Kini tiba waktunya Suro pergi ronda, Marfuah sudah ngantuk mengantarkan suaminya kedepan pintu. "Jangan lupa dikunci pintunya dek, Kang Suro ronda dulu yaa?" Langkah kaki Suro terasa amat ringan, rasanya cepat-cepat ingin sampai tujuan. Matanya berbinar-binar. Dan senyum mengembang dibibirnya.
Marfuah menutup pintu, mematikan lampu dan kembali ke kamarnya, rasa kantuk sudah tak tertahankan lagi. Dan malam semakin larut.
Gedubrakkkk... Praaaaannngggg....
Suara keras diruang tengah membuat Marfuah melompat terbangun dari tidurnya. Jam menunjukkan pukul satu pagi lewat lima belas menit. Jantung Marfuah berdegub kencang, teringat suaminya sedang ronda. Lalu suara apa itu tadi? Perlahan, berjalan keluar kamar, dilihatnya seorang pria berkerudung sarung menutupi wajah dan kepalanya. Dan benda berkilauan ada ditangan pria itu.
"Maaaaallliiiiiiiiiinnngggg....Maaaliiiiiiiinnngggg....Maalliinnnggg..." spontan Marfuah teriak sekeras-kerasnya, si maling kaget bukan kepalang berlari keluar, dan membawa kalung emas milik Marfuah.
Beberapa saat warga yang ronda datang menghampiri rumah Marfuah, sebagian lagi berusaha mengejar si maling. Wajah Marfuah pucat pasi, tak menyangka rumahnya disantroni maling. Padahal suaminya juga sedang ronda, hatinya bertanya-tanya dalam hati.
"Kang..Kang Suro mana? Kang Suro mana? Mosok Kang Suro ronda tapi rumah kita kemasukan maling..." ucap Marfuah dalam isak tangisnya, masih ketakutan karena melihat maling tadi. Tapi warga hanya saling pandang. Paijo mendekati Marfuah,  dan berbisik "Tapi..Kang  Suro ndak pernah ikut ronda lho, memang tadi pamitnya ronda yoo??" Mata Marfuah terbelalak kaget, hatinya remuk redam, lalu selama ini setiap malam Kamis kemana Kang Suro ronda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H