Punggungku sakit
Seperti habis dihabisi jagoan
Seperti dijorokkan ke bebatuan
Para tabib terheran dibuatnya
Aku sudah berbicara pada ribuan tabib
Atas usul sahabatku
Tapi tak satupun berhasil
Punggungku beri teka-teki
Tabib ke seribu amat teliti
Tapi tak dapat diungkap juga
Perasaan seperti ditancap belati
Mencipta pertanyaan terbuka
Sahabatku mengerut keningnya
Mempertanyakan kesembuhan diriku
Aku sudah hancur dibuatnya
Tak satupun dapat membantu
Aku bilang ke sahabatku
Sepertinya aku akan ajal
Rasa sakit tak terbendung lagi
Aku rasa sudah fatal
Kuperkirakan hidup tinggal dihitung jari
Bahkan tak dapat dihitung hari
Aku ajak sahabat
Nikmati hidup walau sekelibat
Aku manusia tak beruntung
Hidup adalah cemooh berang
Aku selalu diserang
Berharap hidupku tak panjang
Kemudian aku berpikir
Tak ada yang senang padaku sampai akhir
Sahabatku jadi berpikir
Cara agar hidupku tak akhir
Tabib ke seribu satu ditemukan sahabatku
Aku dipaksa pergi padanya
Demi sahabatku
Aku datang malam ini juga
Ternyata tempat tabib bau bangkai
Aku mual
Ternyata tabib itu sahabatku
Aku heran
Sahabatku menyeringai
Setapak ia dekatiku
Tancapkan belati di punggungku
Ia tertawa "Selama ini kubalut lukamu dengan kebohongan"
Ia baik padaku
Tapi hanya semu
Fitnah ia rancang
Semua orang lancang
Tancap
Tancap
Gelap
Gelap
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H