Secara umum poin kedua dari TULIP ini dapat dijelaskan dalam satu kalimat: Allah sejak kekekalan telah memilih sebagian orang berdosa untuk mendapatkan anugerah keselamatan berdasarkan kehendak/kedaulatan dan kebaikan-Nya. Dari definisi ini ada tiga elemen penting yang perlu digarisbawahi. Pertama, keselamatan manusia ditentukan oleh pilihan Allah. Kedua, pemilihan ini sudah dilakukan Allah sejak kekekalan. Ketiga, alasan di balik pemilihan ini murni berasal dari dalam diri Allah, bukan faktor manusiawi yang diketahui Allah sebelumnya (bukan berdasarkan pra-pengetahuan Allah).
Bagi sebagian orang doktrin pemilihan merupakan suatu momok yang menakutkan. Doktrin ini dianggap memperlakukan manusia seperti robot yang hanya menjalani hidup mereka berdasarkan skenario Allah. Doktrin ini juga dianggap mengajarkan ketidakadilan Allah sehubungan dengan mereka yang tidak dipilih. Terlepas dari kesulitan-kesulitan seperti ini (lihat bagian selanjutnya), Alkitab memang mengajarkan doktrin ini dengan cukup jelas, karena itu doktrin ini harus diketahui oleh setiap orang Kristen. Di samping itu, seperti dikatakan oleh Calvin, pengabaian doktrin ini “evidently detracts from the divine glory, and diminishes real humility”.
Penjelasan istilah
Ada beberapa istilah yang terkait dengan pemilihan tanpa syarat dan perlu dipahami sebelumnya untuk menghindari kerancuan. Pertama, pra-ketetapan Allah (foreordination). Dalam dunia teologi, istilah ini merujuk pada segala sesuatu yang sudah direncanakan Allah sebelumnya sejak kekekalan. Ketetapan ini mencakup segala sesuatu dan setiap detail (all-inclusive), misalnya hati manusia (Ams. 21:1), keputusan manusia (Ams. 16:1), kecelakaan (Kel. 21:13), keisengan (1Raj. 22:30, 34), hal-hal yang sepele (Mat. 10:29-30) maupun dosa (Kej. 45:4-8; 50:20; Kis. 4:27-28). Ketetapan ini juga bersifat tunggal, dalam arti segala sesuatu (jamak) yang ditetapkan tersebut mengarah pada satu tujuan tertentu yang sama (tunggal). Konsep ketunggalan rencana Allah seperti ini tampak dari beberapa ayat Alkitab yang memakai bentuk tunggal untuk kata “rencana/tujuan Allah” padahal yang direncanakan mencakup segala sesuatu (Rm. 8:28; Ef. 1:11; 3:11).
Istilah kedua adalah predestinasi (predestination). Istilah ini merujuk pada rencana Allah sejak kekal yang berhubungan dengan akhir hidup manusia dalam hal keselamatan. Predestinasi tidak membahas hal-hal lain di luar konteks keselamatan rohani. Predestinasi memiliki dua aspek: pemilihan atas orang yang akan diselamatkan (election) dan pengabaian orang-orang lain sehingga mereka binasa (reprobation). Dari penjelasan istilah di atas kita dapat mengambil beberapa konklusi:
- Pemilihan tanpa syarat merupakan salah satu bagian dari predestinasi.
- Pemilihan tanpa syarat (dan predestinasi) merupakan bagian dari pra-ketetapan Allah, sehingga pembahasan tentang pemilihan tanpa syarat akan sangat berhubungan dengan konsep pra-ketetapan Allah secara umum.
- Doktrin pemilihan tanpa syarat terfokus pada mereka yang ditetapkan untuk selamat. Reprobasi hanyalah penjelasan logis dan biblikal dari mereka yang tidak menjadi objek pemilihan.
Keselamatan berhubungan dengan pemilihan Allah
Sebagian orang Kristen memiliki pandangan yang salah tentang predestinasi. Mereka menganggap bahwa doktrin ini tidak pernah diajarkan di dalam Alkitab. Doktrin predestinasi dilihat sebagai salah satu ekses (bahkan kesesatan) yang dilakukan para teolog Reformed. Tuduhan ini jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Ungkapan “umat pilihan” muncul berkali-kali dalam Alkitab (Mat. 24:22, 24; Mrk. 13:20, 22; Kis. 9:15; Rm. 8:33; 16:13; Kol. 3:12; 2Tim. 2:10; Tit. 1:1). Beberapa teks lain memberi keterangan kapan pemilihan ini dilakukan, yaitu “sejak semula” (Rm. 8:29-30; Ef. 1:5, 9, 11; 2Tes. 2:13), “sebelum dunia dijadikan” (Ef. 1:4), “sebelum permulaan jaman” (2Tim. 1:9).
Para teolog Reformed maupun Armenian sama-sama mengakui bahwa Alkitab mengajarkan predestinasi. Isu yang mereka perdebatkan bukan ada atau tidaknya predestinasi, tetapi alasan di balik predestinasi tersebut. Kalangan Armenian menganggap predestinasi didasarkan pada pra-pengetahuan Allah terhadap apa yang akan dilakukan manusia (pemilihan bersyarat), sedangkan kalangan Reformed meyakni bahwa pemilihan ini tidak didasarkan pada faktor apapun dalam diri manusia (pemilihan tanpa syarat).
Pemilihan yang tanpa syarat
Argumen yang mendukung konsep pemilihan Reformed sangat melimpah. Alkitab secara jelas dan konsisten mengajarkan pemilihan tanpa syarat. Apa yang diajarkan Alkitab juga diteguhkan oleh analisa logis terhadap isu kedaulatan Allah. Untuk mempermudah pembahasan, argumen tersebut akan dibagi menjadi lima kelompok: pola pemilihan Allah dalam Alkitab, data Alkitab tentang pemilihan tanpa syarat, konsekuensi logis dari kerusakan total, kelemahan konsep pilihan yang didasarkan pada pra-pengetahuan Allah, dan contoh konkret pertobatan dari orang yang melawan Tuhan.
Pola pemilihan Allah dalam Alkitab