"Villanova" adalah nama yang memberikan banyak hikmat dan kebijaksanaan. Penyemangat itu adalah karakter sejati dari Santo Thomas dari Villanova, dengan diwarnai spirtualitas Cor unum anima una in Deum Santo Augustinus, maka Villanova bukan hanya sekedar lembaga pemberi ilmu akademik dan menjadikan mereka seorang yang cerdas, tetapi juga memberi mereka makanan moralitas dan spiritual.Â
Karena di situlah seorang orator menjadi sang cendikiawan berhati salju.  Semuanya, terangkum dalam semboyan Sanitas, Scientia dan Sanctitas, dan melalui Tolle Lege para penghuni terus mencari hikmat itu. Karena hikmat itu berasal dari Sang Sumber pemberi Hikmat sesungguhnya untuk memasyurkan tanah kita tercinta Papua ku jaya.
Tentang "kami dan kita" (house of wisdom)
Lembaga pendidikan formal ini berpola asrama sebagai citra "Boarding School" dalam semangat cor unum. Ia bukan "Penjara manusia", tetapi memberi kebebasan kepada mereka semua untuk berekspresi dan berdinamis. Hamparan karang dan bebatuan yang padat dalam halaman yang luas itu memberi makna perjuangan bagi semua penghuninya.Â
Masih terdengar nyanyian burung di pagi dan sore hari. Suasana lebih harmonis dan terpampang dalam kesunyian ketika matahari mulai terbenam. Suara riuh, teriakan dan canda tawa, hempasan bola basket dan futsal juga pukulan-pukulan lembut dalam senar dan perkusi, nyanyian dalam syair-syair yang indah mulai ditiup oleh angin dan senja sore hari.Â
Ada suara lain yang biasanya, namun tidak berasal dari langit, tetapi dari sentakkan "sang pencari hikmat" dengan lonceng di tangan. Peristiwa itu terjadi setiap hari. Dengan sangat lembut dan tanpa basah basih, memberi isyarat untuk kawan seperjuangannya, bahwa waktu berakhir sampai di sini. Bergegaslah untuk mempersiapkan diri, sebab rutinitas lain sedang menanti dalam house of wisdom.Â
Lokasi yang strategis untuk sebuah proses pembinaan dan pembelajaran ini menyimpan kekayaan yang begitu berharga. Mereka semua adalah anak-anak titipan Allah melalui orang tuanya mereka dipersembahkan dalam khasana kehidupan yang berbeda di masa remajanya. Bukan karena ketidakmampuan finansial maupun ketidaksanggupan mereka untuk mengajari putra-putrinya. Tetapi, karena cinta dan kasih sayang kedua orang tuanya yang begitu hebat untuk masa depan anak-anaknya.Â
Mereka tidak diserahkan kepada sarang penyamun, penjahat atau para penatua, maha guru maupun militer untuk dijadikan tawanan dalam "Penjara pendidikan". Bukan itu, melainkan mereka diserahkan kepada para penderma kebijaksanaan, pengagum kerendahan hati dan pemberi cinta serta kasih. Mereka juga bukan piatu atau pun yatim piatu, Â tetapi mereka ingin belajar untuk menjadi "seorang yatim piatu" bersama dengan para yatim piatu yang sesungguhnya. Sebab masa depan mereka tidak terikat pada rahim yang telah melahirkannya untuk terus bersama, tetapi pada diri mereka yang sedang bertumbuh.
Dalam satu Honai, Bifak, rumah, home yaitu VILLANOVA mereka di kumpulkan menjadi satu darah. Rumah itu, seperti home industry, karena telah banyak menetaskan kader pejuang, kerja keras dalam menghadapi dunia yang keras ini. Kenyataan ini bukan semata-mata karena keinginan dan cita-cita mereka, melainkan karena harapan dari rahim yang telah melahirkannya untuk menjadikan mereka generasi milenial yang memiliki sebuah masa depan yang lebih baik bagi tanah cendrawasi tercinta ini.
Tidak ada "kau dan dia" hanya ada "kami dan kita"