Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Paradoks Manusia: Serigala Berhati Domba

20 Desember 2023   13:15 Diperbarui: 20 Desember 2023   22:30 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima petinggi negeri Han Shu, diambil dari cover buku PDHLM, terbitan Pohon Cahaya, Yogyakarta, 2018.

Film berjudul The Lost Bladesman ini menjadi sangat menarik selain karena tokoh dan alur kisah yang diambil dari kisah klasik Tiga Negara yang sudah mendunia, dan diperankan oleh para bintang film papan atas berkarakter yg sudah membintangi sejumlah film laris berkualitas. Bahkan pengisi suara kisah film itu adalah seorang aktor senior Andy Lau.

Kisah dimulai dengan ungkapan-ungkapan klasik dan etik dalam bahasa Mandarin, lalu beralih ke upacara penghormatan kepada arwah jendral Guan Yu yamg dipimpin jendral Caocao. Jasadnya tinggal kepala saja dikirimkan kepada Caocao yang justru menjadi lawan dari Liu Bei, kakak angkat dari Guan Yu sendiri. Sosok Guan Yu tetap dihormati oleh lawannya sendiri, dalam hal ini Caocao yang punya ambisi besar menjadi penguasa juga di negeri Han. Caocao menyesali dan meratapi meninggalnya Guan Yu dengan tragis, padahal dia pernah berusaha membujuknya untuk bergabung di pihaknya.

Sang biksu kerajaan menggambarkan Guan Yu sebagai jenderal mulia yang 'dirinya' berhati 'domba', dua kata yang membentuk kata berbudi atau bermoral (dalam bahasa Han). Kemuliaan sang jendral memiliki 6 segi kasih dalam agama leluhur. Caocao menimpali dengan raut penyesalan, "Kalau seorang mulia berkarakter surgawi seperti Guan Yu saja bisa meninggal, siapakah yang tersisa untuk menjalani Jalan (kehidupan dan kebenaran)?" 

Bagi Caocao, kemuliaan ini adalah tragis, karena Guan Yu "sesungguhnya adalah serigala dan serigala yang berhati domba. Sayangnya dunia ini milik para serigala, ya dunia para serigala.

Ya, kisah tentang jendral Guan Yu (diperankan Donny Yen) yang dalam suatu peristiwa terpaksa berada di dalam wilayah kekuasaan kerajaan Wei. Naasnya dia sedang mengawal isteri Liu Bei (diperankan Sun Li) dalam suatu perjalanan. Karena ditolong oleh jendral Caocao (diperankan Jiang Wen) dengan memberi makanan dan minuman serta tempat menginap, maka sebagai ungkapan terimakasihnya, Guan Yu bersedia membantu Caocao, untuk menaklukan beberapa musuh kerajaan.

Tetapi kesetiaan Guan Yu tetap pada Liu Bei, yang juga punya visi misi mengembalikan kembali kejayaan dinasti Han yang terpecah belah untuk kembali berdamai dan bersatu. Bagi Guan Yu, Liu Bei tetaplah sang pemimpin yang layak dipercayai dan disetiai, bukan hanya sebagai saudara angkat yg berikrar sehidup semati bertiga bersama Zhang Fei di bawah pohon persik untuk menegakkan kerajaan, tapi lebih mendasar darinya adalah nilai-nilai moral kemanusiaan yang mereka junjung tinggi.

Makin menarik merefleksikan narasi film ini sejak pembuka dan sampai penutup justru diceritakan dari sudut pandang seorang jendral Caocao yang kontroversial dan ambisius tapi yang sangat mengagumi bahkan menghormati Guan Yu. Ada titik temu tapi juga titik pisah dari kedua tokoh utama film ini, dan semuanya dihubungkan atau terhubung dengan sendirinya dengan sosok Liu Bei yang kemudian menurut sejumlah ahli disebut sebagai kaisar terbesar dalam sejarah Tiongkok kuno tersebut.

***
Jelaslah kisah ini terinspirasi dari sebagian rangkaian peristiwa yang tercatat sebagai perang terbesar dalam sejarah Tiongkok kuno, sekitar abad ketiga Masehi, yang disebut Sam Kok atau San Guo, artinya tiga negara. Tetapi satu peristiwa besar itu ditulis dalam dua buku yang masing2 ditulis berbeda zaman. 

Ada dua versi utama dari kisah perang ini sebagaimana tertuang dalam dua buku tentang perang itu, dan kiranya para sejarawan sendirilah yang paling bisa menilai konteks dan tujuan dua versi tersebut. Mana yang paling mendekati kebenaran atau kejadian sebenarnya? Siapa yang bisa memastikan, dan apa bukti-bukti utama dan pendukungnya?

Yang diakui pasti bahwa kedua buku tersebut saling melengkapi, walau sudah diselingi kisah-kisah fiktif yang bisa jadi bersifat imaginasi pemanis atau memang sesuai pesanan penguasa atau yang menjadi pihak yang menentukan buku itu ditulis. Menurut para ahli, buku karya Luo Guan Zhong sekitar abad ke-14 berjudul San Guo Yan Yi (pembeberan kebenaran tentang tiga negara) kiranya melengkapi apa yang sudah lebih dulu ditulis oleh Chen Shou dalam buku San Guo Zi (catatan tentang tiga negara) pada sekitar tahun 220 - 280 Masehi.

Dari catatan para ahli sejarah itu, misalnya jelas diakui fakta sejarah tentang tiga tokoh bersaudara angkat itu, yaitu Liu Bei, Guan Yu, Chang Fei dan peranan mereka bersama para ksatria lainnya yang tergabung dalam 5 pendekar tinggi negeri Han. Mereka telah menjadi teladan turun temurun khususnya dalam hal kepemimpinan yang bermoral bagi masyarakat Tiongkok. Liu Bei adalah pewaris dari trah yang dianggap paling sah dan berusaha kembali mempersatukan dinasti Han yang didirikan oleh Liu Bang pada abad tahun 206 sebelum Masehi, tapi kemudian tercerai berai menjadi tiga negara wilayah (Shu, Wei, Wu) yang saling berperang memperebutkan kuasa dan pengaruh dan berakhir tahun 220 Masehi. 

Dalam konteks inilah kisah film ini menjadi makin menarik disimak, bagaimana menarik benang merah para tokoh penting dalam sejarah sekitar 426 tahun itu, walau sudah dengan bumbu penyedap rasa tersendiri dari sang sutradara film.

***


Antara hukum dan moral misalnya, jelas pembedaan dan pemisahan yang diperankan dua sosok besar tersebut. Bagi Guan Yu moral mestinya lebih daripada sekedar aturan hukum, apalagi bila hukum itu diselewengkan oleh para penguasa dan lingkup istana sendiri. Hukum itu mesti membela kemanusiaan, tapi bagi Caocao yang selalu berpikir pragmatis, hukum itu mengatasi segalanya termasuk mengorbankan ribuan nyawa prajurit sekalipun demi idealisme stabilitas dan persatuan kerajaan.

Namun demikian, walau berbeda prinsip ini, Caocao justru makin menghormati dan mengagumi saudara angkat Liu Bei ini yang berebut pengaruh dan kuasa dengannya di antara para penguasa negeri yang ada pada saat itu, dalam upaya mempersatukan kembali diansti Han raya.

Selain kesetiaan akan ikatan janji persaudaraan sehidup semati 3 ksatria utama Han (Liu Bei, Guan Yu, Zhang Fei), jendral Guan Yu digambarkan memiliki ilmu tinggi pedang besar atau pedang tombak naga, bisa menyerang dan menangkis sekaligus (kelung). Juga dalam film ini jendral yang diperankan oleh aktor berkarakter Donnie Yen, merepresentasikan janji bahkan sumpah bermeterai darah tiga ksatria dalam perang tiga negara, San Guo atau Sam KoK, yakni integritas moral etik untuk selalu setia satu sama lain berjuang sampai negeri Han bersatu dan berdamai.

Secara khusus tergambar pula ilmu kendali dirinya yang mumpuni, semacam ilmu kundalini. Dia mampu kembali menyadari diri dan mengatasi godaan, kendati obat penguat nafsu seksual telah ditaburkan dalam minumannya, dan kemudian disodori perempuan cantik di kamar tidur, hanya karna sang wanita tak lain adalah Qi Lin, kakak iparnya sendiri (isteri Liu Bei, kakak pertama).

Ini menegaskan lagi kesetiaan Guan Yu terhadap saudara pertama Liu Bei sebagai ksatria yang patut dipercayai dan disetiai dengan penuh tunduk dan hormat. Dalam film ini selir Liu Bei dikisahkan pernah menjadi kekasihnya itu kembali merasa jatuh cinta kepada Guan Yu saat di dalam kamar dan mengalami betapa berprinsip dan terhormatnya sang jenderal yang samasekali tidak jatuh dalam godaanya.

 Dalam kisah San Guo Yan Yi, perempuan itu bukan bernama Qi Lin, dan bukan satu tapi ada dua yang dibawa oleh Guan Yu, yakni nyonya Gan dan nyonya Mi. Lalu kekasih Guan Yu sebenarnya adalah seorang pendekar wanita yang akhirnya berpisah dan membuatnya bertekad untuk tidak mencintai wanita lain lagi. Dan jelas ini masih sejalan dengan karakter Guan Yu yg digambarkan dalam film ini dingin hatinya untuk menerima cinta sang adik ipar.

CaoCao sangat menggaumi ilmu dan kesetian Guan Yu ini pada Liu Bei, musuh bebuyutan Caocao sendiri. Caocao tak mampu membujuknya untuk bergabung dalam kubunya, termasuk sudah diberi penghargaan kehormatan dan jabatan tinggi.

Akhirnya Caocao melepaskannya walau disarankan untuk ditahan karena khawatir dia akan menjadi lawan berbahaya laksana serigala yang ganas dan haus darah. Saking kagumnya pada Guan Yu, CaoCao yg sedang menjadi pengendali kerajaan, berujar: "Memang banyak orang adalah serigala, tetapi Guan Yu adalah serigala yang berhati domba."

Caocao tetap berharap satu saat Guan Yu akan balik bergabung dengannya.

Dalam perjalanannya membawa serta istri Liu Bei keluar dari wilayah Wei untuk dibawa kembali ke markas sang suami di wilayah Shu, Guan Yu menghadapi banyak halangan, termasuk diserang sepasukan yang telah mendapat surat lewat merpati berisi utk segera mengahabisinya. Guan Yu mampu sendiri menghabisi para penyerangnya demgan pedang tombak naganya.

Setelah mengetahui bahwa Jendral Guan menghabisi banyak jenderal yang pro padanya, maka Caocao heran apa penyebabnya. Ternyata adalah perintah raja Xi sendiri. 

Caocao tahu integritas Guan Yu, yang tak akan membunuh lawan tak bersalah tanpa alasan. Maka Caocao menjadi marah kepada para penasihat kerajaan, sampai hendak menghabisi mereka yg dianggapnya berkhianat padanya. Seorang penasihat mengingatkan Caocao bahwa lebih baik dikecewakan daripada mengecewakan orang lain.

Sesaat menjadi tenang kembali, teringatlah Caocao akan alasan Guan Yu menolak untuk tinggal dalam kerajaan yang menurutnya dikendalikan oleh raja yang masih terlalu muda dan lemah. Dan Caocao memanfaatkan situasi itu menjadikan dirinya sangat berkuasa dan disegani di wilayah Wei. 

Guan Yu pernah berkata bahwa tidak ada kasih dalam kerajaan itu, dan penegasan Guan Yu itu akhirnya dibenarkan sendiri oleh Caocao, sang jenderal berkuasa itu. Kekuasaanya karena sifat kepemimpinannya yang kuat dan tegas, didukung sejumlah jendral yg memihak kepadanya dan sangat besarlah pasukan yang dikendalikannya.

Pada kesempatan lain saat mencari adik iparnya yang hilang bersama seorang biksu, Guan Yu diselamatkan jendral bawahan Caocao dari pengadilan rakyat karena mereka mendapat info bahwa dia telah membunuh jendral Wang mereka juga. 

Guan Yu diam saja dirajam dengan batu dari masyarakat yang tidak mengenalnya, tapi sesaat hendak dihabisi dengan tombak, sekelebat pedang menahan tombak itu. "Jendral Guan tak pernah membunuh orang yg tak bersalah. Lepaskan!"

Tapi kemudian di saat jenderal itu memerintahkan rakyat untuk dieksekusi karena tidak mau memberitahu lokasi biksu dan perempuan itu, justru Guan Yu mencegahnya. 

Terjadi perdebatan keras, tapi karena Guan Yu memaksa maka Caocao sendiri diminta turun tangan. Dia mengalah, dan bahkan rela dituduh sebagai penjahat demi membela nama baik Guan Yu.

 "Baiklah, biarlah jendral Guan Yu tetaplah sebagai pahlawan, dan kalian jangan pernah menyebarkan informasi tentang perbuatan2 jahat kami, supaya semua keluargamu selamat!"

Setelah bertemu kembali dengan Qi Lin, Guan Yu bertekad untuk mengembalikannya kepada Liu Bei. Namun, untuk itu Guan Yu mesti menuruti lagi kemauan Caocao untuk memenangkan sebuah perang dengan pihak lain dalam perang tiga negara itu yang banyak faksinya. Guan Yu menyanggupi dan hendak mengantarkan terlebih dahulu Qi Lin ke seberang perbatasan.

Dan pada saat perpisahan di batas itu Qi Lin menyatakan cintanya kembali kepada Guan Yu. 

Perempuan muda itu merasa tidak ada alasan untuk tidak mencintai jendral yang sangat berdisiplin dan berdedikasi itu.

Namun Guan Yu tetap pada pendiriannya bahkan sengaja menegaskan bahwa walaupun pernyataan cinta Qi Lin tersebut tulus namun bagaimana kalau Guan Yu sendiri tidak mau. Pastilah rasa hormat dan setia pada janji pada saudara angkat itulah yang melatarbelakangi penolakan itu. 

Hal ini mendorong Qi Lin untuk mengakhiri dirinya dengan pisau dengan menegaskan bahwa tidak patut Guan Yu mengikuti kemauan Caocao untuk berperang di pihaknya lagi, akan membuatnya tambah kuat dan makin menguasai banyak wilayah sehingga bisa membahayakan posisi Liu Bei sendiri.

 Tapi kembali Guan Yu menyatakan kesetiaannya kepada Liu Bei, dengan bersujud di hadapan sang kekasih, untuk bersiap mati bunuh diri dengan pisau yang dia sudah rebut dari Qi Lin, kalau memang harus dilakukan supaya tidak perlu berperang lagi menuruti kemauan Caocao.

Tapi tiba-tiba ada serangan panah dari pelbagai penjuru memenuhi gerobak. Dan serangan terakhir ini ternyata juga diperintahkan raja sendiri, padahal Caocao sudah berjanji hal keamanan perjalanan Guan Yu sampai ke seberang. Sang adik ipar tewas walau sempat disembunyikan di bawah kereta kerajaan.

Hal ini membuat Guan Yu trenyuh dan kemudian berjuang melawan sampai menghabisi para penyerang yg tak lain adalah pasukan elit pengawal raja sendiri.

 Bahkan siap menghabisi raja yang turut datang langsung untuk memastikan kematian mereka berdua. Raja sendiri merasa geram kepada Caocao yang suka mengatur sendiri dan masih selalu membela Guan Yu.

Pada saat yang sama datanglah Caocao dan para pengawalnya dan mencegah Guan Yu untuk mengurungkan balas dendamnya itu. 

Bagaimanapun juga raja tidak boleh dibunuh karena raja berasal dari surga. Demikian alasan raja sendiri yang mulai ketakutan, tapi Guan Yu membalas: "Atas nama keadilan dari surga saya akan membunuhmu, hai raja."

Caocao berusaha membujuk Guan Yu, dengan dalih bahwa kalau raja dibunuh maka banyak pemberontakan akan terjadi dan persatuan tak mungkin terjadi lagi, dan kekacauan akan terus terjadi. Dan karena sangat geram dengan tindakan raja, maka Caocao dengan suara meninggi pertanda marah menambahkan,

 "Sudaraku, kalau kerajaan sudah bersatu dan damai, maka saya sendirilah yang akan menghabisi raja ini." Guan Yu menurut walau menahan gundah dan sedih.

Akhir kisah, Guan Yu melanjutkan perjalanan dengan gerobak ditarik kuda perlahan dengan membawa adik ipar yang mengasihinya telah tertembus panah mematikan pasukan raja. 

"Adik ipar, mari kita pergi."

Dalam narasi penutup, Guan Yu dikisahkan masih berperang selama 7 tahun di pihak Liu Bei, tapi sesudah pelbagai peperangan akhirnya dia ditangkap dan dieksekusi. 

Jasad kepalanya dikirimkan kepada Caocao, yang demi rasa kagum dan hormatnya secara khusus mengadakan upacara ritual kebesaran. Dan jendral Caocao dengan suara tegar dan datar berkata: 

"Siapa saja yang telah membunuh Guan Yu adalah para serigala berbulu domba!" 

Siapa saja mereka semua  tak lain adalah para pemimpin bahkan termasuk Liu Bei sendiri, menurut Caocao. 

Dan dengan wajah penuh misteri, dia berpaling kepada penasihat utamanya, "Saya sendiri bukanlah domba!"#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun