Tiga hari kemarin,
Saya berdiri bersama puluhan ribu orang yang rindu kesejukan
Nafsu duniawi diruntuhkan oleh satu pemandangan
Keindahan muncul dari foto-foto berisi kecupan
Saya lihat sendiri
Bagaimana senyum dan lambaian tangan keriput itu,
Dari dalam mobil yang ia pilih sendiri untuk menemani hari-harinya di negeri ini
Matahari terik
Tiba-tiba Jakarta sangat ramah.
Untuk saya yang selalu membanggakan sejuknya rumah sendiri.
Lari, jalan, lari lagi.
Mengejar-ngejar contoh nyata hidup sederhana
Sampai terdengar,
"Gara-gara satu orang nih, mati rejeki gue!"
Jalanan memang ditutup hari itu,
Tapi hanya hari itu
Setelahnya berlangsung saja
seperti biasa
Ada juga yang begini
Khawatir soal rumput
Padahal tetap hijau saja dan tak tersentuh
Tetaplah cari celah
Ibadah kami semakin khidmat
Di tengah terik yang penuh intrik
Rindu itu rasanya serentak
Semua sama dan setara
Di depan mata yang terlihat sungguh ada dan nyata
Bukan, ini bukan soal terpesona
Ini soal teladan yang kami punya
Yang lewat di hadapan beriring sorai,
Viva il Papa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H