Mohon tunggu...
Stephanie Anggreinie
Stephanie Anggreinie Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pembelajar

Ibu rumah tangga, pengajar musik privat, konten kreator dan mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran dengan Metode Montessori

29 Oktober 2021   19:19 Diperbarui: 29 Oktober 2021   19:47 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.leoportschools.com

Metode ini dikembangkan oleh seorang dokter asal Italia, yaitu Maria Montessori (1870-1952). Ia membangun Casa de Bambini (The House of Children) pada tahun 1907 di Roma, sekolah Montessori yang pertama. Metode tersebut kemudian mendunia dan Montessori menghabiskan hidupnya mendirikan sekolah-sekolah baru, melatih guru, mengajar, mengembangkan dan menulis mengenai metodenya.

Berikut prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pendidikan Montessori:

Bermain adalah bekerja. Montessori percaya bahwa bermain adalah cara belajar yang ampuh, anak-anak sesungguhnya memiliki hasrat untuk belajar dan harus didukung dengan alat yang sesuai. Dalam kelas Montessori mainan yang disediakan di dalam kelas sudah dirancang untuk berbagai tujuan, seperti melatih konsentrasi, kreatifitas, berhitung, membaca, musik, dan lain sebagainya.

Lingkungan yang dipersiapkan. Hal ini merupakan esensi dari metode Montessori. Lingkungan yang baik dapat membuat anak dapat beraktifitas dengan bebas dan mendiri. Seperti contoh, pada kelas Montessori kita pasti melihat mainan tertata dalam rak terbuka dan hanya terdapat 1 jenis mainan dalam 1 rak. Dengan begitu anak dengan mudah dapat menemukan apa yang ingin dia mainakan, dan dapat mengembalikannya seperti semula dengan mudah.

Kemandirian. Montessori berkata "Never help a child with a task at which he feels he can succeed." yang artinya jangan pernah membantu anak dengan tugas dimana dia merasa dapat berhasil. Kemampuan berpikir anak dapat berkembang lebih baik dan cepat apabila anak mengkontruksi pemikirannya sendiri. Contoh kegiatan dari Montessori yang melatih kemandirian misalnya kegiatan mewarnai dimana anak membuat keputusan sendiri warna cat dan kertas yang akan digunakan, lalu membersihkan alat-alat setelah selesai dan mencuci tangan sendiri.

Pembelajaran langsung (hands-on). Dengan metode pembelajaran langsung ini, anak diberikan materi yang dapat mereka pegang secara langsung (hands-on). Anak-anak belajar lebih mudah dengan ditunjukkan daripada dijelaskan. Contohnya saat anak belajar penjumlahan pada kelas Montessori mereka belajar dengan menghitung butiran kayu atau kancing, tidak hanya melihat penjelasan guru di papan tulis. Dengan begitu mereka tidak hanya belajar hingga sekedar mempu menjawab soal, namun juga menyerap konsep akan apa yang dipelajari serta memahami tujuan belajar.

Kelas multi-usia. Kelas biasanya digabungkan dalam periode 3 tahun. Misalnya siswa kelas 1-3 bersama-sama, siswa kelas 4-6 bersama-sama. Siswa yang lebih kecil bisa mendapatkan bantuan dari siswa yang lebih besar, dan siswa yang lebih besar mempertajam pengetahuannya dengan mengajarkan kembali.

Observasi. Dikarenakan kegiatan yang dilakukan oleh anak berbeda-beda, maka sangat penting bagi orangtua maupun guru untuk terus mengobservasi anak dan memperhatikan minat mereka. Dengan mengobservasi, maka aktifitas serta lingkungan yang tepat agar anak dapat terus diberikan untuk mengembangkan kemampuan yang sedang mereka tekuni.

Kebebasan dalam batasan. Montessori menekankan bahwa orangtua dan guru memberikan kondisi dan arah yang benar, tetapi anak diberikan kebebasan untuk membuat keputusan akan langkah yang anak pilih. Dengan diberikan kebebasan, anak akan lebih antusias belajar karena dapat mengembangkan minat mereka masing-masing.

Rasa hormat yang mutual. Setiap anak adalah pribadi yang unik dengan kebutuhan, kemampuan dan cara belajar yang berbeda-beda. Apabila anak diperlakukan dengan rasa hormat dan diberikan kepercayaan maka mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang dapat menghormati orang lain dan dapat dipercaya.

sumber: www.pinterest.com
sumber: www.pinterest.com

Selain dari yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa kelebihan lain dari metode Montessori yaitu:

  • Dapat diajarkan di rumah maupun di sekolah, prinsip Montessori dapat digunakan sebagai cara pandang kehidupan, cara kita memandang serta memperlakukan anak.
  • Walaupun Maria Montessori sendiri merupakan seorang Katolik, metode ini dapat diterapkan dalam berbagai kultur maupun lingkup agama. Ada berbagai sekolah Kristen, Yahudi dan Islam yang mengadopsi metode Montessori ke dalam pembelajarannya.
  • Anak berinteraksi secara sosial dan belajar dalam interaksinya. Dengan begitu kemampuan bersosialisasinya juga meningkat seiring dengan pengetahuan yang didapatkan.
  • Anak termotivasi secara intrinsik dalam belajar. Belajar tidak menjadi beban dan paksaan bagi anak, sebaliknya justru menjadi momen yang menyenangkan. Hal ini dikarenakan anak dapat memilih sendiri cara belajar, langkah dan tujuan yang ingin dia capai.

Sedangkan kekurangan dari metode Montessori yaitu peralatan dan persiapan yang mahal. Material dan maianan pembelajaran Montessori biasanya open-ended, berbahan natural dan tahan lama. Karena itu harganya juga tidak murah. Selain itu orang dewasa perlu mempersiapkan perlatan yang sesuai dengan ukuran anak-anak agar anak dapat beraktifitas secara mandiri.

Menurut pandangan saya sendiri baik sebagai guru maupun sebagai ibu, metode Montessori ini sangat menarik untuk diterapkan dalam keseharian maupun pembelajaran. Melihat kekurangan yang ada pun (peralatan yang mahal), kita sesungguhnya masih dapat melakukan penyerapan dari beberapa prinsip dalam metode ini. 

Seperti bagaimana kita mendorong anak kita untuk mandiri, mengejar minat dan bidang yang mereka sukai, menghormati keputusan anak dan memberikan kepercayaan kepada mereka. Hal-hal positif tersebut tentunya akan membawa dampak yang baik juga bagi anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun