Dr. Max Godwin sibuk menolong banyak pasien yg tak mampu dengan mengusahakan perawatan dan pengobatan gratis melalui asuransi kesehatan...Sementara itu dia sedang menanggung sakit kanker yg makin menggerogoti tubuhnya. Dia khawatir akan tak mampu lagi memimpin RSU itu sebagai direktur utama. Semua dokter, perawat dan pekerja kesehatan di rs itu pernah ditolongnya secara personal dan institusional.
Dalam Musim 1, Episode 22 dari "New Amsterdam" ini, isteri Max, Georgia, sedang hamil dan selalu mendukung sang direktur, yang baik hati itu dalam menjalankan tugasnya, pun dalam sakit penyakitnya itu.
Karena semakin melemah Max diperankan oleh aktor Amerika Ryan James Eggold, bersedia dibantu Dr. Helen yang diperankan oleh Freema Agyeman si aktris cantik hitam manis blasteran Iran dan Ghana kelahiran London, sebagai direktur bagian medis.
Setelah kesibukan kerja dan segala macam masalahnya, Max selalu kembali ke rumahnya, dan disambut  istrinya dengan lembut dan penuh perhatian. Max terduduk di lantai menyadarkan diri di ranjang, dan berbagi kisah terutama kekhawatirannya atas sakitnya di hadapan istrinya yang hamil tua itu, yang mereka akan nama Luna.
Masih dalam keprihatinan atas situasi diri sendiri dan tanggungjawab besar di rumah sakit, tiba-tiba istrinya mengalami pendarahan, yang membuat Max kaget dan langsung mengontak rumah sakit. Max berusaha melakukan tindakan awal untuk mengatasi pendarahan itu tapi peralatan serba tak memadai.
Kebetulan Dr. Lauren yang diperankan oleh aktris cantik kulit putih Janet Montgomery datang ke rumah pada saat yang tepat. Padahal dia datang dengan maksud utk pamitan dengan Max, karena berkonflik dan tak dihiraukan Dr. Helen yang dipercaya sebagai direktur bagian medis yang baru.Â
Max berterimakasih karena Lauren datang pada saat dibutuhkan, tapi sayang memang tak banyak yg bisa diperbuat kecuali menunggu ambulance datang untuk dibawa ke Rumah Sakit.
Sambil menunggu ambulance, Lauren mengambil alih penanganan darurat medis itu. Sang isteri pingsan beberapa kali yg bisa membahayakan sang Luna. Dan Max tak berdaya.
"Saya sangat egois, terlalu memikirkan diri saya yg akan segera mati, padahal ternyata Georgia sangat butuh perhatian di saat masa hamilnya ini."
Karena ambulance belum datang juga, dan situasi makin kritis maka segera akan diambil tindakan dengan resiko yg fatal. Pilihan antara hidup isteri atau anak, dan Max tak sanggup memikirkan.
Lauren minta ijin untuk ambil keputusan, supaya Max tak perlu merasa bersalah nanti, bila kehilangan dan marah karena merasa  bersalah ambil keputusan.
Berdasarkan analisis kemungkinan terburuk, maka Lauren prioritaskan si bayi diselamatkan. Dan setelah Luna diselamatkan, syukurlah pada saat kritis bagi George, datanglah perlengkapan medis dan ambulans bersama Dr. Helen yang berinisatif mesti mendampinginya, dan si ibu bisa diselamatkan juga.
Dr. Lauren yang kecewa pada Dr. Helen yang sebagai direktur baru bagian medis dianggap kurang mendukung tugas dan usulannya dalam penanganan medis di rumah sakit, akhirnya menemukan kembali dirinya bahwa justru kekecewaan itu yg membuat dia datang ke rumah Max dan bisa diberi kesempatan berbuat baik. Dia merasa diselamatkan oleh ketidaknyamanan itu.Â
Hati nuraninya menguat, jiwanya menyegar lagi karena bisa menolong teman ambil keputusan dan dalam peristiwa melahirkan kehidupan baru yang sangat rumit dan berisiko itu.
Namun naas dalam perjalanan menuju rumah sakit, tiba-tiba ambulans itu ditabrak oleh mobil yang menerobos lampu merah di persimpangan jalan.
Apa maksud dan moral cerita dalam Episode, berjudul "Luna" yang menjadi akhir musim pertama serial tersebut?
Dalam bagian lain ada alur kisah lain yang juga menggugah naluri hati dan alam berpikir manusia khususnya para profesional dan pemimpin untuk membuat evaluasi dan sikap serta tindakan yang wajar dan tepat. Â
Dikisahkan seorang pasien pensiunan dini militer, Jacob, kena penyakit sindrom PTSD sebagaimana yg sering dialami mereka yang bertugas di garis depan medan perang yang menyaksikan dan mengalami peristiwa mengerikan dan kejam yang absurd dan susah diterima nurani dan akal sehat.
"Ada apa dengan otakku? Mengapa dia yg justru menyelamatkanku tapi malah kuanggap mencelakakanku dan dunia terlihat jahat semua?" Jacob mulai menyadari dan menemukan dirinya yang sebenarnya, setelah berproses di bawah bimbingan psikiater Dr. Iggy.Â
"Pahamilah cara kerja otak. Segala malapetaka dan fakta kecelakaan memang ada bahkan tak terhindarkan. Tapi pilihan untuk tetap bangkit dari masalah dan berusaha berbuat apa yg bisa dibuat, walau sulit tapi ada cahaya bahkan ada banyak cahaya yg membantu."
Ungkapan refleksi dari narator film ini bisa menjadi penegas maksud tujuan sang sutradara supaya manusia makin mengenali diri dan prioritas hidup, termasuk mengenali perspektif liyan, pihak lain siapa saja, yang dalam spiritualitas universal lintas identitas itu didasari dan dilampaui dalam cara melihat sang Cahaya itu sendiri apapun istilahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H