"Baiklah. Sedari tadi aku belum menjelaskan maksud dan tujuanku di sini. Tugasku adalah menyampaikan doa dan harapan bagi orang-orang yang telah berpulang dari mereka yang merindu di bumi. Kira-kira apa yang ingin kau sampaikan?"
"Aku tidak ingin bilang secara langsung, kau dengar saja lewat suara pikiranku"
Kupejamkan mata ini sebentar sembari menyampaikan doa dan permohonanku pada Nenek. Aku tak ingin membiarkan orang lain tahu karena ini hanyalah antara aku dan Nenek saja.Â
Aku suka menyelipkan rahasia pada Nenek semasa hidupnya dan biarlah kali ini tetap berlaku hal yang sama. Kubuka mataku perlahan
"Baiklah Angin.. Rindu. Kuberi kau nama itu, tolong sampaikan pada Nenek ya"
"Nama yang bagus" Ia terkekeh sedikit "Baiklah, nama itu indah. Sudah tidak ada lagi?."
"Tidak ada"
Aku tersenyum simpul sebelum akhirnya ia beranjak dan berhembus melewati lautan ke tempat yang mungkin tak seorangpun tahu. Jika memang Angin tidak menjelaskan hal itu tadi, maka benar aku tidak perlu tahu.Â
Sejatinya hubungan raga memang telah terputus saat bumi ini ditinggalkan. Semoga doa dan harapan yang kusampaikan dapat menjadi penghubung antara aku dan Nenek.
Wahai Angin Rindu, sampailah dengan selamat. Bawalah pesan kami yang merindu pada jiwa-jiwa di keabadian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H