Bacaan: Kisah Para Rasul 11:26-30
Khotbah Minggu dalam Rangka Bulan Oikumene di HUT ke-71 PGI.
Saudara yang dikasihi Allah,
 Kekristenan awal mendapat tantangan  dari mereka yang membenci nama Tuhan Yesus. Kuasa Roh Kudus yang dianugerahkan telah menjadikan para murid pergi bersaksi tidak hanya di Yerusalem, tetapi juga ke berbagai tempat termasuk ke Antiokhia. Antiokhia adalah salah satu kota terbesar setelah kota Roma dan Aleksandria. Di kota inilah dikenal sebutan Kristen bagi murid-murid Yesus. Mengapa kekristenan menyebar sejauh 300 mil dari Yerusalem? Penganiayaan kepada murid-murid Yesus terjadi setelah pencurahan Roh Kudus atau Pentakosta, maka Petrus dan semua murid Tuhan berbicara tentang kasih Allah yang menyelamatkan melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus.Â
  Gereja mengalami pertumbuhan dan perkembangan luar biasa. Namun, orang Yahudi menebarkan ancaman dan menganiaya jemaat Tuhan termasuk saat mereka mereka membunuh Stefanus. Akibatnya murid-murid Yesus keluar dari Yerusalem dan pergi bersaksi tentang ke berbagai tempat termasuk ke Antiokhia.
  Perkembangan kekristenan di Anthiokia mendapat perhatian penuh dari jemaat di Yerusalem. Mereka mengutus Barnabas untuk melihat dan membina jemaat di sana. Barnabas, anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus, adalah seorang hamba Tuhan dengan karakter yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Barnabas bahkan dalam pelayanannya berhasil membawa sejumlah orang kepada Tuhan (11:24).Â
  Barnabas tidak bekerja sendirian. Barnabas melibatkan Paulus yang berada di Tarsus yang  berjarak 200 KM dari Antiokhia. Mereka mengajarkan tentang kuasa Tuhan Yesus bagi jemaat di Antiokhia. Paulus dilibatkan sebab Paulus punya pengalaman rohani dengan Tuhan Yesus dan memiliki kemampuan berteologi yang baik dalam menjelaskan siapa Yesus dan karya keselamatanNya bagi manusia. Tugas keduanya jelas: penginjilan dan pemuridan. Mereka melakukan dengan sungguh-sungguh selama satu tahun dan hasilnya pemuridan mereka memberkati jemaat Tuhan. Mereka mengerti siapa Yesus dan tanggung jawab sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan.
  Kedatangan Agabus, salah seorang nabi Tuhan, ke Antiokhia yang menubuatkan bencan kelaparan yang akan terjadi di Yerusalem pada masa Kaisar Klaudius pada tahun 46 Masehi. Kelaparan berarti tidak memadainya sumber makanan untuk mencukupi keperluan manusia. Harga yang melambung mengakibatkan  tekanan berat bagi yang menderita. Dalam hal ini, jemaat Antiokhia tidak hanya simpati dan mendukung dalam doa. Mereka juga tergerak hatinya untuk mengumpulkan dana bantuan guna menolong saudara mereka yang menderita lapar. Sebuah bukti kasih yang nyata sebagai satu persekutuan yang bertumbuh dalam firman Tuhan dan kasih Yesus.
  Sejarah perkembangan misi gereja mengajarkan kepada kita bahwa penderitaan karena nama Tuhan Yesus tidak pernah menjadikan gereja lemah dan punah. Gereja dengan penyertaan Roh Kudus, terus bersaksi dan melayani di tengah tantangan dan ancaman yang nyata. Karya Roh Kudus menguatkan hamba-hamba Tuhan untuk menjadi pelayan Tuhan yang efektif dan dapat bekerja sama bagi kepentingan Kerajaan Allah. Mereka yang bekerja melayani pekerjaan Tuhan selalu memberi waktu yang banyak bagi pekerjaan Tuhan dengan mengajarkan kehendak Allah dan melibatkan semua yang berdedikasi untuk berkarya bagi kemuliaan Allah. Gereja yang diberkati tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri tetapi juga berdampak kepada masyarakat di sekitarnya dan persekutuan dengan saudara seiman di berbagai tempat.
  Jemaat Antiokhia mengalang bantuan secara bersama menghadapi bencana kelaparan yang ada di Yerusalem. Mereka peka terhadap kebutuhan pelayanan  yang tidak dapat ditunda dengan alasan apapun  seperti belum waktunya bagi kami, kebutuhan kami pun masih banyak, kami tidak kenal siapa mereka, biar orang lain saja yang bantu atau kita cukup berdoa saja! Pemberian jemaat Antiokhia bukti karya Roh Kudus yang berkarya dalam hidup mereka dan bagaimana firman Tuhan memberkati jemaat itu untuk mau berbagi sukacita bagi saudara-saudara mereka yang berada dalam kesusahan berat.
  Di tengah sukacita HUT PGI Ke-71, kita bersyukur atas persekutuan yang sudah Tuhan hadirkan sejak 25 Mei 1950. PGI sebagai representasi gereja-gereja Indonesia telah berkontribusi dalam perjalanan kehidupan negara dan bangsa kita. PGI adalah wajah dari kekristenan kita. Kita mengambil bagian dalam gerak bersama PGI dengan turut berpatisipasi membantu saudara sebangsa yang menderita akibat bencana alam seperti banjir bandang di Nusa Tenggara Timur. Kita hidup dalam lingkungan yang selalu diperhadapkan dengan bencana, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami. Bantuan  gereja-gereja Tuhan termasuk oleh gereja Huria Kristen Indonesia, memperlihatkan kasih dan kuasa Yesus yang bekerja sehingga kita selalu dapat memberi dan memberi bagi kemuliaan Allah.
  Kita percaya saat kita menabur, taburan itu memberkati tidak hanya hidup kita dengan sukacita dan kegembiraan, tetapi juga sukacita dan kegembiraan bagi banyak orang lain. Mari kita memberi bukan untuk mengejar pujian dari manusia, tetapi sungguh menjadi kabar sukacita bagi dunia yang menderita.Â
  Saya membaca sebuah kisah tentang misi gereja di bidang kesehatan di China. Seorang dokter menangani seorang petani yang matanya terganggu karena katarak. Setelah selesai tindakan medis, petani tersebut gembira sebab penglihatannya sudah jauh lebih baik. Beberapa hari kemudian, dokter misionaris itu melihat melihat ke luar jendelanya dan memperhatikan petani itu  memegang ujung tali yang panjang. Di belakangnya ada banyak lain yang buta, dalam satu barisan, memegang tali dan mengikutinya. Petani itu telah mengumpulkan mereka dan membawa mereka bermil-mil ke dokter yang telah memberikan keajaiban pada matanya. Dia ingin orang lain mengalami kesembuhan dan berkat Tuhan seperti yang dialaminya sendiri.
  Hidup kita sebagai orang Kristen adalah hidup sebagai persekutuan yang sudah diberkati sebab bersama Tuhan Yesus kita beroleh kelimpahan; bersama Yesus hidup kita berbuah lebat. Tuhan akan selalu mencukupkan segala keperluan kita. Mari kita bersama menjadi berkat bagi saudara-saudara kita yang menderita. Kita lakukan semuanya sebagai bukti kasih Kristus dalam hidup kita. Amin.
****
Jakarta, 23 Mei 2021 pelayanan di HKI PULOMASÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H