AI dapat membantu dokter menganalisis rontgen dan MRI, tetapi tidak dapat menggantikan penilaian seorang profesional medis.
AI dapat membantu mengotomatisasi tugas-tugas rutin, tetapi tidak dapat sepenuhnya menggantikan pekerjaan manusia.
Tidak ada pekerjaan yang akan sepenuhnya otomatis; beberapa akan dikonfigurasi ulang secara signifikan, tetapi hanya itu.
Studi ini juga menemukan bahwa profesi yang paling mungkin terdampak AI cenderung juga mengalami kekurangan tenaga kerja yang besar.
Oleh karena itu, otomatisasi tugas-tugas tertentu sebenarnya dapat membantu memenuhi kebutuhan yang ada, seperti mengatasi kekurangan tenaga kerja di bidang perawatan kesehatan dan transportasi.
Sebaliknya, sektor dengan kelebihan pekerja, seperti perdagangan grosir dan administrasi publik, akan merasakan dampak yang lebih besar karena otomatisasi dapat melakukan pekerjaan ini dengan lebih murah dan efektif daripada manusia.
Pekerjaan yang paling sedikit terdampak AI adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan interpersonal tingkat tinggi atau pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dasar dan tidak terspesialisasi.
Ironisnya, mereka yang paling takut digantikan oleh AI mungkin adalah mereka yang paling aman dari ancaman tersebut.
Para peneliti merekomendasikan dua strategi utama:
pertama, pengembang harus memprioritaskan alat AI yang meningkatkan produktivitas dengan bekerja bersama manusia;
kedua, pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis harus berinvestasi dalam pelatihan dan pendidikan untuk memastikan bahwa angkatan kerja siap beradaptasi dengan kemampuan AI yang terus berkembang.