Teknologi Generative Artificial Inteligence atau Kecerdasan buatan generatif (gen AI) telah menjadi topik perbincangan hangat baik di dunia bisnis maupun publik dalam beberapa tahun terakhir ini.
Perdebatan atau diskusi seringkali  terfokus pada potensi ancaman kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi, daripada peluang untuk meningkatkan kinerja dan kemampuan manusia.
Dalam edisi terbaru McKinsey Talks Talent, Profesor Universitas Stanford, Melissa Valentine, bersama mitra McKinsey, Bryan Hancock dan Brooke Weddle, serta direktur editorial global Lucia Rahilly, mendiskusikan tentang kecerdasan buatan berpusat pada manusia: apa itu, bagaimana meningkatkan kinerja, dan bagaimana membantu mengubah pandangan skeptis karyawan dari "ugh" menjadi "wow".
Apa itu Kecerdasan Buatan Berpusat pada Manusia?
Kecerdasan buatan berpusat pada manusia merujuk pada upaya untuk mengoptimalkan kemampuan manusia, bukan menggantikannya.
Dalam konteks gen AI, teknologi ini hanyalah 'data' dan 'model bahasa', namun perlu ada pengaturan sosial yang tepat agar dapat memberikan manfaat optimal.
Penelitian menunjukkan, meskipun ada kekhawatiran tentang kehilangan pekerjaan secara massal akibat otomatisasi, adopsi lokal cenderung tidak terlalu mengancam bagi karyawan.
Sejarah menunjukkan, perubahan teknologi digital di masa lalu justru mengubah jenis pekerjaan, bukan menghilangkannya secara keseluruhan.
Mengubah Mindset dari "Ugh" ke "Wow"
Untuk mengatasi keengganan dan skeptisisme dalam mengadopsi gen AI di tempat kerja, beberapa hal dapat dilakukan:
1. Bingkai ulang penggunaan teknologi sebagai peningkatan kemampuan, bukan ancaman.