Mohon tunggu...
Fan.
Fan. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writer.

None.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

LGBTQIA+ di Lingkungan Kampus:

23 September 2022   23:12 Diperbarui: 27 September 2024   00:25 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LAMBANG PELANGI: Identitas kelompok LGBTQIA+
LAMBANG PELANGI: Identitas kelompok LGBTQIA+

Tidak mudah bagi orang seperti Alex untuk coming out mengenai orientasi seksual yang dimiliki, norma dan nilai yang tertanam di masyarakat tentunya menentang “penyimpangan” ini. Alex mengatakan di lingkup Undip cukup banyak mahasiswa yang tergabung dalam komunitas LGBTQIA+. Rata-rata dari mereka berkomunikasi serta membuka jati diri melalui media sosial dan group chatting khusus. 

Mereka membangun kepercayaan satu sama lain karena berada dalam komunitas yang sama, dan merasakan perasaan yang sama. Interaksi yang mereka lakukan di lingkup universitas bersifat professional dengan sebisa mungkin menghindari pembahasan mengenai orientasi seksual dan ekspresi gender yang mereka miliki.

“Walaupun aku tau kalau dia ‘sama’ seperti aku lewat gay radar, aku nggak akan serta-merta tanya orientasi seksualnya, karena aku tau gimana rasa unsafe waktu orang lain tiba-tiba tanya orientasi seksualku. Cukup sekedar tau, kalau interaksi paling lewat media sosial,” jelas Alex.

Sementara itu, Kei (bukan nama asli), seorang mahasiswi FISIP Undip angkatan 2019 berdomisili di Semarang, mengatakan selama ini ia tidak pernah mendapatkan diskriminasi yang terlampau ekstrim baik di lingkup pertemanan maupun akademik terkait orientasi seksualnya (bisexual). Cemoohan yang ia dapat justru berasal dari ekspresi gender yang dimiliki, Kei mengaku dirinya androgyny atau biasa disebut tomboy.

“Kalau orientasi seksual aku sangat merahasiakannya, aku belum merasa aman, jadi nggak banyak yang tau. Kalau soal ekspresi gender, penampilan, sering dikomentari ‘cewek kok bajunya gitu, cewek kok tingkahnya gitu’ tapi yaudahlah aku cuek,” ucap gadis berusia 21 tahun itu.

Hal serupa diungkapkan oleh Blank (bukan nama asli), seorang mahasiswi Undip angkatan 2020 yang berdomisili di Semarang. Blank mengungkap bahwa sebenarnya mahasiswi yang tergabung dalam komunitas LGBTQIA+ memiliki resiko terungkap yang lebih rendah, karena Blank merasa perempuan dapat menyembunyikan identitas orientasi seksualnya dengan lebih mudah, selain itu perempuan dapat ‘berkamuflase’ dengan lebih baik.

“Kalau aku biasanya pura-pura idolain cowok atau pura-pura kelihatan suka sama cowok buat kamuflase. Lagipula, walaupun kami ini tergabung dalam komunitas LGBTQIA+ kami nggak sembarangan naksir sama orang. Kami punya kriteria juga seperi cishet (cis-hetero) man or woman. Atleast, kami nggak akan naksir mereka yang orientasi seksualnya straight,” jelas mahasisiwi berusia 20 tahun itu.

Mereka yang tergabung dalam kelompok minoritas LGBTQIA+ di Undip masih merasa tidak aman dan menyembunyikan seksualitas yang dimilikinya. Selain itu, mereka ingin dilihat sebagai human being yang memiliki value berdasarkan kemampuan yang dimiliki, mereka ingin dilihat seperti manusia pada umumnya dan tidak dinilai sebelah mata hanya karena orientasi seksualnya.

PERS MAHASISWA: LPM OPINI dalam sesi foto setelah kegiatan ekspo yang mereka lakukan (DOKUMEN PRIBADI/LPM OPINI)
PERS MAHASISWA: LPM OPINI dalam sesi foto setelah kegiatan ekspo yang mereka lakukan (DOKUMEN PRIBADI/LPM OPINI)

Menanggapi adanya cerita diskriminasi serta persekusi ekstrim yang didapatkan mahasiswa FISIP terkait orientasi seksualnya, Luthfi Maulana Adhari (20), Pemimpin Redaksi (Pemred) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) OPINI mengatakan bahwa OPINI bersedia menampung cerita-cerita teman mahasiswa dan menjamin kerahasiaan identitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun