Mohon tunggu...
STENY MUNTIR
STENY MUNTIR Mohon Tunggu... Guru - Mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di salah satu SMA Katolik

GURU

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masyarakat Sipil dan Ruang Publik Politis dalam Perspektif Jurgen Habermas

2 Maret 2018   12:57 Diperbarui: 2 Maret 2018   13:07 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pengantar

Latarbelakang pemikiran Habermas tentang Masyarakat Sipil dan Ruang publik politis dapat dirunut dari peristiwa pasca perang dingin. Menurut Habermas ada dua gejalah yang muncul pasca perang dingin, yakni hancurnya sistem sosialisme atau runtuhnya sistem negara kumunis dan tampilnya kapitalisme dan liberalisme sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang paling baik saat itu. 

Ekspansi kapitalisme dan liberalisme telah telah menghasilkan pluralisme gaya hidup dan orientasi-orientasi nilai. Masyarakat menjadi kompleks. Negara pun kehilangan monopolinya atas pasar dan proses pengambilan keputusan publik. Berhadapan dengan situasi itu, Habermas mencoba mengajukan program pemikirannya. Bagi dia, negara dan pasar adalah dua sub sistem yang harus bekerja sama. Kita tidak bisa menghilangkan salah satu dari keduanya. Pasar sangat dibutuhkan oleh negara untuk kemajuan ekonomi negara tersebut. Solusi terbaik adalah menjadikan negara dan pasar sebagai patner.

Ruang Publik

Ruang publik dalam pengandaian antrpoloogis, Habermas melihat manusia sebagai makhluk yang rasional, otonom, bebas dan lepas dari berbagai pengaruh, negatif dan positif, yang datang dari luar. Individu-individu masuk atau meleburkan diri ke dalam kelompok-kelompok tertentu yang memiliki latarbelakang budaya dan gaya hidup tertentu. Sehingga menurut Habermas masyarakat modern adalah masayarakat yang kompkles dan majemuk (beranekaragam dan pluralistik). 

Kemajemukan atau kekompleksan itu dapat dilihat dari budaya yang majemuk, gaya hidup yang beragam, oreintasi  nilai berbeda, kebiasaan yang beragam, etnis yang beragam, bahasa dan masih banyak lagi. Karena itu, tidak muda untuk memasukan individu-individu atau kelompok-kelompok itu ke dalam suatu tradisi atau nilai bersama. Nah, menurut Habermas di sinilah peran masyarakat sipil dan ruang publik politis sangat diperlukan.

Apa itu ruang publik politis? Ruang publik politis, menurut Habermas, adalah suatu jaringan komunikasi informasi dari berbagai cara pandang yang disaring sedemikian rupa sehingga menjadi opini publik yang dapat mempengaruhi tindakan politis dan relevan dengan permasalahan masyarakat. Atau dengan kata lain ruang publik adalah jembatan yang menghubungkan kepentingan pribadi dari individu-individu (ruang privat) dengan kepentingan sosial dan publik yang terjelmah dalam kekuasaan negara (ruang publik). Jadi ia memiliki sifat mediatif yang menjembatani kepentingan yang  berbeda antara individu dengan negara melalui diskursus yang kritis dan bebas untuk mencapai konsensus atau opini publik untuk mempengaruhi tindakan politis. 

Elemen-elemen penting ruang publik adalah pers, jurnal, parlemen, LSM, warung kopi, balai kota dan semua elemen publik yang dapat menciptakan diskursus sosial yang membahas mengenai kehidupan masyarakat. 

Di tempat itu kebebasan berbicara, berkumpul, dan berpartisipasi dalam debat politik dijunjung tinggi. Ada dua syarat penting di ruang publik, yakni kritis dan bebas. Bebas artinya setiap pihak dapat beropini dengan bebas di mana pun dan terlibat dalam debat politis. Kritis artinya siap dan mampu bertanggung jawab dalam memantau dan menanggapi proses pengambilan keputusan yang bersifat publik.    

Dari Ruang Publik Borjuis menuju Ruang Publik Politis Modern

Ruang pubilik pertama kali muncul pada abad ke-18/19. Pada waktu itu ruang publik berperan sebagai jembatan yang menghubungkan kepentingan kaum borjuis, yakni pengusaha dan pedagang, yang kerapkali berseberangan dengan kepentingan negara atau kaum bangsawan yang pada saat itu menguasai percaturan politik Eropa. Ruang publik itu kemudian menjelmah menjadi oposisi terhadap kekuasaan hierarkis dan tradisional dari otoritas-otoritas feodal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun