Perselingkuhan hingga saat ini masih menjadi topik asmara yang selalu dibicarakan. Banyak orang yang beranggapan bahwa cinta saja cukup untuk mempertahankan hubungan rumah tangga dari perselingkuhan. Tapi kenyataannya, justru cinta saja tidak cukup. Di zaman millennial yang serba canggih saat ini, selingkuh pun tidak hanya dilakukan secara fisik saja, tapi bisa juga dilakukan secara non fisik (melalui media sosial, telepon dan chatting).
Fenomena tersebut memiliki beberapa faktor lain yang turut terlibat dalam suatu hubungan, faktor tersebut ada di cinta yang dimana sistem kerja otak yang berhubungan dengan reproduksi dan seks. Kedua hal inilah yang menjadi faktor penyebab terbesar seseorang selingkuh. Faktor lain penyebab perselingkuhan yaitu, antara lain:
1. Tidak Terpuaskan Secara Seksual
Faktanya, pemicu paling utama mengapa seseorang selingkuh dari pasangan adalah tidak terpuaskan secara seksual. Kondisi ini bisa karena pasangan terlalu lelah atau sibuk, sehingga kebutuhan biologis menjadi terlupakan. Akhirnya, salah satu atau bahkan kedua pasangan mencari kepuasan pada orang lain.
2. Tidak Terpuaskan Secara Emosional
Selain kepuasan seksual, kepuasan secara emosional juga memainkan peran terhadap terjadinya kasus perselingkuhan dalam rumah tangga. Misalnya kurangnya komunikasi atau sudah tidak lagi merasakan kesamaan emosional antar pasangan. Namun, jenis hubungan selingkuh ini tidak melibatkan adanya hubungan seks.
3. Merasakan Cinta pada Orang Lain
Siapa yang tahu bagaimana dalamnya hati seseorang? Bisa jadi, kamu sangat mencintai pasangan, tetapi perasaan tersebut berubah beberapa waktu ke depan? Inilah penyebab lain mengapa seseorang melakukan perselingkuhan, tetapi lantas menyembunyikan karena telah terlanjur terikat pernikahan dengan pasangan sah.
4. Melakukan Balas Dendam
Mungkin, kamu mendapati pasangan melakukan selingkuh dan merasakan keinginan yang luar biasa besar untuk membalasnya. Akhirnya, kamu pun melakukan hal yang sama, hanya agar pasangan mengetahui kamu tidak selemah yang ia duga. Ya, meski terasa tidak mungkin, nyatanya ada pula pasangan yang melaporkan kasus selingkuh dengan alasan balas dendam.
5. Keinginan untuk Mendapatkan Apresiasi dari Orang Lain
Selain rasa cinta, kunci sukses langgengnya hubungan rumah tangga adalah komunikasi dan rasa saling menghargai. Misalnya, pria ingin mendapatkan apresiasi dari pasangan atas kerja keras yang sudah dilakukannya, dalam mencari nafkah setiap hari. Sedangkan wanita ingin mendapatkan apresiasi atas semua pekerjaan rumah yang berhasil ia lakukan. Tidak adanya apresiasi lama-kelamaan akan membuat pasangan justru mencari hal tersebut dari orang lain. Inilah yang selanjutnya menjadi bibit-bibit munculnya perselingkuhan.
Perselingkuhan itu sendiri memiliki dampak yang buruk dan dapat merugikan kedua belah pihak, oleh karena itu pasangan tersebut akan mengalami penderitaan di dalam hidupnya
Ketidakpuasan dari Kehendak
Sebelum membahas lebih jauh tentang ketidakpuasan tersebut, perlu diketahui sebuah pemikiran dari filsuf jerman yang lahir di Danzig pada tahun 1788 yang bernama Arthur Schopenhauer. Ia merupakan seorang filsuf yang mengemukakan mengenai kehendak pada manusia, ia memandang perselingkuhan sebagai manifestasi dari keinginan untuk hidup, yang merupakan kekuatan pendorong di balik semua tindakan manusia.
Menurut Schopenhauer, kehendak bagi manusia adalah sumber penderitaan tanpa akhir, dan penderitaan adalah esensial bagi kehidupan manusia dan semakin meningkat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dalam diri manusia, pikiran-pikiran (rasio) hanya merupakan lapisan saja, sedangkan kehendak menjadi hakikat manusia yang tidak hanya berperan sebagai penggerak hidup manusia sehingga ia mampu bertindak dan berpikir, tetapi juga menjadi penggerak dari unsur-unsur dasar dalam tubuh. Kehendak (keinginan) adalah kekuatan irasional dan buta yang berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan cara apa pun, bahkan jika hal itu berarti menyebabkan penderitaan bagi orang lain. Oleh karena itu, Schopenhauer kemungkinan besar akan memandang perselingkuhan sebagai tindakan egois yang didorong oleh keinginan individu akan kesenangan dan kepuasan diri sendiri, bukan kepedulian yang tulus terhadap kesejahteraan pasangannya.
Berdasarkan isu diatas dapat disimpulkan bahwa munculnya ketidakpuasan terhadap suatu pasangan dikarenakan tuntutan nafsu yang seringkali bertentangan dengan keinginan pribadi kita, sehingga melemahkan kita. Sehingga selalu muncul tanpa henti terhadap keinginan untuk mencari pasangan yang lebih dari sebelumnya. Ketika kita setelah mendapatkan sesuatu yang kita inginkan maka kita akan berada di fase kebosanan, dan setelah itu sifat dari kehendak itu sendiri akan muncul secara natural pada manusia.
Steandy Nico Oktabriant | 1512300053
Fakultas Psikologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H