadiran Roh Kudus juga bersifat tidak terelakkan (ayat 7c). Ucapan Yesus bahwa Roh Penghibur tidak akan datang kalau Ia tidak naik ke sorga seolah-olah memberikan kesan bahwa ada pembagian pekerjaan dan waktu yang tegas dan kaku dalam diri Allah Tritunggal. Yesus tampaknya hanya bekerja selama Ia ada di dunia, sedangkan Roh Kudus baru bekerja sesudah Yesus naik ke sorga. Kesan semacam ini ternyata keliru. Yesus (Logos) sudah berkarya sejak kekekalan (1:3). Roh Kudus juga sudah memberikan kesaksian pada saat baptisan Tuhan Yesus (1:32-33). Jika Roh baru berkarya sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, lalu bagaimana para pengikut Tuhan Yesus pada waktu itu dapat dilahirkan dari air dan Roh (3:3, 5)?

Ucapan Yesus di 16:7 sebaiknya ditafsirkan berdasarkan konteks Injil Yohanes. Yang mengutus Roh Penghibur adalah Yesus (16:7), sehingga tidak mungkin yang mengutus dan yang diutus berada bersama-sama pada waktu dan tempat yang sama (kalau demikian, untuk apa pengutusan perlu dilakukan?). Di samping itu, pengutusan Roh Kudus juga dilakukan oleh Bapa atas dasar permintaan Anak (14:16-17, 26), sedangkan permintaan ini baru bisa dilakukan pada saat Anak kembali kepada Bapa. Jadi, sama seperti kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus ke surga adalah peristiwa tak terelakkan dalam rencana keselamatan Bapa, demikian pula kedatangan Roh Kudus ke dunia. Kehadiran Roh Kudus menjadi bukti bahwa karya Kristus di dunia sudah genap dan sebuah zaman yang baru telah dimulai.

Ketiga, kehadiran Roh Kudus juga membawa manfaat yang lebih besar bagi murid-murid (ayat 7b). Kata "lebih berguna" (sympherei) hanya muncul tiga kali di Injil Yohanes. Dua pemunculan lainnya keluar dari mulut imam besar Kayafas yang menubuatkan (tanpa menyadarinya) bahwa kematian Yesus adalah lebih baik daripada kebinasaan bangsa Yahudi (11:50; 18:14).

Makna "lebih berguna" (sympherei) di 16:7 sebaiknya dilihat berdasarkan 14:12 dan 15:26-27. Kehadiran Roh Penghibur dalam diri murid-murid akan memampukan mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih besar daripada yang Yesus lakukan (14:12). Salah satu penafsiran yang tidak tepat terhadap 14:12 yang dilakukan oleh orang Kristen sendiri adalah menganggap ayat ini sudah digenapi oleh pengkhotbah tertentu yang bisa berkhotbah kepada lebih banyak orang daripada yang Yesus lakukan. Jikalau Yesus memang memaksudkan itu, maka janji yang dimaksud hanya berlaku untuk para pengkhotbah-pengkhotbah yang terkenal dan tidak berlaku untuk jemaat. Sebab tidak mungkin jemaat biasa bisa berkhotbah kepada orang-orang dengan jumlah yang lebih besar dari yang Yesus pernah lakukan.

Dengan kata lain, penafsiran di atas adalah penafsiran yang keliru. Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa kita memiliki kuasa yang lebih besar daripada Yesus. Seperti sudah disinggung sebelumnya, kedatangan Roh Penghibur merupakan tanda penahbisan dari zaman keselamatan yang baru dan perjanjian yang baru. Kehadiran Roh Kudus dalam diri setiap orang yang percaya memampukan kita untuk bergerak cepat memberitakan kebenaran Injil di mana saja dan kapan saja. Yesus hanya bisa melayani dalam lingkup wilayah Israel saja. Dalam konteks inilah kita -- dengan kuasa Roh Kudus dalam diri kita yang tersebar di semua orang Kristen di seluruh penjuru dunia -- melakukan hal-hal yang lebih besar. Ini yang tidak bisa dilakukan pada zaman Yesus. Karena Yesus - walaupun mahakuasa - membatasi diri-Nya di satu tempat. Lagipula pada waktu itu Injil belum tersebar luas seperti sekarang.

Karya Roh Penghibur (ayat 8-11)

Penganiayaan yang akan dilakukan dunia kepada para pengikut Kristus tidak dibiarkan begitu saja oleh Roh Kudus. Walaupun penganiayaan itu tidak dicegah atau dihilangkan, namun bukan berarti Roh Kudus berdiam diri saja. Ia terus berkarya bagi dunia yang memusuhi Allah.

Ia akan "menginsafkan" (LAI:TB, elenxei) dunia (ayat 8). Terjemahan LAI:TB "menginsafkan" (juga RSV "convince") menyiratkan bahwa dunia pasti menyadari kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah. Makna ini sayangnya terlalu jauh. Dua pemunculan kata dasar "elencho" di Injil Yohanes menunjukkan bahwa kata ini berarti upaya untuk mengungkapkan atau membuktikan kesalahan seseorang (3:20; 8:46). Dengan kata lain, arti kata ini sesuai konteksnya adalah menuduh dengan kebenaran. Hasil dari upaya ini tidak selalu berupa penyesalan atau keinsafan, walaupun dua hal ini tetap mungkin terjadi. Kata "elencho" sebaiknya dipahami dalam konteks hukum, sama seperti penegak hukum yang menyatakan seseorang bersalah dalam sebuah persidangan (ESV/ASV/NKJV "convict"; NRSV "prove the world wrong").

Penggunaan "elencho" dalam konteks hukum ini sangat relevan bagi murid-murid. Di mata dunia yang membenci Tuhan Yesus tanpa alasan (15:25), penganiayaan dan tuduhan yang mereka timpakan kepada para pengikut Yesus dianggap sebagai sesuatu yang baik (16:2). Pengikut Yesus mungkin tidak akan mendapat pembelaan dari siapa pun. Sama seperti Yesus yang sebenarnya tidak bersalah -- paling tidak menurut penilaian Pilatus (18:38; 19:4, 6) -- tetapi tetap dihukum bagaikan penjahat besar yang melakukan kejahatan serius, demikian pula murid-murid akan berada pada situasi yang sama (15:18-20). Semua mata akan tertuju kepada kita dan melemparkan semua kesalahan ke atas bahu kita. Walaupun demikian, kebenaran akan terkuak. Kehadiran Roh Kudus akan membalikkan keadaan: dunia sebagai terdakwa di hadapan Allah!

Pertama, Roh Kudus akan menghakimi dunia dalam hal dosa (16:9). Keberdosaan yang serius di dalam Injil Yohanes terutama bukan terletak pada kegagalan untuk melakukan apa yang baik, namun pada kegagalan untuk memercayai Yesus sebagai solusi bagi dosa manusia (8:21, 24). Orang-orang Yahudi menganggap diri tidak berdosa (8:33-34; 9:40-41). Mereka bukan hanya tinggal di dalam kegelapan, tetapi secara sengaja menghindar dari terang (3:19-21). Walaupun perkataan (15:22) dan pekerjaan (15:24) Tuhan Yesus memberi bukti yang cukup bagi keberdosaan mereka, mereka tetap tidak merasa bersalah. Dosa manusia bukan hanya melakukan kesalahan, tetapi tidak mau mengakui kesalahan, dan tidak mau datang kepada Yesus sebagai solusi bagi kesalahan mereka.

Salah satu tugas Roh Kudus dalam diri kita adalah memampukan kita untuk menegur kesalahan orang lain. Kalau orang lain makin menolak kita, apakah berarti Roh Kudus gagal? Pada saat kita memberitahu dosa orang lain dengan lemah lembut dan penuh kasih, ditambah doa dan puasa, tetapi orang itu tetap tidak bertobat, apakah berarti Roh Kudus gagal? Tidak. Jutsru ketika mereka tidak percaya dan tidak menerima, itu semakin membuktikan keberhasilan Roh Kudus dalam menunjukkan kesalahan orang yang dimaksus. Melalui kekuatan Roh Kudus dalam kesaksian murid-murid, dunia akan dibuktikan bersalah, ditegur, dan dibawa kembali kepada Allah.

Contoh pertama yang konkret adalah pada saat para peziarah yang merayakan Pentakosta mendengar khotbah Petrus. Hati mereka disentuh oleh penyesalan (Kis. 2:37). Tanpa karya Roh Kudus, tidak mungkin seseorang memercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan (1Kor. 12:3). Ravi Zacharias pernah berkata, "An argument may remove doubt. But only the Holy Spirit can convict of truth." Mengabarkan Injil adalah bentuk dari kasih kita kepada orang lain, namun hanya Roh Kuduslah yang mampu masuk ke dalam hati yang keras dan mengubahnya menjadi hati yang baru: hati yang taat.

Kedua, Roh Kudus akan menghakimi dunia dalam hal kebenaran (16:10). Di mata orang-orang Yahudi, Yesus bukanlah seorang yang benar. Ia dianggap orang Samaria, kerasukan setan, dan gila (8:48; 10:20). Ia disamakan dengan penjahat (18:30). Walaupun orang-orang Yahudi tidak berhasil menemukan kesalahan dalam perkataan-Nya, Ia tetap diperlakukan seperti seorang penjahat yang bersalah (18:23). Kita juga akan dikucilkan, bahkan sekarang banyak orang yang membunuh orang Kristen menganggap bahwa mereka berbuat bakti bagi Allah dan mengatasnamakan Allah (Yoh. 16:2). Sama seperti Yesus: tidak bersalah tetapi tetap dianggap bersalah.

Kedatangan Roh Kudus adalah bukti ketidakbersalahan Yesus. Mengapa? Kedatangan Roh Kudus baru dimungkinkan jika Yesus sudah kembali kepada Bapa-Nya (16:7). Jika ini yang terjadi, maka kenaikan Tuhan Yesus ke surga merupakan bukti tak terelakkan bahwa pekerjaan Anak di dunia telah memuaskan hati Bapa (17:4-5). Dengan kata lain, kenaikan ke sorga menjadi bukti ketidakbersalahan Anak. Bapa membenarkan Anak (1Tim. 3:16). Sama seperti Paulus yang terkejut dan mengalami perubahan radikal setelah Ia menyaksikan orang yang dia anggap sebagai penghujat Allah ternyata justru berada di sorga bersama dengan Allah (Kis. 9), demikian pula kehadiran Roh Kudus seharusnya mengarahkan mata dunia pada pembenaran ilahi untuk Yesus. Allah membenarkan Yesus dan mengungkapkan kesalahan dari dunia. Dengan kata lain, kenaikan Yesus ke surga telah menjadi justifikasi bahwa Yesuslah yang benar, bukan dunia.

Di dalam dunia ini kita pasti akan disalahkan terus-menerus. Mungkin kita akan berada dalam situasi di mana kita tidak bisa membela diri, dan tidak ada orang yang mau membela kita. Namun Roh Kudus dalam diri kita akan selalu punya cara untuk membongkar kesalahan dunia dan menunjukkan kebenaran kita. Fitnahan dan tuduhan yang dibalas dengan kebencian adalah tanda ketidakperayaan terhadap Roh Kudus yang ada dalam hati kita. Tenang, berdoa, dan berserah kepada Roh Kudus yang akan mengungkapkan kesalahan orang lain.

Ketiga, Roh Kudus akan menghakimi dunia dalam hal penghukuman (ayat 11). Hal ini ditunjukkan melalui penghukuman atas penguasa dunia ini. Beberapa kali Yesus sudah menyinggung tentang penghakiman (penghukuman) atas penguasa dunia ini (12:31; 14:3). Kematian Kristus di kayu salib bukan kekalahan dan kelemahan bagi-Nya (14:30). Sebaliknya, salib merupakan jalan menuju kehancuran Iblis (12:31). Iblis berusaha supaya Yesus tidak pergi menempuh jalan penderitaan (salib). Kegagalan melakukan hal ini membuat Iblis menggunakan cara lain: terlibat pada proses penyaliban. Pada waktu Iblis berhasil menyalibkan Yesus, dia justru sedang mengalami kegagalan yang sempurna. Keberhasilan Iblis merasuki pikiran Yudas justru merupakan kegagalan Iblis (13:2, 27), karena salib dan kebangkitan merupakan bukti bahwa Anak berkuasa untuk memberikan nyawa-Nya maupun untuk mengambilnya kembali (10:18). Kedatangan Roh Kudus yang menyertai kenaikan Yesus ke surga merupakan bukti sempurna bahwa semua kuasa sudah ditaklukkan di bawah kaki Kristus (Ef. 1:19-21; Ibr. 1:3-4; 1Pet. 3:21-22). Kristus telah mengalahkan semua kuasa yang ada di muka bumi. Dia telah mengalahkan penguasa dunia ini.

Penghukuman atas penguasa dunia merupakan berita yang menghiburkan bagi para pengikut Tuhan Yesus yang akan mengalami penganiayaan oleh dunia. Yohanes 16:33 berkata: "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Iblis telah dikalahkan karena kuasa kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus ke sorga (1Yoh. 2:13-14). Semua yang lahir dari Allah telah mengalahkan dunia (1Yoh. 5:4). Apa yang sudah dikerjakan oleh Yesus -- yaitu kemenangan atas Iblis -- harus kita tuntaskan melalui pertolongan Roh Kudus. Beritakan Injil dengan berani dan bersandar pada kuasa Roh! Ungkapkan semua kebohongan Iblis yang membelenggu dunia!

Aplikasi

Kita hidup dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Hidup ini kadang melelahkan, kadang membingungkan, bahkan kadang menyedihkan. Mungkin kita sedang berada dalam situasi yang sulit (sakit penyakit, penderitaan, penindasan, dsb). Mungkin kita merasa dunia ini bukan tempat yang baik untuk ditinggali. Mungkin kita tidak pernah bisa bersyukur atas pengutusan Roh Kudus dalam hati kita. Namun ketahuilah bahwa kita tidak pernah sendirian dalam menjalani pergumulan dan penderitaan kita. Roh Kudus ada di dalam hati kita. Ketika kita dimusuhi orang lain, Ia bekerja di dalam hati kita. Ketika kita diperlakukan tidak baik oleh orang lain, dituduh tanpa dasar yang jelas, Roh Kudus senantiasa menyertai kita. Itulah yang menjadi penghiburan bagi kita.

Apakah selama ini kita sudah membangun kedekatan dengan Roh Kudus? Sadarkah kita bahwa kekuatan kita menjalani hidup di dunia ini adalah karena Roh Kudus yang ada dalam hati kita? Mari kita mengambil komitmen di hadapan Tuhan untuk hidup lebih dekat, lebih taat, dan lebih peka terhadap pekerjaan Roh Kudus di dalam diri kita. Apakah kita berani keluar memberitakan kebenaran kepada dunia? Apakah kita takut ditolak, takut kehilangan keuntungan, dan kehilangan persahabatan karena kebenaran yang kita beritakan dan lakukan? Biarlah kita percaya bahwa Roh Kudus yang ada dalam hati kita akan bekerja memakai kita senantiasa.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun