Mohon tunggu...
Stefany Tan
Stefany Tan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Anda Sudah Tahu tentang Eritroblastosis Fetalis ???

25 November 2017   15:57 Diperbarui: 25 November 2017   16:22 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, sampel tersebut akan diuji. Tes ini dapat diulang secara berkala untuk memantau resiko anemia sang janin. Jika pemantauan menunjukkan bahwa kadar bilirubin dalam cairan amnion normal, tidak ada pengobatan yang mungkin dibutuhkan saat proses kehamilan berlanjut hingga persalinan. Namun, jika kadar bilirubin tersebut tinggi dan ada tanda-tanda yang mengancam janin, langkah yang akan dilakukan adalah memberikan transfusi di dalam rahim setiap 10 hari sampai 2 minggu hingga mencapai usia kehamilan 32 sampai 34 minggu. Kemudian, bayi harus dilahirkan secara prematur.

 Prosedur ini harus dilakukan di pusat medis yang dapat merawat kehamilan yang memiliki resiko tinggi. Agar sang ibu dan sang anak dapat terselamatkan. Meminimalisir trauma yang didapatkan sang bayi yang lahir secara prematur tersebut adalah hal yang penting. Plasenta tidak boleh dilepas secara manual untuk menghindari peremasan sel dari darah bayi ke pembuluh darah sang ibu. Bayi yang telah lahir dengan penyakit Rh harus segera diperiksakan pada dokter anak yang mampu melakukan transfusi jika diperlukan.

Selain itu, eritroblastosis fetalis juga dapat didiagnosa sebelum bayi lahir dengan cara pengambilan sampel darah janin. Tes ini dapat dilakukan untuk memeriksa jenis golongan darah sang janin dan resiko anemia (kekurangan sel darah merah atau eritrosit). Pihak kesehatan akan mengambil sampel darah janin dari plasenta. Dengan menggunakan panduan ultrasound, jarum dimasukkan melalui kulit sang ibu ke dalam rahim, dan akan masuk ke dalam plasenta. Selanjutnya, sampel akan dikirim ke laboratorium untuk diuji lebih lanjut.

Selain itu, eritroblastosis fetalis juga dapat didiagnosa sebelum bayi lahir dengan cara ultrasonography(USG). Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menunjukkan gambar janin sang ibu di dalam rahim. Pihak kesehatan dapat mengamati dan mempelajari usia sang janin dan melihat seberapa cepat ia tumbuh. USG dapat menunjukkan gerakan sang janin, denyut jantung, dan organ tubuh sang janin. Plasenta dan cairan ketuban sang ibu juga mungkin akan diperiksa. USG Doppler dapat digunakan untuk melihat aliran darah sang janin. Pihak kesehatan dapat menggunakan tes ini untuk memeriksa apakah sang bayi menderita anemia atau tidak. USG Doppler ini juga dapat menggantikan tes aminosentesis yang telah dibahas sebelumnya.

Selain itu, eritroblastosis fetalis juga dapat didiagnosa sebelum bayi lahir dengan cara pengujian sampel villus chorionic adalah suatu tes pralahir dimana sampel villus chorionic dikeluarkan dari plasenta untuk pengujian. Sampel ini dapat diambil melalui serviks atau dinding perut. Selama kehamilan, plasenta memberikan oksigen dan nutrisi pada sang janin yang sedang dalam proses pertumbuhan dan membuang produk limbah dari darah bayi. Villi chorionic adalah proyeksi tipis jaringan plasenta yang berbagi susunan genetik sang janin. Pengambilan villi chorionic ini biasanya dilakukan antara masa kehamilan minggu ke-10 dan 13 (lebih awal dari tes diagnostic prenatal lainnya, seperti amniosentesis). Pengujian sampel villus chorionic dapat mengungkapkan apakah sang jain memiliki kondisi kromosomal, seperti Down Syndrom.

Pencegahan adanya eritroblastosis fetalis pada janin juga dapat dilakukan. Langkah-langkah pencegahan dilakukan untuk memastikan bahwa antibodi tidak terbentuk sejak awal. Hal ini dapat berupa dengan pemberian suntikan antibodi anti-Rh pada sang ibu dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi. Hal ini dapat menyebabkan salah satu sel darah merah si bayi yang mungkin telah masuk ke dalam darah ibu untuk dihancurkan sebelum membuat sensitiasi sistem kekebalan tubuh sang ibu. Jika sang ibu kehilangan banyak darah saat melahirkan, suntikan tambahan mungkin diperlukan. Antara 1 dan 2 persen dari waktu pengobatan ini gagal. Hal ini dikarenakan sang ibu sudah peka selama kehamilan daripada saat melahirkan.

Pengobatan dapat dilakukan secara preventif terhadap ibu dengan darah Rh- dan tidak ada sensitisasi yang nyata pada masa kehamilan sekitar 28 minggu. Setiap antibodi yang beredar dalam darah sang ibu secara bertahap akan hancur dan sang ibu tetap tidak akan tersensitisasi. Pengobatan juga harus diberikan setelah terjadi pendarahan atau setelah melakukan amniosentesis atau pengambilan sampel villus chorionic.

Pengobatan selama kehamilan dapat berupa transfusi darah intrauterine sel darah merah ke dalam sirkulasi janin. Hal ini dilakukan dengan menempatkan jarum melalui rahim ibu dan masuk ke rongga perut janin atau langsung ke pembuluh darah di plasenta. Transfusi intrauterine ini perlu dilakukan secara berulang. Pengobatan yang kedua adalah persalinan dini jika janin mengalami komplikasi. Jika janin memiliki paru-paru matang, persalinan dapat dilakukan untuk mencegah bertambah buruknya eritroblastosis fetalis.

Sedangkan pengobatan setelah kelahiran dapat berupa transfusi darah (untuk anemia berat), pemberian cairan intravena (untuk tekanan darah rendah), dan bantuan untuk gangguan pernapasan dengan menggunakan oksigen, surfaktan, atau mesin pernapasan mekanis. Juga bisa melakukan pertukaran transfusi untuk mengganti darah bayi yang rusak dengan darah yang segar. Transfusi ini membantu meningkatkan jumlah sel darah merah dan menurunkan kadar bilirubin. 

Transfusi pertukaran dilakukan dengan bergantian memberi dan menarik darah dalam jumlah kecil melalui pembuluh darah vena atau arteri. Transfusi perlu diulang jika kadar bilirubin masih tetap tinggi. Cara lainnya juga bisa dengan menggunakan intravena imunoglobin (IVIG). IVIG adalah cairan yang terbuat dari plasma darah yang mengandung antibodi untuk membantu sistem kekebalan tubuh sang bayi. IVIG dapat membantu mengurangi kerusakan sel darah merah dan menurunkan kadar bilirubin.

Eritroblastosis fetalis tidak dapat disembuhkan secara total atau sepenuhnya. Namun, sebgaian efek-efek yang muncul dari penyakit ini dapat disembuhkan. Efek-efek yang dapat muncul selama masa kehamilan adalah anemia ringan, hiperbilirubinemia (kadar bilirubin yang tinggi dalam darah), dan ikterus. Plasenta membantu untuk menyingkirikan beberapa bilirubin, namun tidak semuanya. Efek yang kedua adalah anemia berat dengan pembesaran hati dan limpa. Bila organ dan sumsum tulang ini tidak dapat mengkompensasi kerusakan sel darah merah yang cepat ini, hasil anemia berat dan organ lainnya akan terpengaruh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun