Kini, waktu sudah berjalan 2 tahun sejak virus Corona masuk ke Indonesia. Saat ini, keadaan sudah mulai terlihat normal. Orang-orang sudah mulai bepergian lagi, dengan tetap menerapkan prokes (protokol kesehatan). Termasuk aku, yang dasarnya memang hobi jalan-jalan dan bepergian, mulai kangen “keluyuran” lagi.
Pagi itu aku mau berangkat ke stasiun untuk pergi traveling keluar kota. Biar lebih praktis, aku memutuskan pesan ojek online. Naik ojek online pun tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Setelah memilih fitur Goride di aplikasi Gojekku, aku dapat driver Gojek yang siap mengantarku ke stasiun.
Seperti biasa saat naik motor, aku sering ngobrol dengan driver. Biar ga bosen-bosen amat di jalan. Topik yang sering diobrolin kadang-kadang seperti cuaca (asli, sering ngobrolin ini sama bapak driver Gojek. Contohnya, “panas banget ya pak siang gini, tapi seringnya sore tiba-tiba hujan deres”); atau ditanya sama abang driver, “mau pergi kemana mbak naik kereta?”.
Atau se-random sebuah tips berkendara di jalanan kayak gini: “mbak, hati-hati ya kalo udah sampe lampu merah pertigaan sini, sama yang terusan sebelah sana. Kalo udah lampu kuning, jangan diterabas. Mending pelan-pelan aja sampe nunggu merah, terus berhenti. Soalnya polisinya sini galak, mbak. Pasti dikejar buat ditilang kalo nerabas.” Aku yang waktu itu mendengar menjawab iya-iya aja, sambil mengingat-ingat cerita temenku yang juga pernah dikejar polisi gara-gara menerobos traffic light.
Eh, jadi inget pengalaman yang lain. Bahkan aku pun pernah mendapat pertanyaan random juga dari seorang abang driver.
“Mbak, jarang naik ojek online ya?”
“Eh? Enggak juga mas, sering kok.”
“Oooh.”
Terus aku yang jadi kepo. “Emang kenapa, mas?”
“Mbak nya duduk kayak kurang enak gitu posisinya. Hehe”.